“Eh .. si Kirana mana? Kan dia PO - nya.”, kata seseorang yang sudah panik dan sedikit kesal karena orang yang ditunggu tidak kunjung datang.
“Tahu tuh, tadi gue tanya ke temen – temennya katanya dia udah balik. Kelas Fisika dikasih tugas banyak banget sama Pak Rian. Jadi, mungkin doi langsung balik untuk ngerjain soal itu.”, seorang siswa laki – laki bertubuh jangkung memasuki sebuah kafe. Ocehannya dimulai begitu menyadari anggota yang datang baru sedikit.
Ditambah lagi, Kirana yang seharusnya adalah Project Officer dari perhelatan kampus tahun ini malah tidak muncul - muncul juga di Cafe tempat pertemuan mereka malam ini.
“Gimana sih tu orang. Niat nggak sih bikin acara. Katanya dia bisa memberikan kontribusi yang maksimal untuk BEM Fakultas tahun ini, kenapa sekarang ngumpul aja malah ngilang.”, sambung seorang mahasiswa perempuan yang lain.
Mereka sudah sedari tadi duduk di pelataran kiri kafe sambil mendengarkan alunan gitar seorang gadis bertopi pink di bagian panggung. Tidak biasanya. Tapi lumayan bisa menikmati live musik gratis. Kapan lagi.
Sebagian dari mereka juga sudah memesan makanan sementara sisanya hanya minum saja. Mereka mengaku sudah makan duluan sebelum berkumpul disini.
“Ya sudah. Telepon aja kalau begitu. Misalnya dia gak ngangkat, lo telpon dah tu sohibnya dia. Siapa sih namanya? Ghea? Nah iya itu.”
“Yaudah bentar gue telepon dulu.”, seseorang yang paling tidak sabar diantara yang lain akhirnya mengambil inisiatif untuk menghubungi lebih dulu.
Dia sudah siap dengan ponselnya dan memilih nama Kirana. Dia dengan penuh percaya diri menekan tombol speaker dan menaikkan volume ponselnya
“Pulsa Anda tidak cukup untuk melakukan panggilan ini. Silahkan untuk melakukan isi ulang…..”, ucap operator dari seberang telepon.
Alhasil semua yang ada disana langsung tertawa terpingkal - pingkal. Bahkan pengunjung lain yang sedari tadi sayup - sayup mendengar omelan gadis itu juga ikut tersenyum menahan tawanya agar tidak terlalu ketara.
“Ya ampun, lo ga ada pulsa? Bilang dong. Makanya dari tadi jangan asal main langsung emosi begitu aja. Gue kira tadi sudah siap 45 untuk marah - marah ke Kirana.”
“Hm.. halo Kirana. Iya ini gue Toni. Kita sudah nunggu lo nih di Cafe. Lo udah sampe mana?”, tanya seorang mahasiswa bernama Toni.
“Hah? Kalian di Cafe? Lah, gue udah kasih tahu si Bambam untuk batalin rapat kita hari ini. Soalnya, proposal event mau dirampungin dulu untuk lihat budget asli supaya rapat kita itu lebih terarah. Gue udah ngomong panjang kali lebar ko sama Bambam tadi sebelum pulang. Gue minta dia broadcast ke temen - temen semua.”, kata Kirana yang masih terdengar sedang mengunyah sesuatu.
“Lah… kita ga terima broadcastnya. Wah parah nih si Bambam. Jangan - jangan dia pulang ketiduran lagi. Tu bocah kan sering skip.”, kata Toni menanggapi ucapan Kirana.
Tak ada sedikitpun nada emosi dari kalimatnya, dia jauh lebih santuy dibandingkan dengan anggota perempuan yang ada disana.
“Shut… Shutt.. Ton, Kirana bilang apa.”, nampak seorang mahasiwi yang duduk tepat di samping Toni menarik - narik kemejanya.
‘Tunggu.’, balas Toni tanpa mengeluarkan suara sedikitpun karena dia masih tersambung dengan Kirana.
“Yah.. gimana dong. Gue udah kasih tahu Bambam soalnya hape gue lowbat. Jadi gak bisa kirim broadcast. Gue bahkan ketikin di hape dia. Tapi katanya doi lagi ga punya internet. Dia mau beli dulu. WiFi kampus juga kan seharian mati.”, jelas Kirana merasa bersalah.
Apalagi dia mendengar keterangan dari Toni kalau teman - teman yang lain sudah berkumpul disana.
