Bab 7 Tertidur

Kirana sudah lelah celingak celinguk sedari tadi, namun dia tetap tak bisa menemukan Rian, Dosen Fisika Dasar di kantornya. Tidak hanya Fisika Dasar, pria itu juga merupakan dosen andalan untuk beberapa mata kuliah tingkat atas untuk mahasiswa S2 juga. Bahkan mayoritas, sepertinya dia lebih banyak mengajar mahasiswa S2.

‘Apa aku tinggalkan di mejanya saja, ya?’, Kirana berpikir, toh dia sudah tahu mejanya dimana, kenapa tidak dia taruh saja disana.

‘Tidak, tidak. Bagaimana kalau nanti dia tidak tahu aku mengumpulkan disana. Bagaimana kalau nanti bertumpuk dengan dokumen lain? Aku harus mengantarnya langsung.’, sisi Kirana yang lain mengatakan hal sebaliknya.

‘Kirana, memangnya kamu mau kembali berbicara dengannya? Sejak pria itu menginjakkan kaki di kampus ini, kamu tidak pernah mengajak, diajak, berinteraksi, atau bahkan sekedar bertatapan dengannya. Sekarang apa kamu yakin kamu bisa kembali berbicara seperti biasa padanya?’, bathin Kirana sekarang sedang berdebat.

Setiap kemungkinan keputusan yang dia ambil memberikan konsekuensi yang berbeda.

‘Bagaimana kalau dia ternyata mengungkit kembali masalah. Tidak, apa haknya untuk mengungkit hal yang bahkan sudah lebih dari dua tahun yang lalu terjadi. Kirana, keputusan dia kembali ke sini tidak ada hubungannya dengan kamu. Tidak sama sekali. Berhenti bermimpi.’

‘Mimpi? Memangnya aku bermimpi untuk dia masih memikirkanku. Oh come on, Kirana, sepertinya kurang tidur membuat kamu berpikir terlampau berlebihan. Ini hanya tentang kamu mengumpulkan tugas saja. Bukan hal lainnya.’, gadis ini benar - benar sedang perang batin dalam dirinya.

‘Ya sudahlah, daripada kelamaan mikir, lebih baik aku tunggu saja. Lagipula kan semakin siang nanti akan ada dosen lainnya yang datang.’, Kirana akhirnya bisa memutuskan sesuatu setelah sibuk berpikir dengan keras dari tadi.

Gadis itu duduk di sebuah sofa yang ada di ruangan dosen tersebut. Sepertinya sofa baru berwarna hijau. Dia tidak tahu kalau di ruangan dosen ada juga furniture yang millennial seperti ini. Jarang - jarang dia bisa melihat ada furniture sofa berwarna hijau daun di dalam ruangan dosen yang notabene dari kampus negeri ini.

Biasanya kalau tidak coklat tua pasti merah. Kirana melepaskan tasnya dan menaruhnya di samping sambil memposisikan duduknya agar lebih nyaman.

2 menit, 4 menit, Kirana melihat jam tangannya. Dari yang tadinya hanya duduk biasa seperti orang yang sedang menunggu antrian, Kirana perlahan mencoba merebahkan punggungnya ke bagian belakang sofa.

Bahan sofa yang halus, masih baru, ruangan yang wangi, suasana dingin yang tenang, dan rasa lelahnya setelah mengerjakan sebegitu banyaknya soal Fisika membuat mata Kirana perlahan - lahan menutup.

Sesekali ia terlihat kembali membukanya karena merasa dia tidak boleh tertidur. Satu kali, dua kali, tiga kali, dia masih bisa menahannya. Namun sekarang sepertinya matanya sudah semakin berat hingga terlelap. Nafasnya beraturan seolah ruangan tersebut adalah kamarnya dan sofa itu adalah tempat tidurnya yang nyaman.

Kirana sudah berhasil tertidur pulas. Dia sudah tidak sadar pada keadaan sekitarnya sama sekali. Seolah terbawa ke dimensi yang berbeda.

***********

“Oke, kemaren udah nyampe mana?”, akhirnya Kirana yang sudah sampai di cafe memulai rapat mereka.

Rapat yang sudah tertunda sehari kemarin akhirnya berhasil mereka lakukan hari ini. Semua anggota tim setuju untuk berkumpul sore ini di Cafe tempat mereka berkumpul kemarin malam. Salah satu alasan utamanya adalah proposal yang sudah di acc dan Radit selaku ketua BEM kampus yang juga ikut memantau perkembangan proker fakultas.

