Bab 8 Cinta tanpa Hubungan

“Lo juga suka lagu ini? Gue juga suka, ini enak banget didenger. Kalo bahasa kitanya tuh, easy listening. Bener nggak?”, Radit tidak berhenti berbicara sesampainya mereka di toko komputer dan aksesoris.

Selepas meeting, Radit sudah lebih dulu mendekati Kirana. Dia bertanya apa rencana Kirana hari ini. Kirana yang awalnya ragu kemudian memilih untuk mengatakan yang sebenarnya.

Kebetulan, hari ini sepupu Kirana akan datang dari luar kota. Berhubung dia tinggal di desa, Kirana ingin memberikan hadiah sepasang headphone yang sudah lama diidam - idamkannya.

Paman dan Bibi Kirana sangat baik padanya. Terutama saat pertama kali mereka mengetahui kalau kedua orang tuanya memutuskan untuk bercerai. Meskipun dengan pendapatan ibunya yang bekerja di perusahaan Multinasional tergolong mencukupi, namun tetap saja, tinggal di ibukota hanya berdua tidaklah mudah.

Oleh karena itu, sejak perceraian itu terjadi, mereka yang biasanya datang 2 tahun sekali jadi lebih sering untuk berkunjung bersilaturahmi. Kirana juga sering mendatangi kediaman mereka di desa.

Ibunya adalah satu dari lima bersaudara. Dua diantaranya sukses dan tinggal jauh dari desa. Satu di luar negeri dan ibu Kirana menetap di ibukota. Tiga lainnya memutuskan untuk tetap tinggal di desa.

Hanya saja, dua lainnya adalah adik - adik dari ibunya dan mereka juga tidak tergolong berkecukupan, sehingga mereka jarang mengunjungi Kirana dan ibunya di ibukota.

Seiring berjalannya waktu, Kirana menjadi lebih akrab dari anak - anak paman dan bibinya terutama Sri. Usianya dua tahun di bawah Kirana. Dia sudah lulus SMA namun masih belum bisa memutuskan apakah akan lanjut kuliah atau tidak.

Jadi, sekarang dia masih menganggur. Dia memiliki dua orang kakak laki - laki yang keduanya sudah memiliki rumah tangga mereka sendiri. Bisa dibilang Sri adalah anak yang tak terduga. Di usia yang hampir senja, paman dan bibi memilikinya. Jadi, berbeda dengan kakak - kakak laki - lakinya, dia masih sangat belia.

Paman dan bibi sebenarnya tidak masalah jika Sri memutuskan untuk berkuliah di ibukota. Hanya saja, Sri masih belum bisa memutuskan. Dia masih membutuhkan waktu sampai benar - benar bisa memilih yang terbaik.

Tetap tinggal di desa, atau ke ibukota untuk kuliah.

Kembali pada Radit yang saat ini sedang membantu Kirana memilih headphone yang terbaik. Mereka baru mencoba satu. Layaknya orang yang ingin mencoba performa headphone, Kirana juga menyambungkan headphone itu ke ponselnya. Lalu, dia memutar salah satu lagu di playlistnya.

Kirana belum sempat mengatur volume sehingga Radit bisa mendengar suara yang keluar dari headphone itu.

“Aku gak nyangka loh, Ran. Kamu suka lagu - lagu tipikal ini juga?”, ucap Radit masih terpana saat melihat lagi playlist Kirana dari samping.

Kirana hanya tersenyum.

“Kamu suka band ini?”, kemudian Radit menyebutkan nama salah satu band inggris ternama yang dia sukai.

“Wah.. gue suka banget sama band itu. Baru banget, kan?”, Kirana paling tidak bisa diajak mengobrol tentang topik ini.

Kenapa? Dia langsung jadi lupa diri. Dia bahkan sudah tak ingat sekarang kalau yang ada di depannya ini adalah Radit, Ketua BEM Kampus yang sudah punya pacar.

“Coba deh kamu pasang lagu yang ini. Gila.. ini hits banget.”, sahut Radit menyebutkan satu judul lagi yang paling dia sukai.

“Bener – bener. Selera kita sama ya?”, ujar Kirana.

Sedetik kemudian dia baru sadar bahwa sepertinya dia sudah melemparkan statement yang berbahaya. Senyum merekah yang tadi Kirana lontarkan langsung berubah perlahan menjadi ekspresi canggung saat dirinya sadar apa yang sudah dia katakan.

“Soulmate kali ya.”, ekspresi wajah Kirana yang berubah menjadi canggung, lantas tak mengubah Radit untuk ikut menjadi canggung.

Dia bahkan ikut balas melemparkan statement yang lebih berbahaya lagi.

