Bab 2 Dosen Killer

Suasana kelas masih saja berisik meskipun kelas sudah dimulai sejak 10 menit yang lalu.   Sebenarnya, suasana yang sangat biasa ditemukan jika belum ada dosen yang masuk ke dalam kelas.

Pemandangan seperti ini sangat sering ditemukan. Mereka tidak mencoba untuk mencari tahu apakah kelas hari ini tetap akan diadakan atau tidak? Apakah dosen mereka masuk atau tidak. Yang terpenting adalah mereka masuk ke dalam kelas dan duduk. Jika sampai waktu yang ditentukan dosen tidak juga masuk, itu artinya tidak ada kelas untuk hari ini.

Meskipun kelas ini terhitung sebagai salah satu kelas favorit di kampus mereka. Tetapi saat tidak ada dosen di kelas, inilah pemandangan yang biasa ditemui.

Para mahasiswa yang mengambil kelas ini biasanya adalah mahasiswa yang tidak mau berurusan dengan dosen killer. Biasanya, satu mata kuliah akan memiliki beberapa pilihan dosen untuk mengajar mahasiswa.

Mahasiswa akan melakukan war di platform internet untuk bisa mendapatkan dosen yang mereka inginkan. Kenapa kelas ini dikatakan sebagai kelas favorit? Hal itu tidak lain karena pertama, dosen yang mengajar adalah seorang dosen wanita yang masih muda. Kedua, dosen ini dikenal sangat murah hati dalam memberikan nilai.

Ketiga, saat di kelas, beliau tidak terlalu strict dan memberikan aturan. Siapapun bisa datang dan pergi sesuka hati. Bahkan, beliau juga tidak peduli jika ada yang terlambat bahkan tidak datang selama satu semester lamanya sekalipun.

Yang terpenting untuknya adalah mahasiswa mengerti apa yang diajarkan. Mahasiswa bisa mengikuti ujian dan lulus. Oleh karena itu, kelas ini dikenal sangat sulit untuk didapat.

Di beberapa sudut kelas yang masih kosong terdapat para mahasiswa dengan earphone di telinga mereka dan menari – nari di bagian belakang kelas yang kosong. Para gadis ribut membicarakan novel dan film – film terbaru, atau berteriak ricuh membicarakan idol - idol korea yang tampannya nggak ketulungan.

Beberapa dari mereka yang tak memiliki ketertarikan pada apapun memilih untuk tidur di barisan belakang meskipun sesekali dari mereka ada yang terkena pukulan  bola beberapa anak basket yang tak tahu dimana tempat mereka berolahraga.

“Guys, kabar kali ini bener – bener.”, ujar seorang anak laki – laki dengan jaket lusuh dan sebuah topi di kepalanya. Nafasnya tersengal setelah berlari dari ruang dosen ke kelas.

“Bu Rika nggak masuk, jadi kita nggak ada kelas.”, teriaknya, masih dengan nafasnya yang tersengal - sengal.

Baru saja seisi kelas ingin berteriak, seorang dosen laki - laki masuk dan memukul bagian belakang kepala Ega, panggilan akrab untuk cowok cebol berjaket lusuh dan topi tadi. Tak tanggung – tanggung, dosen tadi memukul kepalanya dengan buku setebal 3 cm.

“Oke, yang ngajar hari ini saya, jadi mohon buka bukunya halaman 94 dan kerjakan latihannya. Kalo ada yang mau ditanyakan,  saya duduk disini.”, jelas seorang dosen muda berparas tampan bak pangeran dari negeri antah barantah yang dengan malasnya mendorong kursi guru ke arah pintu dan mulai memasang earphone ke telinganya.

Terdengar hembusan nafas mahasiswa yang mengeluh kecewa.

“Berapa soal pak?”, tanya Rika, mahasiswi perempuan yang paling rajin di kelas ini.

“Semuanya.”, jawab dosen pria itu dengan santai.

“Tapi ini ada 100 soal dan ini adalah hitungan semua, pak.”, dengan sedikit penekanan pada akhir katanya, mahasiswi itu tak melupakan sopan santunnya dengan masih menggunakan sapaan yang pantas.

“Lalu?”, masih dengan nada santai, dosen itu kemudian memasang kembali earphone-nya tanpa menghiraukan pandangan mahasiswa lain yang saling bersahutan dengan sesekali mengeluarkan sumpah serapah mereka.

