Bab 18 Teman, Pacar, Sahabat, Mantan Suami

“Mimpi apaan sih gue? Pertama Kak Rian. Ngapain coba dia peluk - peluk cewek di sekolah? Udah gila, apa? Itu tu di kampus. Udah kehilangan moral kali ya tu orang!”, Kirana berbicara mengeluarkan emosinya di dalam kamar.

‘Otaknya udah nggak waras apa?’, protes Kirana dalam hati sambil menjatuhkan tubuhnya di atas kasur.

‘Trus si anak baru itu, ada hubungan apa dia ama cewe nggak tahu malu itu. Main nuduh – nuduh orang sembarangan aja. Radit si lamban itu juga. Dia kira gue suka ama dia.  Playboy cap jari kelingking juga. Sombong amat.’, omel Kirana.

Kirana seperti mendengar suara mamanya yang naik ke atas. Akhirnya dia memilih untuk berbicara pelan di dalam hati saja.

“Ran, kamu sudah tidur?”, tanya Mamanya dari luar sambil mengetuk pintu.

“Iyaa.. mas.. Ini Kirana udah matiin lampu. Mama juga tidur ya. Jangan malam - malam tidurnya.”, balas Kirana mematikan lampu utama kamarnya.

Sementara lampu nakas masih dia nyalakan. Dia masih belum selesai untuk mengeluarkan emosinya malam ini. Banyak sekali yang terjadi hari ini di kampus.

Mungkin anaknya ini punya masalah besar, begitu kira - kira pikir bunda Kirana. Putrinya mengatakan sudah mau tidur. Jadi, bunda Kirana memilih untuk mundur teratur. Bundanya tahu, putrinya sudah menghadapi banyak masalah besar sebelumnya. Ia pasti bisa mengatasi persoalan – persoalan kecil seperti ini. Ya.. entah apa itu.

Mama Kirana memang belum mengetahui bahwasanya Rian, mantan menantunya sudah kembali ke Indonesia. Bahkan sudah sejak dua tahun yang lalu. Saat tanpa sengaja bertemu di kampus, Kirana sudah mewanti - wanti pada Rian agar tidak perlu sok baik menemui mereka.

Anggap saja semuanya tidak pernah terjadi. Agar lebih meyakinkan, Kirana mengatakan bahwa seperti itulah permintaan mamanya. Rian hanya bisa menghormati permintaan itu tanpa melayangkan protes sedikitpun.

Kirana tahu, mamanya masih mengharapkan Rian dan masih terus membelanya setiap topik itu muncul kembali. Tapi tidak untuk Kirana. Setelah perselingkuhan papanya terbongkar di depan matanya sendiri, Kirana sudah menutup semua pintu penjelasan. Termasuk jika itu Rian sekalipun.

‘Semua laki - laki sama saja.’, begitu kira - kira kesimpulan yang diambil oleh Kirana.

Mama Kirana berjalan pelan ke kamarnya. Dia tidak khawatir pada Kirana karena putrinya itu sudah beranjak dewasa. Sebentar lagi dia lulus kuliah. Dua tahun bukalah waktu yang lama.

Namun, hanya satu hal yang mengganggu pikiran mamanya, Rian. Tatkala Kirana menyebut nama itu, ibundanya merasa ingin menanyakannya. Apakah Rian yang dia maksud itu sama dengan yang dia pikirkan.

Kirana memang beberapa kali sempat keceplosan menyebutkan nama Rian karena rasa kesalnya. Namun, tentu saja Kirana segera menekankan bahwa Rian yang sedang dibahas bukan seperti yang sedang dipikiran mamanya.

Beberapa kali mamanya ingin bertanya dengan serius. Tapi kemudian ia urungkan niatnya untuk bertanya. Begitu banyak orang yang bernama Rian di dunia ini. Dan Rian juga tidak mungkin ada kaitannya dengan tempat Kirana kuliah, jadi tidak mungkin Rian yang ia maksud itu adalah seperti yang dipikirkannya.

Pria itu sudah kembali ke Perancis. Lagipula, jikalau dia ke Indonesia, tidak mungkin pria sepertinya tidak mengunjungi rumah mereka. Meski semua sudah masa lalu, tapi hubungan mereka tetap baik. Tidak dengan Kirana, tapi setidaknya dengan mamanya masih baik.

*************

Jarum jam, bulan dan matahari seperti cepat sekali berganti. Rasanya baru beberapa jam yang lalu Kirana terlelap. Sekarang sudah pagi lagi. Sudah harus ke kampus lagi. Sudah harus menjalani aktivitas lagi.

