Bab 3 Hukuman Dosen Killer

“Arghhhh! Kenapa dia kejam banget sih? Bisa ga sih ga sok - sok berkuasa jadi dosen? Memangnya kalau dosen, bisa suruh - suruh kerjain soal sebanyak itu terus kumpulin pagi dini hari? Dia kira aku apa? Kenapa cuma karena protes aku langsung disuruh kumpulin jam 6 pagi? Memangnya dia sudah di kantor jam segitu? Kesel banget ngadepin dosen killer tuir kaya dia.”, Kirana yang sudah sampai di rumah segera melepaskan kekesalannya pada bantal dan kasur yang tidak bersalah.

Apapun yang ada di rumahnya langsung menjadi korban Kirana. Dia tidak hanya mengeluarkan sumpah serapah dengan mulutnya, tetapi Kirana sudah melakukan reog dan srimulat di kamarnya dengan bantal - bantal miliknya yang dia anggap sebagai Pak Rian, si dosen killer.

“Heh… dia kira orang di kampus hanya mengerjakan tugas dari dia? Apa hebatnya sih jadi dosen Fisika? Tahu banget aku gak pinter Fisika sama sekali. Kalau otaknya sehebat itu, kenapa dia ga ngajuin jadi penerima Nobel aja sekalian? Arghhhh… terus besok aku harus gimana? Sekarang sudah jam segini. Pertama, aku gak akan bisa bangun pagi. Kedua, aku gak bakal bisa ngerjain tugas sebanyak itu dalam semalam. Help!!!”, Kirana berteriak di kamarnya seperti orang gila.

“Kenapa lagi sih Ran? Pulang kampus kok langsung marah – marah begitu. Malu dong, kamu kan perempuan. Sudah kuliah lagi, masa kelakuannya masih seperti anak SD saja. Siapa sih yang kamu marah - marahin?.”, tanya ibundanya yang kebetulan lewat di depan kamarnya.

Tadinya, ibunda Kirana bermaksud untuk mengambil beberapa buah buku yang ada di ruangan samping kamar Kirana sekaligus mengajak anaknya untuk makan malam. Mendengar kehebohan dari ruang sebelah, ibundanya langsung berhenti di kamar Kirana.

Kirana membaringkan badannya di kasur dan bertumpu pada bantal guling. Sesekali dia melihat ponsel yang isinya kosong tanpa pesan dengan kesal. Pertama, Ghea sudah mengajak ribut perkara Radit. Kedua, hal itu didengar oleh cowok misterius yang tidak pernah dia lihat sebelumnya.

Ketiga, dia harus diajar oleh dosen killer yang dia pikir tidak akan pernah ditemui lagi karena sudah berhasil mendapatkan kelas yang tentram dan damai. Siapa kira dosen itu malah menggantikan dosen yang seharusnya mengajar di kelasnya.

Keempat, dia yang sudah sangat menghindari dosen itu malah harus terlibat masalah dengannya mengerjakan setumpuk soal bodoh yang tidak disukainya. Plus, besok dia mau tidak mau harus kembali menemui pria itu. Eh, salah. Dosen itu.

Mendengar ibunya bertanya, Kirana langsung membalikkan badannya dan bersiap untuk sesi curhat.

“Gimana Kirana gak marah - marah kalau dosennya suka cari gara - gara, ma. Mama kan tahu perjuangan Kirana biar dapat guru Fisika yang tidak bawel dan kerjaannya nyusahin orang. Kirana sampe pasang WiFi yang bandwidthnya gede supaya bisa dapat kelas itu.”, Kirana bercerita dengan menggebu - gebu. Bahkan dia tidak memberikan titik koma sama sekali.

Mungkin semua kalimatnya tadi dia katakan hanya dalam satu tarikan nafas saja.

“Iya, mama tahu. Kamu sampai cari kerja sampingan untuk bisa masukin WiFi yang cuma kamu pakai satu bulan. Terus? Bukannya kamu ngabarin mama kamu akhirnya berhasil dapat kelasnya. Sekarang masalahnya dimana?”, tanya ibunda Kirana sambil meletakkan baju yang yang dia taruh sembarangan.

“Udah mama gak usah beresin. Nanti Kirana beresin sendiri. Itu cuma karena Kirana lagi marah aja makanya Kirana sengaja berantakan.”, kata Kirana yang merasa tidak enak melihat ibundanya mengutip satu persatu baju dan tasnya.

“Ya udah. Terus?”, kata ibunda Kirana sambil kembali duduk mendengarkan isi hari putri semata wayangnya.

