Suasana kelas masih saja berisik meskipun kelas sudah dimulai sejak 10 menit yang lalu. Sebenarnya, suasana yang sangat biasa ditemukan jika belum ada dosen yang masuk ke dalam kelas.
Pemandangan seperti ini sangat sering ditemukan. Mereka tidak mencoba untuk mencari tahu apakah kelas hari ini tetap akan diadakan atau tidak? Apakah dosen mereka masuk atau tidak. Yang terpenting adalah mereka masuk ke dalam kelas dan duduk. Jika sampai waktu yang ditentukan dosen tidak juga masuk, itu artinya tidak ada kelas untuk hari ini.
Meskipun kelas ini terhitung sebagai salah satu kelas favorit di kampus mereka. Tetapi saat tidak ada dosen di kelas, inilah pemandangan yang biasa ditemui.
Para mahasiswa yang mengambil kelas ini biasanya adalah mahasiswa yang tidak mau berurusan dengan dosen killer. Biasanya, satu mata kuliah akan memiliki beberapa pilihan dosen untuk mengajar mahasiswa.
Mahasiswa akan melakukan war di platform internet untuk bisa mendapatkan dosen yang mereka inginkan. Kenapa kelas ini dikatakan sebagai kelas favorit? Hal itu tidak lain karena pertama, dosen yang mengajar adalah seorang dosen wanita yang masih muda. Kedua, dosen ini dikenal sangat murah hati dalam memberikan nilai.
Ketiga, saat di kelas, beliau tidak terlalu strict dan memberikan aturan. Siapapun bisa datang dan pergi sesuka hati. Bahkan, beliau juga tidak peduli jika ada yang terlambat bahkan tidak datang selama satu semester lamanya sekalipun.
Yang terpenting untuknya adalah mahasiswa mengerti apa yang diajarkan. Mahasiswa bisa mengikuti ujian dan lulus. Oleh karena itu, kelas ini dikenal sangat sulit untuk didapat.
Di beberapa sudut kelas yang masih kosong terdapat para mahasiswa dengan earphone di telinga mereka dan menari – nari di bagian belakang kelas yang kosong. Para gadis ribut membicarakan novel dan film – film terbaru, atau berteriak ricuh membicarakan idol - idol korea yang tampannya nggak ketulungan.
Beberapa dari mereka yang tak memiliki ketertarikan pada apapun memilih untuk tidur di barisan belakang meskipun sesekali dari mereka ada yang terkena pukulan bola beberapa anak basket yang tak tahu dimana tempat mereka berolahraga.
“Guys, kabar kali ini bener – bener.”, ujar seorang anak laki – laki dengan jaket lusuh dan sebuah topi di kepalanya. Nafasnya tersengal setelah berlari dari ruang dosen ke kelas.
“Bu Rika nggak masuk, jadi kita nggak ada kelas.”, teriaknya, masih dengan nafasnya yang tersengal - sengal.
Baru saja seisi kelas ingin berteriak, seorang dosen laki - laki masuk dan memukul bagian belakang kepala Ega, panggilan akrab untuk cowok cebol berjaket lusuh dan topi tadi. Tak tanggung – tanggung, dosen tadi memukul kepalanya dengan buku setebal 3 cm.
“Oke, yang ngajar hari ini saya, jadi mohon buka bukunya halaman 94 dan kerjakan latihannya. Kalo ada yang mau ditanyakan, saya duduk disini.”, jelas seorang dosen muda berparas tampan bak pangeran dari negeri antah barantah yang dengan malasnya mendorong kursi guru ke arah pintu dan mulai memasang earphone ke telinganya.
Terdengar hembusan nafas mahasiswa yang mengeluh kecewa.
“Berapa soal pak?”, tanya Rika, mahasiswi perempuan yang paling rajin di kelas ini.
“Semuanya.”, jawab dosen pria itu dengan santai.
“Tapi ini ada 100 soal dan ini adalah hitungan semua, pak.”, dengan sedikit penekanan pada akhir katanya, mahasiswi itu tak melupakan sopan santunnya dengan masih menggunakan sapaan yang pantas.
“Lalu?”, masih dengan nada santai, dosen itu kemudian memasang kembali earphone-nya tanpa menghiraukan pandangan mahasiswa lain yang saling bersahutan dengan sesekali mengeluarkan sumpah serapah mereka.