Dia cuma mengubah arah pandangnya ke lapangan basket tepat beberapa meter dari pintu kelas. Beberapa mahasiswi perempuan dengan pakaian cheers berlalu sambil menyapanya.

“Siang, pak ganteng!”, sapa para anak cheers tersebut.

Dosen lelaki ini hanya tersenyum.

“Dia mau ngebunuh kita, ini banyak banget!!”, Kirana, mahasiswi yang sedari tadi sibuk membalas pesan di ponselnya, mulai berkicau.

Ia mulai membuka bukunya dan mengambil pensil dengan malas. Sedikit tatapan sinis tak lupa ia layangkan pada pemilik kemeja polos warna putih. Cakep sih, tapi kebiasaannya itu, pikirnya.

“Bahkan dia lebih tampan dari pemain sinetron.”, ucap temannya yang ternyata ikut memandangi dosen itu. Dan tidak hanya mereka, mahasiswa perempuan lainnya ikut memandangi dosen dengan siluet mata berwarna coklat kebiruan itu. Melihatnya menatap ke luar kelas mereka membuat jantung seakan berhenti berdetak.

“Eh .. lo lagi ngelamunin Pak Rian, ato Radit?”

“Shutttt.. diem ah.. Nanti kalau ketahuan anak – anak yang lain. Gue jadi bahan gosip.”, kata Kirana berusaha menenangkan temannya yang sudah seperti ember bocor ini.

“Abis gue heran ama lo. Cantik, tapi nggak punya pacar. Segitu setianya lo nungguin Radit. Padahal maren - maren gue kira dia ada perasaan ama lo sampe suka ngajakin lo pulang bareng. Kok dia berubahnya cepet banget ya.”, kata Ghea heran. Ia menaruh pensil mekaniknya di kepala seolah – olah sedang berpikir.

“Bodo” jawab Kirana sekenanya. Sambil menghapus tulisan di bukunya kuat – kuat karena kesal.

“Lo kerjain aja tuh soal 100 biji. Kebanyakan ngomong yang ada gak kelar nih kerjaan kita.”, lanjut Kirana.

“Tapi ya, Na. Pak Rian tuh masih muda, ganteng, kuning langsat, baik lagi. Lo ga mau beralih ke dia aja. Kayanya dia belum ada cewe.”, sambar Ghea lagi tanpa pakai rem.

Kepala pak Rian terlihat menoleh ke arah mereka, seolah dia mendengarkan.

“Heh.. lo mau bikin gossip lagi tentang gue? Udah ah, Ghe. Kalo lo ngomong lagi, gue resign jadi temen, lo. Mana ada gossip datang dari sahabat sendiri.”, kata Kirana menggeleng.

“Tolong, boleh kerjasamanya untuk gak berisik, ya. Jumlah soalnya 100. Orang paling pintar di kelas saja mau protes, kalian yang IP nya gak seberapa masih sempat ngobrol.”, kata Pak Rian dengan tegas. Arah pandangnya kembali ia lakukan ke lapangan basket.

--------------

Hari sudah semakin sore. Sorak – sorai mahasiswa yang baru saja menyelesaikan kuliah terakhirnya hari itu terdengar riuh di sekitar kampus. Beberapa mahasiswa ada yang langsung berlari menuju gerbang. Beberapa ada yang sekedar duduk di kantin untuk mengobrol, dan ada juga yang langsung masuk ke dalam mobil.

Tapi tidak untuk kelas yang saat ini harus mengerjakan 100 soal.. Rata – rata dari mereka baru menyelesaikan setengahnya saja. Soalnya pilihan ganda, tapi bagi mereka ini jauh lebih sulit. Banyak sekali soal – soal yang sulit ditemukan solusinya.

Kebanyakan mahasiswa mungkin akan asal menebak saja. Toh itu juga bukan isian, jadi kemungkinannya masih 0.2 dari 5 pilihan yang ada. Tapi ini yang membedakan mereka dari mahasiswa di kampus lain. Mereka terkenal dengan kepedulian mereka terhadap  nilai, akreditasi, dan kemampuan mereka. Meskipun kelihatan seperti mahasiswa normal lainnya, tapi peringkat merupakan hal paling penting disini.

Mereka memang suka bercanda, bermain, girang jika ada guru yang tidak hadir, tetapi dedikasi mereka terhadap aktivitas perkuliahan dan kampus terutama bidang akademik sangat tinggi.