“Sekarang ga ada gunanya, ma. Dosen itu tetap aja masuk ke kelas yang Kirana ambil. Alibi banget gantiin dosen sebelumnya.”, kata Kira masih dengan berdecak kesal setiap kali berbicara tentang dosennya.

“Ya, siapa tahu memang dosen yang sebelumnya berhalangan. Kok malah dibilang alibi, sih. Dia juga masuk mungkin sesi hari ini aja. Besok - besok enggak masuk lagi.”, kata ibunda Kirana menenangkan.

“Cuma dosen pengganti aja, dia udah kasih kita satu kelas PR yang luar biasa banyak. Terus besok harus dikumpul pagi - pagi. Kirana gimana ngerjainnya. Terus mama tahu, dia suruh Kirana kumpulin jam 6 pagi. Beda sama anak - anak lainnya, cuma karena Kirana ngomel pas dikasih tugas. Killer banget, kan dosennya.”, kata Kirana kesal.

“Siapa sih nama dosennya yang killer itu?”, tanya ibunda Kirana berusaha melanjutkan percakapan dengan putrinya agar rasa kesalnya hilang. Tanya - tanya sedikit dan mengobrol panjang mungkin bisa membuat amarah Kirana berkurang.

“Ada pokoknya dosen killer bin sadis yang Kirana gak mau ketemu lagi. Cuma dia alasan satu - satunya Kirana mau lulus 3.5 tahun biar ga liat muka dia lagi di kampus. Kesel pokoknyaaa.”, teriak Kirana sambil meremas bantal guling dihadapannya.

“Ya sudah.. Marahnya udahan. Saatnya kamu mandi terus makan malam. Setelah itu kerjain PR nya sebisa kamu. Besok kumpulkan. Yang penting ngerjain. Toh, yang akan menilai kan nanti dosen yang kamu enroll. Beliau hanya pengganti.”, kata ibunda Kirana.

‘Hm.. bener juga. Kenapa aku tidak berpikir kesana, ya. Memikirkan dia, membuat aku kesal sampai lupa kalau dia toh bukan dosen yang aku enroll. Yang akan kasih nilai kan dosen yang memang aku enroll. Ngapain pusing.’, pikir Kirana dalam hati.

Seketika itu juga, Kirana langsung berdiri dan mengambil handuk. Bersiap untuk masuk ke kamar mandi.

Meski Kirana masih tidak bisa melenyapkan rasa kesal dalam dirinya. Bayang - bayang aktor - aktor antagonis yang hari ini membuat harinya sulit bermunculan di kepalanya. Dia sudah bisa mengontrol emosinya. Dia simpan dulu amarahnya untuk dia luapkan nanti - nanti.

“Ya udah, kamu mandi dulu. Mama udah buatin jus kesukaan kamu, jus melon sayur. Mama tunggu di bawah ya. Kita makan malam bareng. Mama juga udah bikin Ayam Taliwang kesukaan kamu. Harus makan banyak pokoknya biar bisa menyelesaikan PR dari si dosen killer. ”, ibunda Kirana memang sudah menyiapkan jus ini untuk putrinya itu.

Setiap pulang dari kampus, ibunda Kirana pasti punya menu jus baru yang dia selang seling selama seminggu agar tidak bosan. Dia yakin dengan mengkonsumsi jus dan buah setiap hari bisa meningkatkan daya tahan tubuh. Kesehatan kulit juga terjaga.

“Mama emang tahu kesukaan aku, tiap hari kayak gini kan enak ma, aku jadi nggak gampang marah – marah mulu.”, ucap Rana langsung masuk ke dalam kamar mandi.

“Lah, kan memang tiap hari. Tapi sepertinya kamu tetap tidak bisa mengendalikan amarah kamu yang suka meledak - ledak, ya. Sepertinya mama harus buat jusnya dua kali sehari.”, sahut ibunda Kirana sambil bercanda.

Kirana memang anak yang keras. Dia juga tegas. Meski seorang perempuan, dia tidak lantas kalem seperti anak - anak lainnya. Meski di rumah dan saat bersama teman - temannya dia sering meledak - ledak, tetapi Kirana adalah anak yang baik.

Dia rajin dan terbukti selalu berprestasi di sekolah. Awalnya dia sangat ingin untuk mengambil kuliah kedokteran, tetapi apa daya meski nilainya bagus, Kirana sulit untuk mendapatkan beasiswa.

Biaya kuliah sangat besar kalau harus ditanggung oleh ibundanya yang single parent sendirian. Meski kadang papanya yang sudah resmi bercerai saat dia masuk SMA, Kirana tidak bisa membebankan hal itu karena istri baru papa pasti akan mengganggu mama terus.