Dia cuma mengubah arah pandangnya ke lapangan basket tepat beberapa meter dari pintu kelas. Beberapa mahasiswi perempuan dengan pakaian cheers berlalu sambil menyapanya.
“Siang, pak ganteng!”, sapa para anak cheers tersebut.
Dosen lelaki ini hanya tersenyum.
“Dia mau ngebunuh kita, ini banyak banget!!”, Kirana, mahasiswi yang sedari tadi sibuk membalas pesan di ponselnya, mulai berkicau.
Ia mulai membuka bukunya dan mengambil pensil dengan malas. Sedikit tatapan sinis tak lupa ia layangkan pada pemilik kemeja polos warna putih. Cakep sih, tapi kebiasaannya itu, pikirnya.
“Bahkan dia lebih tampan dari pemain sinetron.”, ucap temannya yang ternyata ikut memandangi dosen itu. Dan tidak hanya mereka, mahasiswa perempuan lainnya ikut memandangi dosen dengan siluet mata berwarna coklat kebiruan itu. Melihatnya menatap ke luar kelas mereka membuat jantung seakan berhenti berdetak.
“Eh .. lo lagi ngelamunin Pak Rian, ato Radit?”
“Shutttt.. diem ah.. Nanti kalau ketahuan anak – anak yang lain. Gue jadi bahan gosip.”, kata Kirana berusaha menenangkan temannya yang sudah seperti ember bocor ini.
“Abis gue heran ama lo. Cantik, tapi nggak punya pacar. Segitu setianya lo nungguin Radit. Padahal maren - maren gue kira dia ada perasaan ama lo sampe suka ngajakin lo pulang bareng. Kok dia berubahnya cepet banget ya.”, kata Ghea heran. Ia menaruh pensil mekaniknya di kepala seolah – olah sedang berpikir.
“Bodo” jawab Kirana sekenanya. Sambil menghapus tulisan di bukunya kuat – kuat karena kesal.
“Lo kerjain aja tuh soal 100 biji. Kebanyakan ngomong yang ada gak kelar nih kerjaan kita.”, lanjut Kirana.
“Tapi ya, Na. Pak Rian tuh masih muda, ganteng, kuning langsat, baik lagi. Lo ga mau beralih ke dia aja. Kayanya dia belum ada cewe.”, sambar Ghea lagi tanpa pakai rem.
Kepala pak Rian terlihat menoleh ke arah mereka, seolah dia mendengarkan.
“Heh.. lo mau bikin gossip lagi tentang gue? Udah ah, Ghe. Kalo lo ngomong lagi, gue resign jadi temen, lo. Mana ada gossip datang dari sahabat sendiri.”, kata Kirana menggeleng.
“Tolong, boleh kerjasamanya untuk gak berisik, ya. Jumlah soalnya 100. Orang paling pintar di kelas saja mau protes, kalian yang IP nya gak seberapa masih sempat ngobrol.”, kata Pak Rian dengan tegas. Arah pandangnya kembali ia lakukan ke lapangan basket.
--------------
Hari sudah semakin sore. Sorak – sorai mahasiswa yang baru saja menyelesaikan kuliah terakhirnya hari itu terdengar riuh di sekitar kampus. Beberapa mahasiswa ada yang langsung berlari menuju gerbang. Beberapa ada yang sekedar duduk di kantin untuk mengobrol, dan ada juga yang langsung masuk ke dalam mobil.
Tapi tidak untuk kelas yang saat ini harus mengerjakan 100 soal.. Rata – rata dari mereka baru menyelesaikan setengahnya saja. Soalnya pilihan ganda, tapi bagi mereka ini jauh lebih sulit. Banyak sekali soal – soal yang sulit ditemukan solusinya.
Kebanyakan mahasiswa mungkin akan asal menebak saja. Toh itu juga bukan isian, jadi kemungkinannya masih 0.2 dari 5 pilihan yang ada. Tapi ini yang membedakan mereka dari mahasiswa di kampus lain. Mereka terkenal dengan kepedulian mereka terhadap nilai, akreditasi, dan kemampuan mereka. Meskipun kelihatan seperti mahasiswa normal lainnya, tapi peringkat merupakan hal paling penting disini.
