Kirana, gadis belia yang sudah harus berhadapan dengan perceraian kedua orang tuanya di usia yang relatif masih muda. Masa SMA yang menjadi masa - masa indah bagi siswa sekolah seusianya menjadi awal kelam dari kehidupan keluarganya.
Sungguh tidak disangka, papa yang menjadi role model dalam hidupnya tertangkap berselingkuh di depan mata kepalanya sendiri saat dia sedang bersama - sama dengan teman - temannya.
Kirana tak pernah menyangka bahwa diantara lembaran dalam buku kehidupannya, akan ada momen seperti itu yang hingga saat ini tak akan pernah bisa dia lupakan. Bagaimana dia melihat papanya yang menjadi panutan dalam hidup, bagaimana papa yang dia pikir adalah satu - satunya papa terbaik di dunia ini membalikkan semua persepsinya.
Papanya, pria paruh baya yang seharusnya ada di luar kota untuk urusan pekerjaan, malah berada di sebuah hotel. Keluar bersama seorang wanita yang jauh lebih cocok menjadi puterinya. Tidak ada lagi orang selain mereka yang keluar dari kamar hotel itu selain mereka berdua.
Siapapun sudah bisa menyimpulkan apa yang terjadi, apa yang sudah mereka lakukan, bagaimana hubungan mereka, entahlah. Kirana saat itu sudah tidak bisa berpikir. Dan semua itu terjadi di depan teman - teman SMA nya.
Mereka yang mengelu - elukan Kirana, mereka yang iri dengan prestasi gadis itu di sekolahnya, kecantikannya, keluarga harmonisnya dimana papanya selalu mengantar jemputnya di sekolah, dan hal lainnya yang membuat Kirana menjadi sosok yang paling membuat orang cemburu.
Semuanya berbalik.
Selama kurang lebih satu tahun, Kirana harus hidup dalam bayang - bayang gosip dari teman - temannya. Satu tahun lebih Kirana harus menjadi outcast, si penyendiri, si yang paling tidak punya teman.
Kirana yang tadinya jadi idol sekolah mendadak jadi yang bahkan keberadaannya pun tak terlihat. Prestasinya menurun dan itu menambah totalitas dirinya menjadi siswa terkucilkan.
Beruntung, Kirana bisa bangkit di bulan - bulan terakhir sehingga setidaknya, meski tidak bisa mendapatkan universitas yang dia inginkan sejak pertama kali masuk SMA, tetapi masih dalam daftar Universitas terbaik.
“Kamu kenapa? Ngelamun aja. Dimakan, udah diambil banyak - banyak, harus dihabiskan, loh.”, ibunda Kirana membangunkan lamunannya.
“Oh.. ha-ha.. Iya ma. Tiba - tiba Kirana kepikiran tugas lagi. Semester ini, Kirana harus dapat nilai yang lebih bagus lagi supaya semester depan bisa ambil jumlah SKS yang banyak.”, ucap Kirana.
“Sebegitunya kamu. Mama masih ada tabungan, kok. Jadi meski sudah pensiun, mama masih tetap bisa membiayai kuliah kami satu atau dua semester lagi. Kamu jangan khawatir.”, kata ibundanya memahami apa yang menjadi sumber dari ambisi puterinya.
“Engga ma.. Aku memang pengen lulus karena pengen cepet - cepet kerja. Lagian, ngapain kuliah di lama - lamain, kalau dengan kecerdasan aku, bisa lebih cepat.”, ucap Kirana menyombongkan diri.
“Sombong banget putri mama yang satu ini.”, ujar ibundanya.
“Kan cuma di depan bunda doang bisa sombongnya. Ha-ha. Banyak banget yang ambis untuk 3.5 tahun di kampus. Pokoknya aku harus kasih yang terbaik.”, ucap Kirana.
Dia memang sudah sangat ambisius terhadap pendidikan dan karirnya sejak lama. Bedanya, sekarang dia lebih ambisius lagi karena dia ingin memperlihatkan bahwa tanpa papanya pun, Kirana masih tetap bisa berprestasi dan suatu hari nanti memperlihatkan kalau mereka baik - baik saja tanpa papanya. Bahkan jauh lebih baik.
“Hm.. mama boleh tanya ga, sayang?”, ucap ibundanya dengan hati - hati.