“Oh .. jadi gini, kita bakal bikin setting-nya jadi 3 panggung. Panggung MC, tema tempo dulu ama kekinian. Jadi gampang buat pengisi acara untuk masuk, dalam artian pas kita bolak balik era, tinggal pindah - pindah view panggungnya aja. Nah untuk ngedapetin panggung yang bagus gitu, dananya juga pasti bakal banyak. Gimana menurut lo?”, pembicaraan makin serius.

Sang presentator mulai memindahkan kursor untuk memberikan gambaran ilustrasi melalui laptop miliknya.

“Masalah dana gue rasa gampang – gampang aja selama donatur kita banyak dan cewe gue juga ortunya bakal donaturin ini kok. Jadi tenang aja.”, teman – teman yang lain suit – suit begitu Radit bicara tentang cewenya.

Ya, disisi lain, salah satu alasan yang membuat mereka setuju anak BEM kampus apalagi ini ketua BEM datang ke rapat ranah fakultas mereka adalah karena pacar Radit terkenal rutin memberikan donasi untuk acara - acara kampus.

Jadi, bagian keuangan tidak terlalu sulit untuk mencari dana besar.

‘Tuhkan mulai lagi’, ujar Kirana dalam hati.

“Oke deh kalo gitu. Jadi kita tinggal ngerencanain acara ama setting kedatangannya. Jadi tu gue mau kayak premier gitu, ntar yang datang bakal ada MC yang menyambutnya trus ada sesi foto - fotonya dari anak fotografer, ntar bakal tanda tangan di poster premiernya bla bla bla.......... ”, tutur Kirana menjelaskan.

Kirana berusaha menjelaskan secara detail agar anggota yang lain bisa memvisualisasikan idenya di kepala mereka. Dia juga ingin terhindar dari kesalahpahaman yang menghambat acara. Jadi, Kirana harus bisa memastikan semua mengerti dengan idenya.

Lama Kirana menjelaskan semuanya sampai mulutnya mati rasa dan bergerak menyeruput es lemon tea yang tadi di pesannya. Kafe ini adalah kafe pertama di dekat kampus mereka dan memang sudah tidak ada kafe lain.

Kafe ini banyak digunakan untuk rapat BEM fakultas dan kerja kelompok. Suasananya identik dengan suasana kampus jadi mereka sudah merasa ini rumah mereka.

Tiga jam lebih mereka membicarakan tentang acara pagelaran teknik yang dibalut dengan sastra kampus yang bakal diadakan 6 bulan dari sekarang. Kirana terpilih menjadi Project Officer acara ini karena ide – idenya yang briliant selama 2 tahun terakhir di dunia BEM.

“Abis ini lo ada rencana apa Ran?”, Radit menghampirinya di depan kafe. Ia tampak tengah merapikan letak tas raket tenisnya, sejak insiden itu ia memang beralih menjadi pemain tenis dibandingkan Basket. Padahal Rana sangat terkesima waktu melihatnya bermain basket saat mereka masih maba dulu.

“Gue mau beli earphone titipan sepupu gue, katanya waktu itu dia lihat di toko sekitar sini, cuma nggak ada kesempatan buat beli.”

“Oh... mau gue temenin. Gue juga mau beli sesuatu.”, ujar Radit yang ditatap serius oleh Kirana.

Kirana sedikit mengernyit heran mendengar tawaran Radit. Mengingat tak biasanya ia seperti ini padanya. Setidaknya setelah beberapa bulan yang lalu. Dulu, Radit begitu akrab bahkan sempat dikira berpacaran dengan Kirana. Tapi tak ada perkembangan yang jelas seputar hubungan mereka.

“Oh..boleh kok boleh. Tapi lo yakin nggak bakal ada yang marah nih?”, Kirana memang nyaman dekat Radit dan sangat suka ajakan ini. Tapi, dia juga tidak ingin ada yang salah paham.

“Maksud lo? Nyantai aja kali.”, jawab Radit berusaha untuk memastikan semuanya akan baik - baik saja.

Tanpa disadari nya, sepasang siluet halus memandanginya dengan tatapan nanar seolah tak mampu menyentuh rembulan yang sinarnya begitu menyilaukan mata.