“Baiklah, tugas itu boleh kalian kerjakan di rumah dan dikumpulkan besok pagi sebelum jam 7 di meja saya. Sekian dulu. Kalian boleh pulang.”, Pak Rian, sapaan akrabnya mulai menarik diri dari kelas itu setelah mengucapkan kata – kata yang melegakan mereka sekaligus menyakitkan.

Lega karena sudah bisa pulang dan terlepas dari rutinitas kampus hari ini. Sakit karena tugas ini masih harus membayang – bayangi mereka sampai besok. Di kepala mereka masing – masing, mereka sudah membayangkan harus begadang semalaman untuk mengerjakan ini.

Beberapa diantara mereka sudah ada yang membentuk kelompok kerja dan menentukan café mana yang menjadi markas. Para murid laki – laki biasanya senang berkumpul dan mengerjakan tugas ini bersama – sama.

“Sebelum jam 7, waras nggak sih dia?” Sahut Kirana yang tak usai dengan kalimat protesnya sejak ia mengerjakan soal. Bahkan setiap soal yang dikerjakannya disertai dengan sumpah serapahnya pada dosen tampan sekaligus menyebalkan itu.

“Dan yang mengatai saya gila bisa mengumpulkannya sebelum jam setengah 7 pagi. Sekian.” Kirana kaget, dia mengira dosen itu masih memutar lagu di telinganya.

“What?”, Kirana merasa darahnya naik hingga ke ubun – ubun. Kemarahannya langsung berada di puncak begitu mendengar kalimat itu. Dosennya hanya berlalu, bahkan seperti angin menghilang begitu saja.

“Kan gue gak bilang dia gila. Gue hanya menanyakan tingkat kewarasannya. Apa – apaan sih.”, kata Kirana masih emosi sambal melempar kasar semua bukunya ke dalam tas.

“Selamat datang di kuliah pagi ya, Rana.”, Beberapa mahasiswa laki – laki meledeknya. Jelas, Rana bukan tipe mahasiswa rajin yang akan terlihat di kelas saat burung - burung masih berkicau dan embun di dedaunan masih segar.

“Jangan pake ledek – ledek, ya. Mau gue bilangin juga. Biar kalian nginap sekalian di mapus ini.”, kata Kirana kesal.

“Dih, lo aja kali. Kita permisi…Kalo mo ikut kita juga boleh. Buat lo, kita bikin satu slot khusus buat cewe.”, kata bocah – bocah itu berlalu. Mereka sudah menentukan café mana yang menjadi markas peperangan tugas mereka sore itu.

“Makasih.”, teriak Kirana. Dia langsung melaju ke depan pintu kelas. Awalnya dia ingin mengejar pak Rian untuk menarik kembali kata – katanya tentang hadir di kampus lebih pagi dari orang – orang lain.

Mungkin sedikit permintaan maaf bisa mengubah titah pangeran sekolah ini. Tapi Kirana mengurungkan niatnya saat melihat Pak Rian sedang dikerubungi oleh dayang – dayang sekolah. Siapa lagi kalau bukan anak – anak cheers yang senang sekali mengekor dan mengerubungi Pak Rian seperti semut.

Kirana berdecak dan berlalu. Saking kesalnya, dia meninggalkan Ghea di belakang. Pak Rian adalah tipikal dosen yang sangat jarang terlihat di luar ruangan. Dia seperti pertapa yang selalu mengurung dirinya di ruangannya.

Karena itu begitu dia keluar dari persembunyian, para dayang – dayangnya pasti tidak akan menyia – nyiakan kesempatan besar itu.

Terpopuler

Comments

abdan syakura

abdan syakura

Maaf Kak Mosa..
Kl Guru biasany kan identik dgn Siswa,kl Dosen - Mahasiswa..
Biar konsisten aj penulisannya ☺️✌️
Artiny disini Kiran msh gadis ya? blm prnh menikah?
Dilihat dr judulny,Kukira Si Dosen itu mantan suaminya Kiran...
Hahh baru 2 bab koq cpt x Aq menarik kesimpulan🤣🤣