Jadilah Kirana mengambil jurusan Teknik Sipil. Dia tidak begitu tahu saat pertama kali mengambil jurusan ini. Perhatian pertamanya tetaplah di jurusan kedokteran. Tapi, saat ditekuni ternyata jurusan ini juga menarik untuknya dengan sendirinya.

Episodes
1 Bab 1 Insiden Pagi di Kampus
2 Bab 2 Dosen Killer
3 Bab 3 Hukuman Dosen Killer
4 Bab 4 Hal yang Disembunyikan
5 Bab 5 Gosip dan Single Parent
6 Bab 6 Tugas dari Dosen
7 Bab 7 Tertidur
8 Bab 8 Cinta tanpa Hubungan
9 Bab 9 Hubungan tanpa Cinta
10 Bab 10 Hah, kok bisa?
11 Bab 11 Pasti ada yang salah
12 Bab 12 Bisa bisanya Dosen Fisika Ganti
13 Bab 13 Menghindar
14 Bab 14 Penjelasan
15 Bab 15 Insiden Tidak Terduga
16 Bab 16 Pacar Ketua BEM bikin ulah lagi
17 Bab 17 Salah Paham
18 Bab 18 Teman, Pacar, Sahabat, Mantan Suami
19 Bab 19 Sakit?
20 Bab 20 Ke Rumah Mantan Bagian 1
21 Bab 21 Ke Rumah Mantan Bagian 2
22 Bab 22 Ke Rumah Mantan Bagian 3
23 Bab 23 Tiba - tiba jadi Dingin
24 Bab 24 Tindakan tak Terduga
25 Bab 25 Pria Nyebelin
26 Bab 26 Kehebohan di Mobil Radit
27 Bab 27 Dosen Killer mulai Mengajar Bagian 1
28 Bab 28 Dosen Killer mulai Mengajar Bagian 2
29 Bab 29 Rahasia di balik Lembar Jawaban yang Hilang
30 Bab 30 Akhirnya Ketahuan
31 Bab 31 Sahabat Masa Lalu
32 Bab 32 Rasa yang Pernah Ada
33 Bab 33 What is wrong with Raka
34 Bab 34 Sandiwara Kirana
35 Bab 35 Kilas Balik
36 Bab 36 Awal Pertemuan
37 Bab 37 Hamil
38 Bab 38 Mengulik Masa Lalu
39 Bab 39 Mimpi Buruk
40 Bab 40 Mantan Terindah
41 Bab 41 Serba Serbi Dosen Killer
42 Bab 42 Radit Agresif
43 Bab 43 Akhirnya Jujur
44 Bab 44 Siapa Wanita itu?
45 Bab 45 Perkelahian di Klub
46 Bab 46 Memar
47 Bab 47 Masih Perhatian
48 Bab 48 Soal Kuis dari Siluman Rubah
49 Bab 49 Pengen Kabur
50 Bab 50 Lembaran Masa Lalu
51 Bab 51 Patah Hati
52 Bab 52 Wanita di Kehidupan Rian
53 Can’t forget you
54 Bab 54 Perasaan Campur Aduk
55 Bab 55 Tanpa Status
56 Bab 56 Cemburu
57 Bab 57 Curhat
58 Bab 58 PDKT Orang Ketiga di mulai
59 Bab 59 Reuni di Lapangan Tenis
60 Bab 60 PDKT Orang Ketiga
61 Bab 61 Tindakan Tak Terduga
62 Bab 62 Kemarahan Rian
63 Bab 63 Ujian Tengah Semester ‘Fisika Dasar’
64 Bab 64 Pertemuan Kirana dan Claudia
65 Bab 65 Perlahan Terungkap
66 Bab 66 Rencana Terselubung Raka
67 Bab 67 Salah Sangka