Terpopuler

Comments

Eliani Elly

Eliani Elly

next

2023-10-05

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Insiden Pagi di Kampus
2 Bab 2 Dosen Killer
3 Bab 3 Hukuman Dosen Killer
4 Bab 4 Hal yang Disembunyikan
5 Bab 5 Gosip dan Single Parent
6 Bab 6 Tugas dari Dosen
7 Bab 7 Tertidur
8 Bab 8 Cinta tanpa Hubungan
9 Bab 9 Hubungan tanpa Cinta
10 Bab 10 Hah, kok bisa?
11 Bab 11 Pasti ada yang salah
12 Bab 12 Bisa bisanya Dosen Fisika Ganti
13 Bab 13 Menghindar
14 Bab 14 Penjelasan
15 Bab 15 Insiden Tidak Terduga
16 Bab 16 Pacar Ketua BEM bikin ulah lagi
17 Bab 17 Salah Paham
18 Bab 18 Teman, Pacar, Sahabat, Mantan Suami
19 Bab 19 Sakit?
20 Bab 20 Ke Rumah Mantan Bagian 1
21 Bab 21 Ke Rumah Mantan Bagian 2
22 Bab 22 Ke Rumah Mantan Bagian 3
23 Bab 23 Tiba - tiba jadi Dingin
24 Bab 24 Tindakan tak Terduga
25 Bab 25 Pria Nyebelin
26 Bab 26 Kehebohan di Mobil Radit
27 Bab 27 Dosen Killer mulai Mengajar Bagian 1
28 Bab 28 Dosen Killer mulai Mengajar Bagian 2
29 Bab 29 Rahasia di balik Lembar Jawaban yang Hilang
30 Bab 30 Akhirnya Ketahuan
31 Bab 31 Sahabat Masa Lalu
32 Bab 32 Rasa yang Pernah Ada
33 Bab 33 What is wrong with Raka
34 Bab 34 Sandiwara Kirana
35 Bab 35 Kilas Balik
36 Bab 36 Awal Pertemuan
37 Bab 37 Hamil
38 Bab 38 Mengulik Masa Lalu
39 Bab 39 Mimpi Buruk
40 Bab 40 Mantan Terindah
41 Bab 41 Serba Serbi Dosen Killer
42 Bab 42 Radit Agresif
43 Bab 43 Akhirnya Jujur
44 Bab 44 Siapa Wanita itu?
45 Bab 45 Perkelahian di Klub
46 Bab 46 Memar
47 Bab 47 Masih Perhatian
48 Bab 48 Soal Kuis dari Siluman Rubah
49 Bab 49 Pengen Kabur
50 Bab 50 Lembaran Masa Lalu
51 Bab 51 Patah Hati
52 Bab 52 Wanita di Kehidupan Rian
53 Can’t forget you
54 Bab 54 Perasaan Campur Aduk
55 Bab 55 Tanpa Status
56 Bab 56 Cemburu
57 Bab 57 Curhat
58 Bab 58 PDKT Orang Ketiga di mulai
59 Bab 59 Reuni di Lapangan Tenis
60 Bab 60 PDKT Orang Ketiga
61 Bab 61 Tindakan Tak Terduga
62 Bab 62 Kemarahan Rian
63 Bab 63 Ujian Tengah Semester ‘Fisika Dasar’
64 Bab 64 Pertemuan Kirana dan Claudia
65 Bab 65 Perlahan Terungkap
66 Bab 66 Rencana Terselubung Raka
67 Bab 67 Salah Sangka
68 Bab 68 Aksi Protes Kirana pada Rian
69 Bab 69 Wanita di Hidup Rian