2023-05-11

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Insiden Pagi di Kampus
2 Bab 2 Dosen Killer
3 Bab 3 Hukuman Dosen Killer
4 Bab 4 Hal yang Disembunyikan
5 Bab 5 Gosip dan Single Parent
6 Bab 6 Tugas dari Dosen
7 Bab 7 Tertidur
8 Bab 8 Cinta tanpa Hubungan
9 Bab 9 Hubungan tanpa Cinta
10 Bab 10 Hah, kok bisa?
11 Bab 11 Pasti ada yang salah
12 Bab 12 Bisa bisanya Dosen Fisika Ganti
13 Bab 13 Menghindar
14 Bab 14 Penjelasan
15 Bab 15 Insiden Tidak Terduga
16 Bab 16 Pacar Ketua BEM bikin ulah lagi
17 Bab 17 Salah Paham
18 Bab 18 Teman, Pacar, Sahabat, Mantan Suami
19 Bab 19 Sakit?
20 Bab 20 Ke Rumah Mantan Bagian 1
21 Bab 21 Ke Rumah Mantan Bagian 2
22 Bab 22 Ke Rumah Mantan Bagian 3
23 Bab 23 Tiba - tiba jadi Dingin
24 Bab 24 Tindakan tak Terduga
25 Bab 25 Pria Nyebelin
26 Bab 26 Kehebohan di Mobil Radit
27 Bab 27 Dosen Killer mulai Mengajar Bagian 1
28 Bab 28 Dosen Killer mulai Mengajar Bagian 2
29 Bab 29 Rahasia di balik Lembar Jawaban yang Hilang
30 Bab 30 Akhirnya Ketahuan
31 Bab 31 Sahabat Masa Lalu
32 Bab 32 Rasa yang Pernah Ada
33 Bab 33 What is wrong with Raka
34 Bab 34 Sandiwara Kirana
35 Bab 35 Kilas Balik
36 Bab 36 Awal Pertemuan
37 Bab 37 Hamil
38 Bab 38 Mengulik Masa Lalu
39 Bab 39 Mimpi Buruk
40 Bab 40 Mantan Terindah
41 Bab 41 Serba Serbi Dosen Killer
42 Bab 42 Radit Agresif
43 Bab 43 Akhirnya Jujur
44 Bab 44 Siapa Wanita itu?
45 Bab 45 Perkelahian di Klub
46 Bab 46 Memar
47 Bab 47 Masih Perhatian
48 Bab 48 Soal Kuis dari Siluman Rubah
49 Bab 49 Pengen Kabur
50 Bab 50 Lembaran Masa Lalu
51 Bab 51 Patah Hati
52 Bab 52 Wanita di Kehidupan Rian
53 Can’t forget you
54 Bab 54 Perasaan Campur Aduk
55 Bab 55 Tanpa Status
56 Bab 56 Cemburu
57 Bab 57 Curhat
58 Bab 58 PDKT Orang Ketiga di mulai
59 Bab 59 Reuni di Lapangan Tenis
60 Bab 60 PDKT Orang Ketiga
61 Bab 61 Tindakan Tak Terduga
62 Bab 62 Kemarahan Rian
63 Bab 63 Ujian Tengah Semester ‘Fisika Dasar’
64 Bab 64 Pertemuan Kirana dan Claudia
65 Bab 65 Perlahan Terungkap
66 Bab 66 Rencana Terselubung Raka
67 Bab 67 Salah Sangka
68 Bab 68 Aksi Protes Kirana pada Rian
69 Bab 69 Wanita di Hidup Rian
70 Bab 70 Acara Pentas Seni segera dimulai
71 Bab 71 Sandiwara Kirana di depan Raka
72 Bab 72 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H)
73 Bab 73 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H) Bagian 2
74 Bab 74 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H) Bagian 3
75 Bab 75 Saling Bertanya
76 Bab 76 Drama Terkunci di Toilet
77 Bab 77 Penyelamat disaat genting
78 Bab 78 Bangun Pagi di Hotel
79 Bab 79 Sesuatu yang Mengejutkan
80 Bab 80 Kenapa masih simpan Foto Kita?
81 Bab 81 Bukannya itu Pak Rian?
82 Bab 82 Pak Rian ke Rumah Sakit?
83 Bab 83 Cinta ditengah bayang - bayang masa lalu
84 Bab 84 Bersembunyi
85 Bab 85 Lepas dari Rasa Bersalah
86 Bab 86 Situasi Genting
87 Bab 87 Situasi Genting Masih Berlanjut
88 Bab 88 Jadi, Pak Rian itu siapanya Kirana?
89 Bab 89 Mantan Suami Gue
90 Bab 90 Dosen Killer tetep aja Killer
91 Bab 91 Surat Ancaman
92 Bab 92 Cowok Red Flag
93 Bab 93 Rian punya mata - mata
94 Bab 94 Tawaran Raka yang Sulit ditolak
95 Bab 95 Rencana Tahap Awal dimulai
96 Bab 96 Kepo tapi Gengsi
97 Bab 97 Kirana dapat Surat Misterius lagi
98 Bab 98 Permintaan Maaf
99 Bab 99 Makan Malam di Apartemen Raka
100 Bab 100 Perang Dingin
101 Bab 101 Definisi Rasa
102 Bab 102 Menjalani Hidup Masing - masing
103 Bab 103 Interaksi Rian dan Raka
104 Bab 104 Hubungan Raka dan Kirana
105 Bab 105 Showtime!
106 Bab 106 Mau kemana mereka?
107 Bab 107 Real Showtime!
108 Bab 108 Kenyataan dibalik Surat Ancaman
109 Bab 109 Bukan Begini Caranya
110 Bab 110 Kesal
111 Bab 111 Apa yang sebenarnya terjadi?
112 Bab 112 Tempat Bersandar bagian 1
113 Bab 113 Chapter Baru
114 Bab 114 Keberanian
115 Bab 115 Ngampus lagi
116 Bab 116 Bagaimana mungkin?
117 Bab 117 Bekas Luka itu ternyata begitu dalam
118 Bab 118 Siapa itu?
119 Bab 119 Pembicaraan Serius
120 Bab 120 Proposal Dadakan?
121 Bab 121 Insiden di Kelas
122 Bab 122 Salah Paham
123 Bab 123 Kejutan
124 Bab 124 Kepercayaan
125 Bab 125 Kehadiran Dosen Baru
126 Bab 126 Kehadiran Dosen Baru
127 Bab 127 Pertanyaan yang sulit dijawab
128 Bab 128 Dosen Muda Berbakat
129 Bab 129 Drama mau Dinas Luar Negeri
130 Bab 130 Drama mau Dinas Luar Negeri Bagian 2
Episodes