 “Kamu jangan kebiasaan pulang malam.”, ujar mama Kirana membuka topik di meja makan pagi ini.

“Kemarin itu Kirana ada rapat ma. Kan Kirana udah bilang sama mama kalau Kirana itu terpilih jadi Project Officer untuk acara pagelaran seni modern di kampus Kirana. Jarang - jarang loh ma, PO nya itu perempuan. Kirana mau memanfaatkan kesempatan ini agar dapat nilai plus nanti saat melamar pekerjaan.”, tutur Kirana memberikan penjelasan.

Segelas susu masih ada di tangannya. Sarapan khas Kirana pagi hari adalah segelas susu murni dan sepotong sandwich. Kombinasi yang tidak pernah tinggal. Dulu dia tidak menyukainya, tapi kebiasaan ini justru malah balik melekat padanya. Mengingatkannya kembali pada orang yang selalu ingin dia lupakan.

‘Bagaimana melupakannya kalau dia selalu saja muncul di kampus.’, sejenak pikiran Kirana mengarah kesana tanpa dia sadari.

“Sebaiknya, kamu jangan terlalu memforsis diri kamu. Katanya mau lulus 3.5 tahun, tapi juga mau aktif di organisasi. Terlalu sibuk malah nanti mengganggu kesehatan kamu loh, sayang.”, bunda Kirana menaruh satu telor setengah matang ke atas piringnya.

“Maa.. Kirana gak suka telur seperti ini. Buat mama aja, yah. Sarapan Kirana sudah selesai. Cukup dua ini saja.”, ungkap Kirana meletakkan kembali telor setengah matang itu ke meja mamanya.

Mama Kirana hanya bisa melayangkan tatapan pasrah pada anak semata wayangnya ini.

“Gimana kuliah kamu? Lancar?”, tanya mamanya mengganti topik yang sebenarnya tidak jauh - jauh lagi dari urusan kampus.

Pertanyaan itu membuat Kirana kembali teringat pada nilai tugas Fisika dasarnya.

Ia masih menyimpan kemarahan itu. Ia yakin ada yang aneh. Ia datang pukul 6 teng dan mengumpulkannya. Memang dia sempat tertidur sebentar, tapi belum ada Pak Rian dan dia juga menaruhnya di atas mejanya.

Tidak mungkin tertukar dengan orang lain. Tapi kalaupun itu benar lembar jawabannya, nilainya tidak mungkin segitu.

‘Hah.. padahal Kak Rian sudah bersedia untuk mendiskusikannya. Tapi malah ada insiden peluk - peluk. Ih… tuhkan bikin bete lagi. Bikin mood jadi jelek aja.’, Kirana merengut sendiri tanpa sadar mamanya sedang memperhatikannya.

“Rana, kamu lagi mikirin apa?”, tanya bunda Kirana akhirnya bertanya.

“Hahaha…eggak ada apa – apa kok ma. Enggak apa - apa. Oiya, tadi mama nanya apa?”, sahut Kirana tertawa canggung.

“Mama tanya, kuliah kamu gimana? Kenapa sih belakangan suka bengong. Kamu pasti simpen sesuatu ya?”, tanya mamanya mulai curiga.

“Idih.. simpen apa sih ma. Ga ada. Kirana cuma sedang mikirin nanti ada kuliah apa aja. Kuliah Kirana Alhamdulillah lancar kok, ma. Mama ga usah khawatir.”, balas Kirana sambil memasukkan potongan sandwich terakhirnya.

“Masuk jam berapa hari ini?”, tanya mama Kirana lagi.

“Ini Kirana sudah mau jalan kok, ma. Tinggal beres - beres sedikit di kamar terus berangkat. Ghea mau jemput ke rumah. Katanya dia sudah dapat izin untuk bawa mobil lama papanya. Jadi untuk mata kuliah yang kita ambil bareng, Kirana bisa nebeng Ghea. Lumayan kan, ma.”, jawab Kirana.

“Ghea bisa bawa mobil?”

“Bisa ma. Sudah setahunan dia bawa. Biasanya bawa punya kakaknya. Tapi sekarang udah bisa bawa punya bokapnya yang lama kok, ma.”, jelas Kirana.

“Hm.. harusnya mama gak jual mobil kita waktu itu.”, ucap Bundanya lesu.

“Kenapa, ma? Gapapa kok. Kirana gak butuh - butuh banget mobil. Banyak transportasi umum kok dan lebih nyaman, gak macet - macetan. Ini kebetulan aja ada Ghea. Kita mau mampir - mampir dulu. Mama gak perlu sedih gitu, dong.”, ujar Kirana menghibur.

