Kirana tertidur di ruang dosen untuk mata kuliah Fisika dan turunannya. Di tangannya masih dia pegang kertas hasil PR yang dia kerjakan semalaman dengan hanya tidur sekitar 2 jam saja. Tas nya ia taruh di samping. Sofa itu sangat nyaman, sampai - sampai membuat Kirana lupa dimana dia sekarang.
Pintu ruang dosen terbuka. Seorang pria tinggi tegap dengan badan atletis muncul dari balik pintu. Dia masih menyeka mulutnya dengan handuk kecil. Sepertinya orang yang selesai bebersih pagi - pagi.
Tubuhnya yang tinggi masih belum menangkap keberadaan salah satu mahasiswinya di ruangan itu. Baru, saat dia menghampiri meja kerjanya yang berhadapan dengan sofa, Rian, salah satu dosen Fisika untuk S1 dan S2 menyadari ada orang lain di ruangan itu.
‘Kirana?’, panggilnya dalam hati.
Rian kemudian langsung buru - buru melihat jam dinding yang ada disana.
‘Oh tidak. Sudah lewat jam 6 pagi. Bagaimana aku bisa lupa.’, ucap Rian dalam hati.
‘Hah… anak ini, masih saja dengan mudahnya tidur dimana saja.’, komentar Rian yang memperhatikan Kirana dengan tatapan lembut.
Ada nuansa nanar di wajahnya. Rindu.
Kirana sedikit bergeming dan kertas PR nya terjatuh. Tangannya kemudian ia silahkan di tubuhnya karena kedinginan. Namun, hal tersebut lantas tak membuatnya terbangun.
Rian langsung melihat ke kiri dan ke kanan. Sepertinya dia menyimpan selimut baru di ruangan ini. Rian mencoba untuk membuka pelan lokernya. Ketemu.
Dia langsung menyibak selimut itu untuk menutupi tubuh Kirana yang jelas sudah kedinginan. Selain ini masih pagi sekali. Ruangan juga dilengkapi dengan AC. Rian mencoba untuk menaikkan volume AC agar tidak terlalu dingin.
Sejenak ia berjongkok di hadapan Kirana. Dia menatapnya sendu. Ada banyak kerinduan dalam hatinya. Dia yang sekarang tak lagi bisa menyentuhnya. Dia yang sekarang tak lagi bisa menunjukkan kasih sayangnya. Cinta yang masih ada bahkan mungkin memang selalu ada sudah tak ada memiliki rumahnya lagi.
Beep beep beep.
Ponsel Rian berbunyi. Dia mengambil tas berisi pakaian gantinya dan keluar dari ruangan itu pelan.
Malam kemarin Rian menginap di kampus untuk menyelesaikan sebuah proyek. Tidak sendiri, Rian ditemani oleh beberapa rekan sesama dosen dari lintas jurusan dan dua orang mahasiswa S3. Proyek ini akan diikutsertakan dalam kejuaraan Internasional.
Kesibukan mereka membuat mereka harus rela submit di menit - menit terakhir. Alhamdulillah, meski harus begadang, proyek itu akhirnya rampung dikerjakan. Rekan yang lain sudah pulang. Namun, Rian memutuskan untuk meneruskan istirahatnya saja disini ketimbang harus pulang ke rumah. Dia juga harus menemui Kirana yang dia suruh datang mengumpulkan tugas jam 6.
Awalnya Rian tidak percaya, gadis itu akan benar - benar hadir sebelum jam 6 mengumpulkan tugasnya di ruangan dosen. Kirana yang dia kenal tidak seperti itu. Dia keras. Apalagi orang yang meminta itu adalah dirinya.
Melihat Kirana akhirnya datang ke ruangannya, membuat Rian senang bisa melihatnya lagi dengan lebih dekat dan hanya mereka berdua. Tapi, melihat Kirana datang memberikan makna lain juga dalam hati Rian.
Mungkin, gadis itu memang sudah melupakannya. Mungkin sekarang gadis itu hanya menganggapnya sekedar dosen saja.
**********
“Apa - apaan sih kamu? Bisa gak sih gak harus posesif kaya gini. Kita itu cuma pacaran, bukan nikah. Gak ada surat - surat yang bilang aku itu harus cuma jalan sama kamu.”, kata Radit dengan nada tidak santai di sebuah persimpangan jalan.
Seperti biasa, dia harus menjemput kekasihnya. Meskipun Radit tak menyetujui ide ini sama sekali.