70 Bab 70 Acara Pentas Seni segera dimulai
71 Bab 71 Sandiwara Kirana di depan Raka
72 Bab 72 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H)
73 Bab 73 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H) Bagian 2
74 Bab 74 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H) Bagian 3
75 Bab 75 Saling Bertanya
76 Bab 76 Drama Terkunci di Toilet
77 Bab 77 Penyelamat disaat genting
78 Bab 78 Bangun Pagi di Hotel
79 Bab 79 Sesuatu yang Mengejutkan
80 Bab 80 Kenapa masih simpan Foto Kita?
81 Bab 81 Bukannya itu Pak Rian?
82 Bab 82 Pak Rian ke Rumah Sakit?
83 Bab 83 Cinta ditengah bayang - bayang masa lalu
84 Bab 84 Bersembunyi
85 Bab 85 Lepas dari Rasa Bersalah
86 Bab 86 Situasi Genting
87 Bab 87 Situasi Genting Masih Berlanjut
88 Bab 88 Jadi, Pak Rian itu siapanya Kirana?
89 Bab 89 Mantan Suami Gue
90 Bab 90 Dosen Killer tetep aja Killer
91 Bab 91 Surat Ancaman
92 Bab 92 Cowok Red Flag
93 Bab 93 Rian punya mata - mata
94 Bab 94 Tawaran Raka yang Sulit ditolak
95 Bab 95 Rencana Tahap Awal dimulai
96 Bab 96 Kepo tapi Gengsi
97 Bab 97 Kirana dapat Surat Misterius lagi
98 Bab 98 Permintaan Maaf
99 Bab 99 Makan Malam di Apartemen Raka
100 Bab 100 Perang Dingin
101 Bab 101 Definisi Rasa
102 Bab 102 Menjalani Hidup Masing - masing
103 Bab 103 Interaksi Rian dan Raka
104 Bab 104 Hubungan Raka dan Kirana
105 Bab 105 Showtime!
106 Bab 106 Mau kemana mereka?
107 Bab 107 Real Showtime!
108 Bab 108 Kenyataan dibalik Surat Ancaman
109 Bab 109 Bukan Begini Caranya
110 Bab 110 Kesal
111 Bab 111 Apa yang sebenarnya terjadi?
112 Bab 112 Tempat Bersandar bagian 1
113 Bab 113 Chapter Baru
114 Bab 114 Keberanian
115 Bab 115 Ngampus lagi
116 Bab 116 Bagaimana mungkin?
117 Bab 117 Bekas Luka itu ternyata begitu dalam
118 Bab 118 Siapa itu?
119 Bab 119 Pembicaraan Serius
120 Bab 120 Proposal Dadakan?
121 Bab 121 Insiden di Kelas
122 Bab 122 Salah Paham
123 Bab 123 Kejutan
124 Bab 124 Kepercayaan
125 Bab 125 Kehadiran Dosen Baru
126 Bab 126 Kehadiran Dosen Baru
127 Bab 127 Pertanyaan yang sulit dijawab
128 Bab 128 Dosen Muda Berbakat
129 Bab 129 Drama mau Dinas Luar Negeri
130 Bab 130 Drama mau Dinas Luar Negeri Bagian 2
Episodes