Terpopuler

Comments

Nurhayatins Aqil

Nurhayatins Aqil

thor syng tmbh upx dong

2023-06-02

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Insiden Pagi di Kampus
2 Bab 2 Dosen Killer
3 Bab 3 Hukuman Dosen Killer
4 Bab 4 Hal yang Disembunyikan
5 Bab 5 Gosip dan Single Parent
6 Bab 6 Tugas dari Dosen
7 Bab 7 Tertidur
8 Bab 8 Cinta tanpa Hubungan
9 Bab 9 Hubungan tanpa Cinta
10 Bab 10 Hah, kok bisa?
11 Bab 11 Pasti ada yang salah
12 Bab 12 Bisa bisanya Dosen Fisika Ganti
13 Bab 13 Menghindar
14 Bab 14 Penjelasan
15 Bab 15 Insiden Tidak Terduga
16 Bab 16 Pacar Ketua BEM bikin ulah lagi
17 Bab 17 Salah Paham
18 Bab 18 Teman, Pacar, Sahabat, Mantan Suami
19 Bab 19 Sakit?
20 Bab 20 Ke Rumah Mantan Bagian 1
21 Bab 21 Ke Rumah Mantan Bagian 2
22 Bab 22 Ke Rumah Mantan Bagian 3
23 Bab 23 Tiba - tiba jadi Dingin
24 Bab 24 Tindakan tak Terduga
25 Bab 25 Pria Nyebelin
26 Bab 26 Kehebohan di Mobil Radit
27 Bab 27 Dosen Killer mulai Mengajar Bagian 1
28 Bab 28 Dosen Killer mulai Mengajar Bagian 2
29 Bab 29 Rahasia di balik Lembar Jawaban yang Hilang
30 Bab 30 Akhirnya Ketahuan
31 Bab 31 Sahabat Masa Lalu
32 Bab 32 Rasa yang Pernah Ada
33 Bab 33 What is wrong with Raka
34 Bab 34 Sandiwara Kirana
35 Bab 35 Kilas Balik
36 Bab 36 Awal Pertemuan
37 Bab 37 Hamil
38 Bab 38 Mengulik Masa Lalu
39 Bab 39 Mimpi Buruk
40 Bab 40 Mantan Terindah
41 Bab 41 Serba Serbi Dosen Killer
42 Bab 42 Radit Agresif
43 Bab 43 Akhirnya Jujur
44 Bab 44 Siapa Wanita itu?
45 Bab 45 Perkelahian di Klub
46 Bab 46 Memar
47 Bab 47 Masih Perhatian
48 Bab 48 Soal Kuis dari Siluman Rubah
49 Bab 49 Pengen Kabur
50 Bab 50 Lembaran Masa Lalu
51 Bab 51 Patah Hati
52 Bab 52 Wanita di Kehidupan Rian
53 Can’t forget you
54 Bab 54 Perasaan Campur Aduk
55 Bab 55 Tanpa Status
56 Bab 56 Cemburu
57 Bab 57 Curhat
58 Bab 58 PDKT Orang Ketiga di mulai
59 Bab 59 Reuni di Lapangan Tenis
60 Bab 60 PDKT Orang Ketiga
61 Bab 61 Tindakan Tak Terduga
62 Bab 62 Kemarahan Rian
63 Bab 63 Ujian Tengah Semester ‘Fisika Dasar’
64 Bab 64 Pertemuan Kirana dan Claudia
65 Bab 65 Perlahan Terungkap
66 Bab 66 Rencana Terselubung Raka
67 Bab 67 Salah Sangka
68 Bab 68 Aksi Protes Kirana pada Rian