“Radit, aku tuh liat dengan mata kepala aku sendiri. Kamu jalan sama Kirana. Kalau bukan selingkuh namanya apa?”, ujar gadis itu terang - terangan mengajak berdebat lebih dahulu.
“Fay, gue juga tiap hari meeting sama anak - anak BEM ada ceweknya juga. Kadang kalau pulangnya kemaleman, gue juga nganterin mereka pulang. Tapi kamu gak bilang apa - apa. Kemana sama Rana kamu sewot banget.”, tanya Radit heran.
Tak satu dua orang rekan perempuan Radit. Sebagai mahasiswa aktif ditambah dengna ketua BEM, wajar kalau Radit tidak hanya bergaul dengan anak - anak laki - laki tetapi juga perempuan. Semua hanya sebatas hubungan biasa.
Fay tak berkutik. Perkataan Radit barusan valid. Dia memang sangat terintimidasi dengan kedekatan dan rumor tentang Kirana dikalangan anak - anak gengnya. Sehingga, dia jauh lebih sensitif. Padahal, sangat wajar melihat Kirana dan Radit.
Kirana adalah Project Officer untuk proker BEM Fakultas dimana Radit berperan sebagai penasihat dari kalangan BEM Kampus. Siapapun juga akan menilai begitu. Kecuali mereka yang mencari gosip.
“Selama ini aku udah ngikutin semua kemauan kamu. Bahkan sampai nembak di depan umumpun, aku ikutin.”, ucap Radit yang sudah kehilangan kesabarannya.
Tidak di chat, tidak secara langsung, belakangan Fay terus mengajaknya berdebat perkara ini.
“Ya sudah.”, kata Fay tak ingin memperpanjang pertengkaran ini lagi.
Dia juga khawatir kalau - kalau Radit kehilangan kesabarannya dan malah memutuskannya. Dia sudah susah payah untuk berada di titik ini.
*************
“Apa? Kemaren lo diboncengi Radit balik ke rumah?”, Ghea yang sudah tak bisa mengendalikan volumenya kembali berteriak ditempat yang sama, toilet wanita. Mungkin ini sudah menjadi tempat mereka untuk menggosip tentang diri mereka sendiri.
“Lo nggak bisa lebih kenceng lagi ngomongnya? Sekalian pake toak kalo bisa. Biar satu sekolahan denger.”, ujar Kirana panik.
“Sori, Ran. Anggap aja gue terlalu excited dan lupa sekarang kita lagi ada dimana.”, Ghea kembali bertanya panjang lebar, menanyakan setiap detail peristiwa layaknya wartawan yang tengah meliput berita gosip terhot sepanjang sejarah.
“Kenapa harus excited? Orang cuma dianter pulang doang.”, balas Kirana.
“Cuma. Berarti lo ada rasa kecewa dong karena doi cuma nganter lo pulang doang. Ga diajak makan ato kemana gitu..”, bukan Ghea namanya kalau tidak ahli dalam mengompori temannya.
“Heh… kamu tuh ya. Kebanyakan nonton sinetron cinta - cinta-an. Di kampus tuh buat belajar, bukan buat pacaran. Tugas Fisika kamu udah jadi dikumpul belom?”, tanya Kirana tiba - tiba lompat ke topik tugas kampus.
“Jangan buru - buru dong ganti topiknya. Jadi gimana Radit? Dia udah ada tanda - tanda mau mutusin cewenya gak?”, Ghea masih saja belum move on dari topik Radit dan Kirana.
“Gue ga ada niatan buat ganggu hubungan Radit dan pacarnya. Gue juga gak suka sama Radit. Gue cuma kagum doang. Lagian ngapain sih bahas Radit mulu.”, protes Kirana.
Bla bla bla... begitu banyak yang mereka ceritakan di toilet itu sampai - sampai mereka tak juga mengetahui ada orang selain mereka. Tepat seperti sehari sebelumnya, cowok itu kembali muncul di depan mereka tepat saat mereka keluar dari kamar mandi.
“Anggap aja gue nggak denger apa – apa.”, dan dengan kalimat yang sama.
“Ghea....”, Kirana menjerit karena ada orang lain disana selain mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Rita Riau
ketangkep lagi omongan,,,,
SCTV berjalan tuch 😬🤔
tapi siapa sih org misterius itu 🤔🤔🤔
2023-11-30
0