Mereka memang suka bercanda, bermain, girang jika ada guru yang tidak hadir, tetapi dedikasi mereka terhadap aktivitas perkuliahan dan kampus terutama bidang akademik sangat tinggi.
“Baiklah, tugas itu boleh kalian kerjakan di rumah dan dikumpulkan besok pagi sebelum jam 7 di meja saya. Sekian dulu. Kalian boleh pulang.”, Pak Rian, sapaan akrabnya mulai menarik diri dari kelas itu setelah mengucapkan kata – kata yang melegakan mereka sekaligus menyakitkan.
Lega karena sudah bisa pulang dan terlepas dari rutinitas kampus hari ini. Sakit karena tugas ini masih harus membayang – bayangi mereka sampai besok. Di kepala mereka masing – masing, mereka sudah membayangkan harus begadang semalaman untuk mengerjakan ini.
Beberapa diantara mereka sudah ada yang membentuk kelompok kerja dan menentukan café mana yang menjadi markas. Para murid laki – laki biasanya senang berkumpul dan mengerjakan tugas ini bersama – sama.
“Sebelum jam 7, waras nggak sih dia?” Sahut Kirana yang tak usai dengan kalimat protesnya sejak ia mengerjakan soal. Bahkan setiap soal yang dikerjakannya disertai dengan sumpah serapahnya pada dosen tampan sekaligus menyebalkan itu.
“Dan yang mengatai saya gila bisa mengumpulkannya sebelum jam setengah 7 pagi. Sekian.” Kirana kaget, dia mengira dosen itu masih memutar lagu di telinganya.
“What?”, Kirana merasa darahnya naik hingga ke ubun – ubun. Kemarahannya langsung berada di puncak begitu mendengar kalimat itu. Dosennya hanya berlalu, bahkan seperti angin menghilang begitu saja.
“Kan gue gak bilang dia gila. Gue hanya menanyakan tingkat kewarasannya. Apa – apaan sih.”, kata Kirana masih emosi sambal melempar kasar semua bukunya ke dalam tas.
“Selamat datang di kuliah pagi ya, Rana.”, Beberapa mahasiswa laki – laki meledeknya. Jelas, Rana bukan tipe mahasiswa rajin yang akan terlihat di kelas saat burung - burung masih berkicau dan embun di dedaunan masih segar.
“Jangan pake ledek – ledek, ya. Mau gue bilangin juga. Biar kalian nginap sekalian di mapus ini.”, kata Kirana kesal.
“Dih, lo aja kali. Kita permisi…Kalo mo ikut kita juga boleh. Buat lo, kita bikin satu slot khusus buat cewe.”, kata bocah – bocah itu berlalu. Mereka sudah menentukan café mana yang menjadi markas peperangan tugas mereka sore itu.
“Makasih.”, teriak Kirana. Dia langsung melaju ke depan pintu kelas. Awalnya dia ingin mengejar pak Rian untuk menarik kembali kata – katanya tentang hadir di kampus lebih pagi dari orang – orang lain.
Mungkin sedikit permintaan maaf bisa mengubah titah pangeran sekolah ini. Tapi Kirana mengurungkan niatnya saat melihat Pak Rian sedang dikerubungi oleh dayang – dayang sekolah. Siapa lagi kalau bukan anak – anak cheers yang senang sekali mengekor dan mengerubungi Pak Rian seperti semut.
Kirana berdecak dan berlalu. Saking kesalnya, dia meninggalkan Ghea di belakang. Pak Rian adalah tipikal dosen yang sangat jarang terlihat di luar ruangan. Dia seperti pertapa yang selalu mengurung dirinya di ruangannya.
Karena itu begitu dia keluar dari persembunyian, para dayang – dayangnya pasti tidak akan menyia – nyiakan kesempatan besar itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
abdan syakura
Maaf Kak Mosa..
Kl Guru biasany kan identik dgn Siswa,kl Dosen - Mahasiswa..
Biar konsisten aj penulisannya ☺️✌️
Artiny disini Kiran msh gadis ya? blm prnh menikah?
Dilihat dr judulny,Kukira Si Dosen itu mantan suaminya Kiran...
Hahh baru 2 bab koq cpt x Aq menarik kesimpulan🤣🤣
2023-05-11
3