‘Apa coba maksudnya bilang ‘soulmate’. Dia kan sudah punya pacar. Kenapa mengatakan soulmate?’, komentar Kirana dalam hati.

Kirana kembali mengernyit sambil memandang Radit. Katanya – katanya hari ini sungguh tak biasanya.

‘Jangan – jangan ini orang mau pedekate ama gue lagi, pikirnya. Atau jangan – jangan dia memang seperti ini ama orang lain, even itu bukan gue.’, Kirana begitu asyik dengan berbagai asumsi yang dibuatnya sendiri hingga tak menyadari seorang cowok datang dari arah berlawanan dengannya.

BRAAAK

Tabrakan itu tak bisa terelakkan, Kirana yang saat itu sedang memegang dua buah headphone dan ponsel miliknya menjadi kelimpungan hingga merelakan salah satunya terjatuh dan untungnya tidak sampai pecah.

Mungkin memang headphone yang kualitas bagus memang berbeda, pikir Kirana. Sementara laki – laki yang tak sengaja di tabraknya nampak kesakitan memegang kakinya.

‘Nih orang kenapa lebay banget, pikir Kirana. Padahal cuma nabrak dikit, headphonenya aja nggak kenapa – kenapa. Kenapa malah dia yang ada apa - apa’, gumamnya dalam hati.

Pandangan Kirana juga mengarah ke Radit yang ikut bingung kenapa pria otu mengeluarkan reaksi yang berlebihan. Bukannya minta maaf, si cowok yang menabrak malah keluar dan terlihat dari etalase toko memasuki sebuah sedan hitam kemudian berhembus bagai angin.

Kirana dan Radit kembali berpandangan. Keduanya heran, baru kali ini dia bertemu orang seperti itu.

Kirana segera membersihkan headphone yang terjatuh dan membawanya ke meja kasir. Belum lagi Rana mengeluarkan dompet dari tasnya, Radit sudah siap dengan sebuah kartu di tangannya.

“Eh .. nggak usah Dit. Ini biar gue yang bayar, kan punya gue.”, kata Kirana langsung menolak.

Ia bahkan menahan tangan Radit agar tidak memberikan kartu itu pada kasir hingga membuat sang petugas kasir jadi kebingungan.

“Anggap aja hadiah dari gue.”, jawabnya sambil tersenyum.

“Hadiah? Jangan bercanda deh Dit. Ngapain lo kasih gue hadiah. Udah sini, biar gue yang bayar. Mba, jangan diterima.”, kata Kirana bersikeras.

“Memangnya kenapa? Ga perlu ada alasan tertentu, kan buat kasih lo hadiah. Anggap aja dari teman satu komunitas. Kita kan penyuka genre musik yang sama. Lain kali selain headphone, gue kasih tiket konsernya kalau kebetulan datang ke Indonesia.”, kata Radit.

Kirana saja sudah tidak ingin menerima hadiahnya yang ini. Sekarang pria itu malah menawarkan hadiah yang lain lagi.

Alhasil, daripada perdebatan ini berlangsung lama dan tidak selesai, Kirana memilih untuk mengalah. Dia bisa membayarnya kembali dalam bentuk lain. Misalnya dengan mentraktir Radit lain kali.

“Aduh, nggak usah. Gue bisa naik taksi kok. Lagian rumah gue juga nggak jauh – jauh amat dari sini.”, Setelah Radit membayar belanjaan Kirana di toko tadi, sekarang teman satu kampusnya itu menawarkan tumpangan untuk pulang.

Tentu saja Kirana lagi - lagi menolak. Menemaninya ke toko ini saja sudah membuat Kirana merasa sangat tidak nyaman, apalagi kalau dia harus berada satu mobil dengannya. Dari tadi sikap Radit juga sangat aneh. Tidak, sejak Radit mengajak Kirana ke toko bareng saja sudah aneh.

Dia bersikap sangat bersahabat padanya. Padahal sebelum - sebelumnya, meski mereka saling mengenal, Radit tidak akan seakrab ini dengannya. Sekarang, tidak hanya akrab, tapi Radit malah terlihat seperti orang yang sedang PDKT.

Siapa lagi cowok yang mau menghabiskan waktunya nemenin cewek beli sesuatu yang ga ada hubungannya sama sekali dengan dia, plus mau nganter pulang. Padahal, Radit juga punya cewe. Kirana tahu benar itu. Apalagi status Radit itu adalah Ketua BEM. Dia pasti sibuk banget.

“Naik aja, udah lama gue nggak nganterin lo pulang.”, ujar Radit kembali memaksa.