Updated 130 Episodes

1
Bab 1 Insiden Pagi di Kampus
2
Bab 2 Dosen Killer
3
Bab 3 Hukuman Dosen Killer
4
Bab 4 Hal yang Disembunyikan
5
Bab 5 Gosip dan Single Parent
6
Bab 6 Tugas dari Dosen
7
Bab 7 Tertidur
8
Bab 8 Cinta tanpa Hubungan
9
Bab 9 Hubungan tanpa Cinta
10
Bab 10 Hah, kok bisa?
11
Bab 11 Pasti ada yang salah
12
Bab 12 Bisa bisanya Dosen Fisika Ganti
13
Bab 13 Menghindar
14
Bab 14 Penjelasan
15
Bab 15 Insiden Tidak Terduga
16
Bab 16 Pacar Ketua BEM bikin ulah lagi
17
Bab 17 Salah Paham
18
Bab 18 Teman, Pacar, Sahabat, Mantan Suami
19
Bab 19 Sakit?
20
Bab 20 Ke Rumah Mantan Bagian 1
21
Bab 21 Ke Rumah Mantan Bagian 2
22
Bab 22 Ke Rumah Mantan Bagian 3
23
Bab 23 Tiba - tiba jadi Dingin
24
Bab 24 Tindakan tak Terduga
25
Bab 25 Pria Nyebelin
26
Bab 26 Kehebohan di Mobil Radit
27
Bab 27 Dosen Killer mulai Mengajar Bagian 1
28
Bab 28 Dosen Killer mulai Mengajar Bagian 2
29
Bab 29 Rahasia di balik Lembar Jawaban yang Hilang
30
Bab 30 Akhirnya Ketahuan
31
Bab 31 Sahabat Masa Lalu
32
Bab 32 Rasa yang Pernah Ada
33
Bab 33 What is wrong with Raka
34
Bab 34 Sandiwara Kirana
35
Bab 35 Kilas Balik
36
Bab 36 Awal Pertemuan
37
Bab 37 Hamil
38
Bab 38 Mengulik Masa Lalu
39
Bab 39 Mimpi Buruk
40
Bab 40 Mantan Terindah
41
Bab 41 Serba Serbi Dosen Killer
42
Bab 42 Radit Agresif
43
Bab 43 Akhirnya Jujur
44
Bab 44 Siapa Wanita itu?
45
Bab 45 Perkelahian di Klub
46
Bab 46 Memar
47
Bab 47 Masih Perhatian
48
Bab 48 Soal Kuis dari Siluman Rubah
49
Bab 49 Pengen Kabur
50
Bab 50 Lembaran Masa Lalu
51
Bab 51 Patah Hati
52
Bab 52 Wanita di Kehidupan Rian
53
Can’t forget you
54
Bab 54 Perasaan Campur Aduk
55
Bab 55 Tanpa Status
56
Bab 56 Cemburu
57
Bab 57 Curhat
58
Bab 58 PDKT Orang Ketiga di mulai
59
Bab 59 Reuni di Lapangan Tenis
60
Bab 60 PDKT Orang Ketiga
61
Bab 61 Tindakan Tak Terduga
62
Bab 62 Kemarahan Rian
63
Bab 63 Ujian Tengah Semester ‘Fisika Dasar’
64
Bab 64 Pertemuan Kirana dan Claudia
65
Bab 65 Perlahan Terungkap
66
Bab 66 Rencana Terselubung Raka
67
Bab 67 Salah Sangka
68
Bab 68 Aksi Protes Kirana pada Rian
69
Bab 69 Wanita di Hidup Rian
70
Bab 70 Acara Pentas Seni segera dimulai
71