69 Bab 69 Wanita di Hidup Rian
70 Bab 70 Acara Pentas Seni segera dimulai
71 Bab 71 Sandiwara Kirana di depan Raka
72 Bab 72 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H)
73 Bab 73 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H) Bagian 2
74 Bab 74 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H) Bagian 3
75 Bab 75 Saling Bertanya
76 Bab 76 Drama Terkunci di Toilet
77 Bab 77 Penyelamat disaat genting
78 Bab 78 Bangun Pagi di Hotel
79 Bab 79 Sesuatu yang Mengejutkan
80 Bab 80 Kenapa masih simpan Foto Kita?
81 Bab 81 Bukannya itu Pak Rian?
82 Bab 82 Pak Rian ke Rumah Sakit?
83 Bab 83 Cinta ditengah bayang - bayang masa lalu
84 Bab 84 Bersembunyi
85 Bab 85 Lepas dari Rasa Bersalah
86 Bab 86 Situasi Genting
87 Bab 87 Situasi Genting Masih Berlanjut
88 Bab 88 Jadi, Pak Rian itu siapanya Kirana?
89 Bab 89 Mantan Suami Gue
90 Bab 90 Dosen Killer tetep aja Killer
91 Bab 91 Surat Ancaman
92 Bab 92 Cowok Red Flag
93 Bab 93 Rian punya mata - mata
94 Bab 94 Tawaran Raka yang Sulit ditolak
95 Bab 95 Rencana Tahap Awal dimulai
96 Bab 96 Kepo tapi Gengsi
97 Bab 97 Kirana dapat Surat Misterius lagi
98 Bab 98 Permintaan Maaf
99 Bab 99 Makan Malam di Apartemen Raka
100 Bab 100 Perang Dingin
101 Bab 101 Definisi Rasa
102 Bab 102 Menjalani Hidup Masing - masing
103 Bab 103 Interaksi Rian dan Raka
104 Bab 104 Hubungan Raka dan Kirana
105 Bab 105 Showtime!
106 Bab 106 Mau kemana mereka?
107 Bab 107 Real Showtime!
108 Bab 108 Kenyataan dibalik Surat Ancaman
109 Bab 109 Bukan Begini Caranya
110 Bab 110 Kesal
111 Bab 111 Apa yang sebenarnya terjadi?
112 Bab 112 Tempat Bersandar bagian 1
113 Bab 113 Chapter Baru
114 Bab 114 Keberanian
115 Bab 115 Ngampus lagi
116 Bab 116 Bagaimana mungkin?
117 Bab 117 Bekas Luka itu ternyata begitu dalam
118 Bab 118 Siapa itu?
119 Bab 119 Pembicaraan Serius
120 Bab 120 Proposal Dadakan?
121 Bab 121 Insiden di Kelas
122 Bab 122 Salah Paham
123 Bab 123 Kejutan
124 Bab 124 Kepercayaan
125 Bab 125 Kehadiran Dosen Baru
126 Bab 126 Kehadiran Dosen Baru
127 Bab 127 Pertanyaan yang sulit dijawab
128 Bab 128 Dosen Muda Berbakat
129 Bab 129 Drama mau Dinas Luar Negeri
130 Bab 130 Drama mau Dinas Luar Negeri Bagian 2
Episodes