68 Bab 68 Aksi Protes Kirana pada Rian
69 Bab 69 Wanita di Hidup Rian
70 Bab 70 Acara Pentas Seni segera dimulai
71 Bab 71 Sandiwara Kirana di depan Raka
72 Bab 72 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H)
73 Bab 73 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H) Bagian 2
74 Bab 74 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H) Bagian 3
75 Bab 75 Saling Bertanya
76 Bab 76 Drama Terkunci di Toilet
77 Bab 77 Penyelamat disaat genting
78 Bab 78 Bangun Pagi di Hotel
79 Bab 79 Sesuatu yang Mengejutkan
80 Bab 80 Kenapa masih simpan Foto Kita?
81 Bab 81 Bukannya itu Pak Rian?
82 Bab 82 Pak Rian ke Rumah Sakit?
83 Bab 83 Cinta ditengah bayang - bayang masa lalu
84 Bab 84 Bersembunyi
85 Bab 85 Lepas dari Rasa Bersalah
86 Bab 86 Situasi Genting
87 Bab 87 Situasi Genting Masih Berlanjut
88 Bab 88 Jadi, Pak Rian itu siapanya Kirana?
89 Bab 89 Mantan Suami Gue
90 Bab 90 Dosen Killer tetep aja Killer
91 Bab 91 Surat Ancaman
92 Bab 92 Cowok Red Flag
93 Bab 93 Rian punya mata - mata
94 Bab 94 Tawaran Raka yang Sulit ditolak
95 Bab 95 Rencana Tahap Awal dimulai
96 Bab 96 Kepo tapi Gengsi
97 Bab 97 Kirana dapat Surat Misterius lagi
98 Bab 98 Permintaan Maaf
99 Bab 99 Makan Malam di Apartemen Raka
100 Bab 100 Perang Dingin
101 Bab 101 Definisi Rasa
102 Bab 102 Menjalani Hidup Masing - masing
103 Bab 103 Interaksi Rian dan Raka
104 Bab 104 Hubungan Raka dan Kirana
105 Bab 105 Showtime!
106 Bab 106 Mau kemana mereka?
107 Bab 107 Real Showtime!
108 Bab 108 Kenyataan dibalik Surat Ancaman
109 Bab 109 Bukan Begini Caranya
110 Bab 110 Kesal
111 Bab 111 Apa yang sebenarnya terjadi?
112 Bab 112 Tempat Bersandar bagian 1
113 Bab 113 Chapter Baru
114 Bab 114 Keberanian
115 Bab 115 Ngampus lagi
116 Bab 116 Bagaimana mungkin?
117 Bab 117 Bekas Luka itu ternyata begitu dalam
118 Bab 118 Siapa itu?
119 Bab 119 Pembicaraan Serius
120 Bab 120 Proposal Dadakan?
121 Bab 121 Insiden di Kelas
122 Bab 122 Salah Paham
123 Bab 123 Kejutan
124 Bab 124 Kepercayaan
125 Bab 125 Kehadiran Dosen Baru
126 Bab 126 Kehadiran Dosen Baru
127 Bab 127 Pertanyaan yang sulit dijawab
128 Bab 128 Dosen Muda Berbakat
129 Bab 129 Drama mau Dinas Luar Negeri
130 Bab 130 Drama mau Dinas Luar Negeri Bagian 2
Episodes