“Aduh, gue bener – bener nggak enak ama lo. Ama pacar lo juga.”, Kirana masih ingin menolaknya.

“Nyantai lah. Kan gue bukan suaminya haha.”, Radit hanya terkekeh dan akhirnya dengan setengah hati Kirana masuk ke mobil Radit dan melaju menuju rumahnya.

Episodes
1 Bab 1 Insiden Pagi di Kampus
2 Bab 2 Dosen Killer
3 Bab 3 Hukuman Dosen Killer
4 Bab 4 Hal yang Disembunyikan
5 Bab 5 Gosip dan Single Parent
6 Bab 6 Tugas dari Dosen
7 Bab 7 Tertidur
8 Bab 8 Cinta tanpa Hubungan
9 Bab 9 Hubungan tanpa Cinta
10 Bab 10 Hah, kok bisa?
11 Bab 11 Pasti ada yang salah
12 Bab 12 Bisa bisanya Dosen Fisika Ganti
13 Bab 13 Menghindar
14 Bab 14 Penjelasan
15 Bab 15 Insiden Tidak Terduga
16 Bab 16 Pacar Ketua BEM bikin ulah lagi
17 Bab 17 Salah Paham
18 Bab 18 Teman, Pacar, Sahabat, Mantan Suami
19 Bab 19 Sakit?
20 Bab 20 Ke Rumah Mantan Bagian 1
21 Bab 21 Ke Rumah Mantan Bagian 2
22 Bab 22 Ke Rumah Mantan Bagian 3
23 Bab 23 Tiba - tiba jadi Dingin
24 Bab 24 Tindakan tak Terduga
25 Bab 25 Pria Nyebelin
26 Bab 26 Kehebohan di Mobil Radit
27 Bab 27 Dosen Killer mulai Mengajar Bagian 1
28 Bab 28 Dosen Killer mulai Mengajar Bagian 2
29 Bab 29 Rahasia di balik Lembar Jawaban yang Hilang
30 Bab 30 Akhirnya Ketahuan
31 Bab 31 Sahabat Masa Lalu
32 Bab 32 Rasa yang Pernah Ada
33 Bab 33 What is wrong with Raka
34 Bab 34 Sandiwara Kirana
35 Bab 35 Kilas Balik
36 Bab 36 Awal Pertemuan
37 Bab 37 Hamil
38 Bab 38 Mengulik Masa Lalu
39 Bab 39 Mimpi Buruk
40 Bab 40 Mantan Terindah
41 Bab 41 Serba Serbi Dosen Killer
42 Bab 42 Radit Agresif
43 Bab 43 Akhirnya Jujur
44 Bab 44 Siapa Wanita itu?
45 Bab 45 Perkelahian di Klub
46 Bab 46 Memar
47 Bab 47 Masih Perhatian
48 Bab 48 Soal Kuis dari Siluman Rubah
49 Bab 49 Pengen Kabur
50 Bab 50 Lembaran Masa Lalu
51 Bab 51 Patah Hati
52 Bab 52 Wanita di Kehidupan Rian
53 Can’t forget you
54 Bab 54 Perasaan Campur Aduk
55 Bab 55 Tanpa Status
56 Bab 56 Cemburu
57 Bab 57 Curhat
58 Bab 58 PDKT Orang Ketiga di mulai
59 Bab 59 Reuni di Lapangan Tenis
60 Bab 60 PDKT Orang Ketiga
61 Bab 61 Tindakan Tak Terduga
62 Bab 62 Kemarahan Rian
63 Bab 63 Ujian Tengah Semester ‘Fisika Dasar’
64 Bab 64 Pertemuan Kirana dan Claudia
65 Bab 65 Perlahan Terungkap
66 Bab 66 Rencana Terselubung Raka
67 Bab 67 Salah Sangka