Updated 130 Episodes

1
Bab 1 Insiden Pagi di Kampus
2
Bab 2 Dosen Killer
3
Bab 3 Hukuman Dosen Killer
4
Bab 4 Hal yang Disembunyikan
5
Bab 5 Gosip dan Single Parent
6
Bab 6 Tugas dari Dosen
7
Bab 7 Tertidur
8
Bab 8 Cinta tanpa Hubungan
9
Bab 9 Hubungan tanpa Cinta
10
Bab 10 Hah, kok bisa?
11
Bab 11 Pasti ada yang salah
12
Bab 12 Bisa bisanya Dosen Fisika Ganti
13
Bab 13 Menghindar
14
Bab 14 Penjelasan
15
Bab 15 Insiden Tidak Terduga
16
Bab 16 Pacar Ketua BEM bikin ulah lagi
17
Bab 17 Salah Paham
18
Bab 18 Teman, Pacar, Sahabat, Mantan Suami
19
Bab 19 Sakit?
20
Bab 20 Ke Rumah Mantan Bagian 1
21
Bab 21 Ke Rumah Mantan Bagian 2
22
Bab 22 Ke Rumah Mantan Bagian 3
23
Bab 23 Tiba - tiba jadi Dingin
24
Bab 24 Tindakan tak Terduga
25
Bab 25 Pria Nyebelin
26
Bab 26 Kehebohan di Mobil Radit
27
Bab 27 Dosen Killer mulai Mengajar Bagian 1
28
Bab 28 Dosen Killer mulai Mengajar Bagian 2
29
Bab 29 Rahasia di balik Lembar Jawaban yang Hilang
30
Bab 30 Akhirnya Ketahuan
31
Bab 31 Sahabat Masa Lalu
32
Bab 32 Rasa yang Pernah Ada
33
Bab 33 What is wrong with Raka
34
Bab 34 Sandiwara Kirana
35
Bab 35 Kilas Balik
36
Bab 36 Awal Pertemuan
37
Bab 37 Hamil
38
Bab 38 Mengulik Masa Lalu
39
Bab 39 Mimpi Buruk
40
Bab 40 Mantan Terindah
41
Bab 41 Serba Serbi Dosen Killer
42
Bab 42 Radit Agresif
43
Bab 43 Akhirnya Jujur
44
Bab 44 Siapa Wanita itu?
45
Bab 45 Perkelahian di Klub
46
Bab 46 Memar
47
Bab 47 Masih Perhatian
48
Bab 48 Soal Kuis dari Siluman Rubah
49
Bab 49 Pengen Kabur
50
Bab 50 Lembaran Masa Lalu
51
Bab 51 Patah Hati
52
Bab 52 Wanita di Kehidupan Rian
53
Can’t forget you
54
Bab 54 Perasaan Campur Aduk
55
Bab 55 Tanpa Status
56
Bab 56 Cemburu
57
Bab 57 Curhat
58
Bab 58 PDKT Orang Ketiga di mulai
59
Bab 59 Reuni di Lapangan Tenis
60
Bab 60 PDKT Orang Ketiga
61
Bab 61 Tindakan Tak Terduga
62
Bab 62 Kemarahan Rian
63
Bab 63 Ujian Tengah Semester ‘Fisika Dasar’
64
Bab 64 Pertemuan Kirana dan Claudia
65
Bab 65 Perlahan Terungkap
66
Bab 66 Rencana Terselubung Raka
67
Bab 67 Salah Sangka
68
Bab 68 Aksi Protes Kirana pada Rian
69
Bab 69 Wanita di Hidup Rian
70
Bab 70 Acara Pentas Seni segera dimulai
71
Bab 71 Sandiwara Kirana di depan Raka
72
Bab 72 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H)
73
Bab 73 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H) Bagian 2
74
Bab 74 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H) Bagian 3
75
Bab 75 Saling Bertanya
76
Bab 76 Drama Terkunci di Toilet
77
Bab 77 Penyelamat disaat genting
78
Bab 78 Bangun Pagi di Hotel
79
Bab 79 Sesuatu yang Mengejutkan
80
Bab 80 Kenapa masih simpan Foto Kita?
81
Bab 81 Bukannya itu Pak Rian?
82
Bab 82 Pak Rian ke Rumah Sakit?
83
Bab 83 Cinta ditengah bayang - bayang masa lalu
84
Bab 84 Bersembunyi
85
Bab 85 Lepas dari Rasa Bersalah
86
Bab 86 Situasi Genting
87
Bab 87 Situasi Genting Masih Berlanjut
88
Bab 88 Jadi, Pak Rian itu siapanya Kirana?
89
Bab 89 Mantan Suami Gue
90
Bab 90 Dosen Killer tetep aja Killer
91
Bab 91 Surat Ancaman
92
Bab 92 Cowok Red Flag
93
Bab 93 Rian punya mata - mata
94
Bab 94 Tawaran Raka yang Sulit ditolak
95
Bab 95 Rencana Tahap Awal dimulai
96
Bab 96 Kepo tapi Gengsi
97
Bab 97 Kirana dapat Surat Misterius lagi
98
Bab 98 Permintaan Maaf
99
Bab 99 Makan Malam di Apartemen Raka
100
Bab 100 Perang Dingin
101
Bab 101 Definisi Rasa
102
Bab 102 Menjalani Hidup Masing - masing
103
Bab 103 Interaksi Rian dan Raka
104
Bab 104 Hubungan Raka dan Kirana
105
Bab 105 Showtime!
106
Bab 106 Mau kemana mereka?
107
Bab 107 Real Showtime!
108
Bab 108 Kenyataan dibalik Surat Ancaman
109
Bab 109 Bukan Begini Caranya
110
Bab 110 Kesal
111
Bab 111 Apa yang sebenarnya terjadi?
112
Bab 112 Tempat Bersandar bagian 1
113
Bab 113 Chapter Baru
114
Bab 114 Keberanian
115
Bab 115 Ngampus lagi
116
Bab 116 Bagaimana mungkin?
117
Bab 117 Bekas Luka itu ternyata begitu dalam
118
Bab 118 Siapa itu?
119
Bab 119 Pembicaraan Serius
120
Bab 120 Proposal Dadakan?
121
Bab 121 Insiden di Kelas
122
Bab 122 Salah Paham
123
Bab 123 Kejutan
124
Bab 124 Kepercayaan
125
Bab 125 Kehadiran Dosen Baru
126
Bab 126 Kehadiran Dosen Baru
127
Bab 127 Pertanyaan yang sulit dijawab
128
Bab 128 Dosen Muda Berbakat
129
Bab 129 Drama mau Dinas Luar Negeri
130
Bab 130 Drama mau Dinas Luar Negeri Bagian 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!