Updated 130 Episodes

1
Bab 1 Insiden Pagi di Kampus
2
Bab 2 Dosen Killer
3
Bab 3 Hukuman Dosen Killer
4
Bab 4 Hal yang Disembunyikan
5
Bab 5 Gosip dan Single Parent
6
Bab 6 Tugas dari Dosen
7
Bab 7 Tertidur
8
Bab 8 Cinta tanpa Hubungan
9
Bab 9 Hubungan tanpa Cinta
10
Bab 10 Hah, kok bisa?
11
Bab 11 Pasti ada yang salah
12
Bab 12 Bisa bisanya Dosen Fisika Ganti
13
Bab 13 Menghindar
14
Bab 14 Penjelasan
15
Bab 15 Insiden Tidak Terduga
16
Bab 16 Pacar Ketua BEM bikin ulah lagi
17
Bab 17 Salah Paham
18
Bab 18 Teman, Pacar, Sahabat, Mantan Suami
19
Bab 19 Sakit?
20
Bab 20 Ke Rumah Mantan Bagian 1
21
Bab 21 Ke Rumah Mantan Bagian 2
22
Bab 22 Ke Rumah Mantan Bagian 3
23
Bab 23 Tiba - tiba jadi Dingin
24
Bab 24 Tindakan tak Terduga
25
Bab 25 Pria Nyebelin
26
Bab 26 Kehebohan di Mobil Radit
27
Bab 27 Dosen Killer mulai Mengajar Bagian 1
28
Bab 28 Dosen Killer mulai Mengajar Bagian 2
29
Bab 29 Rahasia di balik Lembar Jawaban yang Hilang
30
Bab 30 Akhirnya Ketahuan
31
Bab 31 Sahabat Masa Lalu
32
Bab 32 Rasa yang Pernah Ada
33
Bab 33 What is wrong with Raka
34
Bab 34 Sandiwara Kirana
35
Bab 35 Kilas Balik
36
Bab 36 Awal Pertemuan
37
Bab 37 Hamil
38
Bab 38 Mengulik Masa Lalu
39
Bab 39 Mimpi Buruk
40
Bab 40 Mantan Terindah
41
Bab 41 Serba Serbi Dosen Killer
42
Bab 42 Radit Agresif
43
Bab 43 Akhirnya Jujur
44
Bab 44 Siapa Wanita itu?
45
Bab 45 Perkelahian di Klub
46
Bab 46 Memar
47
Bab 47 Masih Perhatian
48
Bab 48 Soal Kuis dari Siluman Rubah
49
Bab 49 Pengen Kabur
50
Bab 50 Lembaran Masa Lalu
51
Bab 51 Patah Hati
52
Bab 52 Wanita di Kehidupan Rian
53
Can’t forget you
54
Bab 54 Perasaan Campur Aduk
55
Bab 55 Tanpa Status
56
Bab 56 Cemburu
57
Bab 57 Curhat
58
Bab 58 PDKT Orang Ketiga di mulai
59
Bab 59 Reuni di Lapangan Tenis
60
Bab 60 PDKT Orang Ketiga
61
Bab 61 Tindakan Tak Terduga
62
Bab 62 Kemarahan Rian
63
Bab 63 Ujian Tengah Semester ‘Fisika Dasar’
64
Bab 64 Pertemuan Kirana dan Claudia
65
Bab 65 Perlahan Terungkap
66
Bab 66 Rencana Terselubung Raka
67
Bab 67 Salah Sangka
68
Bab 68 Aksi Protes Kirana pada Rian
69
Bab 69 Wanita di Hidup Rian
70
Bab 70 Acara Pentas Seni segera dimulai
71
Bab 71 Sandiwara Kirana di depan Raka
72
Bab 72 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H)
73
Bab 73 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H) Bagian 2
74
Bab 74 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H) Bagian 3
75
Bab 75 Saling Bertanya
76
Bab 76 Drama Terkunci di Toilet
77
Bab 77 Penyelamat disaat genting
78
Bab 78 Bangun Pagi di Hotel
79
Bab 79 Sesuatu yang Mengejutkan
80
Bab 80 Kenapa masih simpan Foto Kita?
81
Bab 81 Bukannya itu Pak Rian?
82
Bab 82 Pak Rian ke Rumah Sakit?
83
Bab 83 Cinta ditengah bayang - bayang masa lalu
84
Bab 84 Bersembunyi
85
Bab 85 Lepas dari Rasa Bersalah
86
Bab 86 Situasi Genting
87
Bab 87 Situasi Genting Masih Berlanjut
88
Bab 88 Jadi, Pak Rian itu siapanya Kirana?
89
Bab 89 Mantan Suami Gue
90
Bab 90 Dosen Killer tetep aja Killer
91
Bab 91 Surat Ancaman
92
Bab 92 Cowok Red Flag
93
Bab 93 Rian punya mata - mata
94
Bab 94 Tawaran Raka yang Sulit ditolak
95
Bab 95 Rencana Tahap Awal dimulai
96
Bab 96 Kepo tapi Gengsi
97
Bab 97 Kirana dapat Surat Misterius lagi
98
Bab 98 Permintaan Maaf
99
Bab 99 Makan Malam di Apartemen Raka
100
Bab 100 Perang Dingin
101
Bab 101 Definisi Rasa
102
Bab 102 Menjalani Hidup Masing - masing
103
Bab 103 Interaksi Rian dan Raka
104
Bab 104 Hubungan Raka dan Kirana
105
Bab 105 Showtime!
106
Bab 106 Mau kemana mereka?
107
Bab 107 Real Showtime!
108
Bab 108 Kenyataan dibalik Surat Ancaman
109
Bab 109 Bukan Begini Caranya
110
Bab 110 Kesal
111
Bab 111 Apa yang sebenarnya terjadi?
112
Bab 112 Tempat Bersandar bagian 1
113
Bab 113 Chapter Baru
114
Bab 114 Keberanian
115
Bab 115 Ngampus lagi
116
Bab 116 Bagaimana mungkin?
117
Bab 117 Bekas Luka itu ternyata begitu dalam
118
Bab 118 Siapa itu?
119
Bab 119 Pembicaraan Serius
120
Bab 120 Proposal Dadakan?
121
Bab 121 Insiden di Kelas
122
Bab 122 Salah Paham
123
Bab 123 Kejutan
124
Bab 124 Kepercayaan
125
Bab 125 Kehadiran Dosen Baru
126
Bab 126 Kehadiran Dosen Baru
127
Bab 127 Pertanyaan yang sulit dijawab
128
Bab 128 Dosen Muda Berbakat
129
Bab 129 Drama mau Dinas Luar Negeri
130
Bab 130 Drama mau Dinas Luar Negeri Bagian 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!