Bab 71 Sandiwara Kirana di depan Raka
72
Bab 72 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H)
73
Bab 73 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H) Bagian 2
74
Bab 74 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H) Bagian 3
75
Bab 75 Saling Bertanya
76
Bab 76 Drama Terkunci di Toilet
77
Bab 77 Penyelamat disaat genting
78
Bab 78 Bangun Pagi di Hotel
79
Bab 79 Sesuatu yang Mengejutkan
80
Bab 80 Kenapa masih simpan Foto Kita?
81
Bab 81 Bukannya itu Pak Rian?
82
Bab 82 Pak Rian ke Rumah Sakit?
83
Bab 83 Cinta ditengah bayang - bayang masa lalu
84
Bab 84 Bersembunyi
85
Bab 85 Lepas dari Rasa Bersalah
86
Bab 86 Situasi Genting
87
Bab 87 Situasi Genting Masih Berlanjut
88
Bab 88 Jadi, Pak Rian itu siapanya Kirana?
89
Bab 89 Mantan Suami Gue
90
Bab 90 Dosen Killer tetep aja Killer
91
Bab 91 Surat Ancaman
92
Bab 92 Cowok Red Flag
93
Bab 93 Rian punya mata - mata
94
Bab 94 Tawaran Raka yang Sulit ditolak
95
Bab 95 Rencana Tahap Awal dimulai
96
Bab 96 Kepo tapi Gengsi
97
Bab 97 Kirana dapat Surat Misterius lagi
98
Bab 98 Permintaan Maaf
99
Bab 99 Makan Malam di Apartemen Raka
100
Bab 100 Perang Dingin
101
Bab 101 Definisi Rasa
102
Bab 102 Menjalani Hidup Masing - masing
103
Bab 103 Interaksi Rian dan Raka
104
Bab 104 Hubungan Raka dan Kirana
105
Bab 105 Showtime!
106
Bab 106 Mau kemana mereka?
107
Bab 107 Real Showtime!
108
Bab 108 Kenyataan dibalik Surat Ancaman
109
Bab 109 Bukan Begini Caranya
110
Bab 110 Kesal
111
Bab 111 Apa yang sebenarnya terjadi?
112
Bab 112 Tempat Bersandar bagian 1
113
Bab 113 Chapter Baru
114
Bab 114 Keberanian
115
Bab 115 Ngampus lagi
116
Bab 116 Bagaimana mungkin?
117
Bab 117 Bekas Luka itu ternyata begitu dalam
118
Bab 118 Siapa itu?
119
Bab 119 Pembicaraan Serius
120
Bab 120 Proposal Dadakan?
121
Bab 121 Insiden di Kelas
122
Bab 122 Salah Paham
123
Bab 123 Kejutan
124
Bab 124 Kepercayaan
125
Bab 125 Kehadiran Dosen Baru
126
Bab 126 Kehadiran Dosen Baru
127
Bab 127 Pertanyaan yang sulit dijawab
128
Bab 128 Dosen Muda Berbakat
129
Bab 129 Drama mau Dinas Luar Negeri
130
Bab 130 Drama mau Dinas Luar Negeri Bagian 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!