68 Bab 68 Aksi Protes Kirana pada Rian
69 Bab 69 Wanita di Hidup Rian
70 Bab 70 Acara Pentas Seni segera dimulai
71 Bab 71 Sandiwara Kirana di depan Raka
72 Bab 72 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H)
73 Bab 73 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H) Bagian 2
74 Bab 74 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H) Bagian 3
75 Bab 75 Saling Bertanya
76 Bab 76 Drama Terkunci di Toilet
77 Bab 77 Penyelamat disaat genting
78 Bab 78 Bangun Pagi di Hotel
79 Bab 79 Sesuatu yang Mengejutkan
80 Bab 80 Kenapa masih simpan Foto Kita?
81 Bab 81 Bukannya itu Pak Rian?
82 Bab 82 Pak Rian ke Rumah Sakit?
83 Bab 83 Cinta ditengah bayang - bayang masa lalu
84 Bab 84 Bersembunyi
85 Bab 85 Lepas dari Rasa Bersalah
86 Bab 86 Situasi Genting
87 Bab 87 Situasi Genting Masih Berlanjut
88 Bab 88 Jadi, Pak Rian itu siapanya Kirana?
89 Bab 89 Mantan Suami Gue
90 Bab 90 Dosen Killer tetep aja Killer
91 Bab 91 Surat Ancaman
92 Bab 92 Cowok Red Flag
93 Bab 93 Rian punya mata - mata
94 Bab 94 Tawaran Raka yang Sulit ditolak
95 Bab 95 Rencana Tahap Awal dimulai
96 Bab 96 Kepo tapi Gengsi
97 Bab 97 Kirana dapat Surat Misterius lagi
98 Bab 98 Permintaan Maaf
99 Bab 99 Makan Malam di Apartemen Raka
100 Bab 100 Perang Dingin
101 Bab 101 Definisi Rasa
102 Bab 102 Menjalani Hidup Masing - masing
103 Bab 103 Interaksi Rian dan Raka
104 Bab 104 Hubungan Raka dan Kirana
105 Bab 105 Showtime!
106 Bab 106 Mau kemana mereka?
107 Bab 107 Real Showtime!
108 Bab 108 Kenyataan dibalik Surat Ancaman
109 Bab 109 Bukan Begini Caranya
110 Bab 110 Kesal
111 Bab 111 Apa yang sebenarnya terjadi?
112 Bab 112 Tempat Bersandar bagian 1
113 Bab 113 Chapter Baru
114 Bab 114 Keberanian
115 Bab 115 Ngampus lagi
116 Bab 116 Bagaimana mungkin?
117 Bab 117 Bekas Luka itu ternyata begitu dalam
118 Bab 118 Siapa itu?
119 Bab 119 Pembicaraan Serius
120 Bab 120 Proposal Dadakan?
121 Bab 121 Insiden di Kelas
122 Bab 122 Salah Paham
123 Bab 123 Kejutan
124 Bab 124 Kepercayaan
125 Bab 125 Kehadiran Dosen Baru
126 Bab 126 Kehadiran Dosen Baru
127 Bab 127 Pertanyaan yang sulit dijawab
128 Bab 128 Dosen Muda Berbakat
129 Bab 129 Drama mau Dinas Luar Negeri
130 Bab 130 Drama mau Dinas Luar Negeri Bagian 2
Episodes