“Yaa Bambam memang bener - bener yak.”, kata Toni menyalurkan kekecewaan teman - temannya.
“Yah.. gue jadi gak enak lo pada udah ngumpul. Apa gue kesana sekarang? Cafe depan kampus, kan? Kalo gue berangkat sekarang bisa nyampe sejaman sih.”, kata Kirana.
“Jangan - jangan.. Gapapalah. Macet cuy. Itu normalnya lo nyampe sejam. Kalo macet, lo bisa nyampe sini besok. Yaudah, gue bakal ngomong ke anak - anak dan kasih penjelasan sejelas - jelasnya. Lo tenang aja. Bukannya katanya lo ada tugas dari Pak Rian, ya?”, kata Toni mengingatkan Kirana kembali pada tugas yang sempat dia lupakan.
“Ohiyaa.. Argh.. lo sih pake ngingetin. Aduh.. gue juga lagi stress sama itu. Beruntung banget kalian bukan ngambil kelas hari ini. Sadis banget. Kita disuruh ngerjain 100 soal. Trus gue, gara - gara protes harus ngumpulin jam 6.”, Kirana ikut mengomel sejadi - jadinya.
“Iya.. gue tadi juga udah denger dari anak sebelah. Emang doi sadis parah. Makanya kan kelasnya doi sepi. Menang ganteng aja itu anak cewe pada merelakan nilai satu semester mereka untuk masuk ke kelas itu.”, balas Toni.
“Hn.”, entah kenapa mendengar komentar tadi tiba - tiba Kirana kehilangan minat untuk melanjutkan pembicaraan.
“Ya udah. Lo lanjut aja makan lo. Masih ngunyah juga gue ajak ngobrol. Temen - temen disini biar gue yang atur. Next kalo proposal udah rampung, baru kita atur lagi rapatnya.”, kata Toni dengan nada bijak.
***********
Pagi itu Kirana menepati janjinya untuk mengantarkan tugasnya jam 6 pagi ke ruangan Pak Rian. Tentu saja, sebagai cewek yang ambisius dan tidak mau ada huruf C apalagi B- di transkripnya, Kirana berhasil menyelesaikan 100 soal dalam semalam. Dia baru saja tidur sekitar empat jam yang lalu. Itu juga hanya sebentar.
Hari ini kebetulan dia tidak ada banyak tugas, jadi dia memilih untuk tidur saja di ruang BEM Fakultas. Disana ada sofa yang bisa membuat nyaman. Biasanya sofa itu akan menjadi rebutan, tapi kalau masih pagi begini siapa yang akan ada disana.
‘Tapi, sebelumnya aku harus meletakkan kertas tugas ini di meja Pak Rian.’, kata Kirana dalam hati.
Suasana kampus pagi itu masih sangat sepi. Hanya ada petugas kebersihan dan satu atau dua orang dosen yang mungkin sedang mengerjakan proyek dan tak sempat pulang. Biasa anak teknik.
Kirana mengelus - elus tangannya bersilangan karena angin sepoi - sepoi di pagi hari menusuk kulitnya. Dingin.
‘Ruangan Pak Rian.. Nah itu dia.’, kata Kirana berjalan menuju ke area lorong yang isinya adalah ruangan dosen di lantai dua.
Kirana mengetuk pintu terlebih dahulu, sebanyak tiga kali. Tapi, tidak ada orang yang membalasnya.
‘Tunggu, apa dia belum datang? Berani - beraninya tu orang. Dia sudah nyuruh gue dateng jam 6 pagi, tapi dia belum? Awas aja.’, kata Kirana sambil memberanikan diri membuka pintu ruangan yang ternyata tidak di kunci.
‘Permisi…’, ucap Kirana, sejauh mata memandang, Kirana tidak melihat siapapun ada di ruangan itu.
Satu ruangan itu berisi 6 orang dosen. Mereka adalah dosen untuk mata kuliah Fisika Dasar. Mata kuliah yang seumur hidup menjadi matkul yang Kirana benci.
Kirana melirik pada papan nama yang tertera disana.
‘Nah, pasti itu mejanya’, pikir Kirana.
‘Tas nya ada, jaketnya juga ada. Tapi orangnya kemana, ya?’, tanya Kirana celingak - celinguk.
Bagaimanapun dia mengedarkan pandangannya, memang tidak ada orang sama sekali disana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Eliani Elly
lanjut
2023-10-05
0
Ami Aja
kayaknya pak rian udah Dateng deh😁
2023-05-19
0