Updated 130 Episodes

1
Bab 1 Insiden Pagi di Kampus
2
Bab 2 Dosen Killer
3
Bab 3 Hukuman Dosen Killer
4
Bab 4 Hal yang Disembunyikan
5
Bab 5 Gosip dan Single Parent
6
Bab 6 Tugas dari Dosen
7
Bab 7 Tertidur
8
Bab 8 Cinta tanpa Hubungan
9
Bab 9 Hubungan tanpa Cinta
10
Bab 10 Hah, kok bisa?
11
Bab 11 Pasti ada yang salah
12
Bab 12 Bisa bisanya Dosen Fisika Ganti
13
Bab 13 Menghindar
14
Bab 14 Penjelasan
15
Bab 15 Insiden Tidak Terduga
16
Bab 16 Pacar Ketua BEM bikin ulah lagi
17
Bab 17 Salah Paham
18
Bab 18 Teman, Pacar, Sahabat, Mantan Suami
19
Bab 19 Sakit?
20
Bab 20 Ke Rumah Mantan Bagian 1
21
Bab 21 Ke Rumah Mantan Bagian 2
22
Bab 22 Ke Rumah Mantan Bagian 3
23
Bab 23 Tiba - tiba jadi Dingin
24
Bab 24 Tindakan tak Terduga
25
Bab 25 Pria Nyebelin
26
Bab 26 Kehebohan di Mobil Radit
27
Bab 27 Dosen Killer mulai Mengajar Bagian 1
28
Bab 28 Dosen Killer mulai Mengajar Bagian 2
29
Bab 29 Rahasia di balik Lembar Jawaban yang Hilang
30
Bab 30 Akhirnya Ketahuan
31
Bab 31 Sahabat Masa Lalu
32
Bab 32 Rasa yang Pernah Ada
33
Bab 33 What is wrong with Raka
34
Bab 34 Sandiwara Kirana
35
Bab 35 Kilas Balik
36
Bab 36 Awal Pertemuan
37
Bab 37 Hamil
38
Bab 38 Mengulik Masa Lalu
39
Bab 39 Mimpi Buruk
40
Bab 40 Mantan Terindah
41
Bab 41 Serba Serbi Dosen Killer
42
Bab 42 Radit Agresif
43
Bab 43 Akhirnya Jujur
44
Bab 44 Siapa Wanita itu?
45
Bab 45 Perkelahian di Klub
46
Bab 46 Memar
47
Bab 47 Masih Perhatian
48
Bab 48 Soal Kuis dari Siluman Rubah
49
Bab 49 Pengen Kabur
50
Bab 50 Lembaran Masa Lalu
51
Bab 51 Patah Hati
52
Bab 52 Wanita di Kehidupan Rian
53
Can’t forget you
54
Bab 54 Perasaan Campur Aduk
55
Bab 55 Tanpa Status
56
Bab 56 Cemburu
57
Bab 57 Curhat
58
Bab 58 PDKT Orang Ketiga di mulai
59
Bab 59 Reuni di Lapangan Tenis
60
Bab 60 PDKT Orang Ketiga
61
Bab 61 Tindakan Tak Terduga
62
Bab 62 Kemarahan Rian
63
Bab 63 Ujian Tengah Semester ‘Fisika Dasar’
64
Bab 64 Pertemuan Kirana dan Claudia
65
Bab 65 Perlahan Terungkap
66
Bab 66 Rencana Terselubung Raka
67
Bab 67 Salah Sangka
68
Bab 68 Aksi Protes Kirana pada Rian
69
Bab 69 Wanita di Hidup Rian
70
Bab 70 Acara Pentas Seni segera dimulai
71
Bab 71 Sandiwara Kirana di depan Raka
72
Bab 72 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H)
73
Bab 73 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H) Bagian 2
74
Bab 74 Pagelaran Pentas Seni (Hari-H) Bagian 3
75
Bab 75 Saling Bertanya
76
Bab 76 Drama Terkunci di Toilet
77
Bab 77 Penyelamat disaat genting
78
Bab 78 Bangun Pagi di Hotel
79
Bab 79 Sesuatu yang Mengejutkan
80
Bab 80 Kenapa masih simpan Foto Kita?
81
Bab 81 Bukannya itu Pak Rian?
82
Bab 82 Pak Rian ke Rumah Sakit?
83
Bab 83 Cinta ditengah bayang - bayang masa lalu
84
Bab 84 Bersembunyi
85
Bab 85 Lepas dari Rasa Bersalah
86
Bab 86 Situasi Genting
87
Bab 87 Situasi Genting Masih Berlanjut
88
Bab 88 Jadi, Pak Rian itu siapanya Kirana?
89
Bab 89 Mantan Suami Gue
90
Bab 90 Dosen Killer tetep aja Killer
91
Bab 91 Surat Ancaman
92
Bab 92 Cowok Red Flag
93
Bab 93 Rian punya mata - mata
94
Bab 94 Tawaran Raka yang Sulit ditolak
95
Bab 95 Rencana Tahap Awal dimulai
96
Bab 96 Kepo tapi Gengsi
97
Bab 97 Kirana dapat Surat Misterius lagi
98
Bab 98 Permintaan Maaf
99
Bab 99 Makan Malam di Apartemen Raka
100
Bab 100 Perang Dingin
101
Bab 101 Definisi Rasa
102
Bab 102 Menjalani Hidup Masing - masing
103
Bab 103 Interaksi Rian dan Raka
104
Bab 104 Hubungan Raka dan Kirana
105
Bab 105 Showtime!
106
Bab 106 Mau kemana mereka?
107
Bab 107 Real Showtime!
108
Bab 108 Kenyataan dibalik Surat Ancaman
109
Bab 109 Bukan Begini Caranya
110
Bab 110 Kesal
111
Bab 111 Apa yang sebenarnya terjadi?
112
Bab 112 Tempat Bersandar bagian 1
113
Bab 113 Chapter Baru
114
Bab 114 Keberanian
115
Bab 115 Ngampus lagi
116
Bab 116 Bagaimana mungkin?
117
Bab 117 Bekas Luka itu ternyata begitu dalam
118
Bab 118 Siapa itu?
119
Bab 119 Pembicaraan Serius
120
Bab 120 Proposal Dadakan?
121
Bab 121 Insiden di Kelas
122
Bab 122 Salah Paham
123
Bab 123 Kejutan
124
Bab 124 Kepercayaan
125
Bab 125 Kehadiran Dosen Baru
126
Bab 126 Kehadiran Dosen Baru
127
Bab 127 Pertanyaan yang sulit dijawab
128
Bab 128 Dosen Muda Berbakat
129
Bab 129 Drama mau Dinas Luar Negeri
130
Bab 130 Drama mau Dinas Luar Negeri Bagian 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!