Updated 130 Episodes

1
Bab 1 Insiden Pagi di Kampus
2
Bab 2 Dosen Killer
3
Bab 3 Hukuman Dosen Killer
4
Bab 4 Hal yang Disembunyikan
5
Bab 5 Gosip dan Single Parent
6
Bab 6 Tugas dari Dosen
7
Bab 7 Tertidur
8
Bab 8 Cinta tanpa Hubungan
9
Bab 9 Hubungan tanpa Cinta
10
Bab 10 Hah, kok bisa?
11
Bab 11 Pasti ada yang salah
12
Bab 12 Bisa bisanya Dosen Fisika Ganti
13
Bab 13 Menghindar
14
Bab 14 Penjelasan
15
Bab 15 Insiden Tidak Terduga
16
Bab 16 Pacar Ketua BEM bikin ulah lagi
17
Bab 17 Salah Paham
18
Bab 18 Teman, Pacar, Sahabat, Mantan Suami
19
Bab 19 Sakit?
20
Bab 20 Ke Rumah Mantan Bagian 1
21
Bab 21 Ke Rumah Mantan Bagian 2
22
Bab 22 Ke Rumah Mantan Bagian 3
23
Bab 23 Tiba - tiba jadi Dingin
24
Bab 24 Tindakan tak Terduga
25
Bab 25 Pria Nyebelin
26
Bab 26 Kehebohan di Mobil Radit
27
Bab 27 Dosen Killer mulai Mengajar Bagian 1
28
Bab 28 Dosen Killer mulai Mengajar Bagian 2
29
Bab 29 Rahasia di balik Lembar Jawaban yang Hilang
30
Bab 30 Akhirnya Ketahuan
31
Bab 31 Sahabat Masa Lalu
32
Bab 32 Rasa yang Pernah Ada
33
Bab 33 What is wrong with Raka
34
Bab 34 Sandiwara Kirana
35
Bab 35 Kilas Balik
36
Bab 36 Awal Pertemuan
37
Bab 37 Hamil
38
Bab 38 Mengulik Masa Lalu
39
Bab 39 Mimpi Buruk
40
Bab 40 Mantan Terindah
41
Bab 41 Serba Serbi Dosen Killer
42
Bab 42 Radit Agresif
43
Bab 43 Akhirnya Jujur
44
Bab 44 Siapa Wanita itu?
45
Bab 45 Perkelahian di Klub
46
Bab 46 Memar
47
Bab 47 Masih Perhatian
48
Bab 48 Soal Kuis dari Siluman Rubah
49
Bab 49 Pengen Kabur
50
Bab 50 Lembaran Masa Lalu
51
Bab 51 Patah Hati
52
Bab 52 Wanita di Kehidupan Rian
53
Can’t forget you
54
Bab 54 Perasaan Campur Aduk
55
Bab 55 Tanpa Status
56
Bab 56 Cemburu
57
Bab 57 Curhat
58
Bab 58 PDKT Orang Ketiga di mulai
59
Bab 59 Reuni di Lapangan Tenis
60
Bab 60 PDKT Orang Ketiga
61
Bab 61 Tindakan Tak Terduga
62
Bab 62 Kemarahan Rian
63
Bab 63 Ujian Tengah Semester ‘Fisika Dasar’
64
Bab 64 Pertemuan Kirana dan Claudia
65
Bab 65 Perlahan Terungkap
66
Bab 66 Rencana Terselubung Raka
67
Bab 67 Salah Sangka
68
Bab 68 Aksi Protes Kirana pada Rian
69
Bab 69 Wanita di Hidup Rian
70
Bab 70 Acara Pentas Seni segera dimulai
71
Bab 71 Sandiwara Kirana di depan Raka
72
Bab 72 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H)
73
Bab 73 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H) Bagian 2
74
Bab 74 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H) Bagian 3
75
Bab 75 Saling Bertanya
76
Bab 76 Drama Terkunci di Toilet
77
Bab 77 Penyelamat disaat genting
78
Bab 78 Bangun Pagi di Hotel
79
Bab 79 Sesuatu yang Mengejutkan
80
Bab 80 Kenapa masih simpan Foto Kita?
81
Bab 81 Bukannya itu Pak Rian?
82
Bab 82 Pak Rian ke Rumah Sakit?
83
Bab 83 Cinta ditengah bayang - bayang masa lalu
84
Bab 84 Bersembunyi
85
Bab 85 Lepas dari Rasa Bersalah
86
Bab 86 Situasi Genting
87
Bab 87 Situasi Genting Masih Berlanjut
88
Bab 88 Jadi, Pak Rian itu siapanya Kirana?
89
Bab 89 Mantan Suami Gue
90
Bab 90 Dosen Killer tetep aja Killer
91
Bab 91 Surat Ancaman
92
Bab 92 Cowok Red Flag
93
Bab 93 Rian punya mata - mata
94
Bab 94 Tawaran Raka yang Sulit ditolak
95
Bab 95 Rencana Tahap Awal dimulai
96
Bab 96 Kepo tapi Gengsi
97
Bab 97 Kirana dapat Surat Misterius lagi
98
Bab 98 Permintaan Maaf
99
Bab 99 Makan Malam di Apartemen Raka
100
Bab 100 Perang Dingin
101
Bab 101 Definisi Rasa
102
Bab 102 Menjalani Hidup Masing - masing
103
Bab 103 Interaksi Rian dan Raka
104
Bab 104 Hubungan Raka dan Kirana
105
Bab 105 Showtime!
106
Bab 106 Mau kemana mereka?
107
Bab 107 Real Showtime!
108
Bab 108 Kenyataan dibalik Surat Ancaman
109
Bab 109 Bukan Begini Caranya
110
Bab 110 Kesal
111
Bab 111 Apa yang sebenarnya terjadi?
112
Bab 112 Tempat Bersandar bagian 1
113
Bab 113 Chapter Baru
114
Bab 114 Keberanian
115
Bab 115 Ngampus lagi
116
Bab 116 Bagaimana mungkin?
117
Bab 117 Bekas Luka itu ternyata begitu dalam
118
Bab 118 Siapa itu?
119
Bab 119 Pembicaraan Serius
120
Bab 120 Proposal Dadakan?
121
Bab 121 Insiden di Kelas
122
Bab 122 Salah Paham
123
Bab 123 Kejutan
124
Bab 124 Kepercayaan
125
Bab 125 Kehadiran Dosen Baru
126
Bab 126 Kehadiran Dosen Baru
127
Bab 127 Pertanyaan yang sulit dijawab
128
Bab 128 Dosen Muda Berbakat
129
Bab 129 Drama mau Dinas Luar Negeri
130
Bab 130 Drama mau Dinas Luar Negeri Bagian 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!