“Kenapa bunda? Tanya aja sih, ga usah memastikan dulu.”, kata Kirana.
“Kamu benar - benar tidak mendengar kabar dari Rian lagi?”, berbeda dengan pertanyaan sebelumnya, kali ini, ibundanya menyebutkan namanya.
“Udah sih ma. Ngapain nyebutin pria itu lagi. Kirana udah gak peduli. Dia kayanya udah terbang ke luar negeri dan menghilang. Udah jangan ditanya - tanya terus.”, ucap Kirana.
Meski sedang emosi, tetapi Kirana tetap menjaga nada bicaranya.
“Kalian bercerai bukan karena kalian ingin bercerai, mama tahu itu. Semua karena masalah antara mama dan papa, kan?”, ujar ibundanya.
“Ma, udah berapa kali aku bilang ke mama, dia selingkuh. Dia bohong. Dia cuma pura - pura baik depan mama tapi dia punya wanita simpanan di luar negeri sama kaya papa. Dia udah ngehamilin anak orang tapi masih nikah sama aku? Ma, kalau mama masih mau ngomongin ini, aku naik ke atas.”, balas Kirana tidak ingin lagi membahas perihal ini.
“Iya, iya.. Mama minta maaf. Kamu lanjutkan makan kamu. Kita bahas lagi nanti, ya.”, balas ibundanya tidak punya pilihan.
Ibunda Kirana hanya bisa menghela nafas. Sebagai seorang single parent, tidak mudah baginya untuk membesarkan seorang Puteri dengan semangat tinggi seperti Kirana. Tentu saja, hal itu adalah hal yang positif yang justru membuatnya kagum dengan Kirana.
Namun, terkadang dia merasa bahwa Kirana begitu memaksakan diri untuk memberikan kebahagiaan padanya setelah perceraian dirinya terjadi dengan papanya. Ibunda Kirana memang terguncang, tapi dia sadar kalau Puterinya lebih terguncang.
Mereka berdua tidak menyangka jika selama ini, orang yang memberikan tawa, yang terlihat normal - normal saja bahkan harmonis di rumah, bisa memiliki sisi gelap seperti itu.
Sejak perceraian Kirana di akhir kelas dua SMA, ibundanya harus berjuang sendiri memenuhi kebutuhan mereka. Di tahun pertama, papanya memang masih rutin mengirimkan uang sebagai tanggung jawabnya kepada Kirana. Namun, sejak adanya pesan dari istri barunya pada ibundanya, Kirana tak lagi menerima uang itu.
Saat memasuki tahun ketiga bangku sekolahnya, Kirana mendatangi rumah papanya hanya untuk melempar uang itu di wajah istri baru papanya. Padahal, papanya mentransfer uang itu. Kirana sengaja menariknya secara cash di bank agar bisa melemparkan semua uang itu ke wajah perempuan itu di depan rumahnya dengan disaksikan oleh beberapa warga sekitar yang lewat.
Ternyata sejak bulan ketiga setelah perceraian kedua orang tuanya, wanita itu mengirimkan pesan yang tidak mengenakkan pada ibundanya. Mamanya hanya diam sampai Kirana tak sengaja membacanya.
“Mama kenapa gak bilang kalau wanita itu mengirimkan pesan seperti ini? Mama harusnya cerita ke aku. Jadi selama ini, kita terima uang dan wanita itu bebas mengatakan apapun pada mama?”, teriak Kirana kesal.
“Sudah sayang. Sudah. Mama tidak peduli dengan apa yang wanita itu katakan. Mama sudah melepaskan papa kamu dan bersikap masa bodoh dengan semuanya. Lebih baik kita fokus pada kehidupan kita.”, ucap mamanya menenangkan.
“Mama block nomor dia dan pria itu. Pokoknya, mulai detik ini, kita sudah gak ada hubungan apa - apa sama dia. Wanita itu se-tidak tahu diri itu berani mengirimkan pesan pada mama. Aku ga bisa berkata - kata.”, ucap Kirana langsung naik ke atas menuju kamarnya.
Tanpa terasa air mata yang tidak ingin dia alirkan sia - sia justru membendung di pelupuk matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Eliani Elly
next
2023-10-05
0
Ami Aja
ceritanya bagus kak
2023-05-18
0