Bab 15

Amir sedang gusar di ruang kerjanya, seharusnya hari ini masalah yang membuatnya pusing tujuh keliling sudah ada yang bantu menemukan solusinya, ini sudah hampir petang.. Orang yang di anjurkan Papanya justru menghilang entah kemana.

Amir menunggu kedatangan Ayana dan Sindy sudah sejak dari pagi di ruang kerjanya. Ayana dan Sindy hanya bertegur sapa dengan Amir saat di ruang tamu di rumah Tuan Ayyub, karena Amir buru-buru kabur ke kantor. Tuan Ayyub hanya memperkenalkan Ayana dan Sindy sebagai staf yang akan membantu Amir menangani masalah kantor selama Tuan Ayyub tidak ada di kantor. Ayana dan Sindy akan bertindak sebagai tangan kanan Tuan Ayyub, bukan staf biasa.

Amir teringat saat Papanya menegur Amir karena tidak fokus mendengarkan penjelasan Papanya tentang proyek besar yang sedang mereka bahas. Amir tertegun saat menatap ke dua Bidadari cantik dihadapannya pagi itu.

Tuan Ayyub menjelaskan panjang lebar tentang perencanaan proyek baru itu dengan semangat yang besar.

"Jadi, bagaimana pendapatmu, Amir?" tanya Tuan Ayyub pada putranya seraya menyeruput kopi yang baru di suguhkan oleh Nyonya Vae untuknya.

"Keduanya Sangat Cantik, Pah" ujar Amir yang masih menatap Ayana dan Sindy yang duduk tepat dihadapannya.

Pufffft... Uhuk..uhuukk..!!

Tuan Ayyub menyembur kopi yang lagi di minumnya.

"Amir.!! Papa menjelaskan tentang proyek di kota G yang sedang kita garap, bukan Bidadari di hadapanmu ini" terang Tuan Ayyub tak habis pikir dengan kelakuan putranya pagi ini. Dan baru kali ini Tuan Ayyub melihat Amir begitu tidak fokus saat berada dihadapan wanita. Padahal di kantornya sangat banyak wanita jomblo cantik.

"Maaf, Pah. Amir pamit ke kantor, sekarang" seraya bangkit dari sofa dan berlari menuju mobil yang terparkir di halaman rumahnya. Kemudian balik lagi.

"Kenapa balik lagi" tanya Tuan Ayyub , kesal tapi gemes sama putra sulungnya ini.

"Belum salim, Pah" ucap Amir seraya meraih tangan Papanya dan men ciumnya.

Nyonya Vae tersenyum melihat kelakuan suami dan putranya ini. Amir lalu memeluk Mamanya, dan kembali berlari ke mobilnya.

Di dalam mobil, Amir menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Amir benar-benar malu dengan kejadian tadi di ruang tamu.

"Oh tuhaaan, aku malu sekali" batin Amir. Saat Bagas masuk ke dalam mobil, Bagas memberitahukan pesan Tuan Ayyub pada Amir. Amir mendengarnya dengan seksama.

"Ok, lakukan sesua dengan Papa katakan, jangan ada kesalahan" ujar Amir.

"Apa mereka tidak ikut dengan kita sekalian ke kantor?" tanya Amir saat mobil sudah bergerak keluar halaman rumah.

"Tidak Tuan, mereka ke kantor mau naik motor saja" jawab Bagas.

Bagas menahan tawa dengan menggigit tangannya yang terkepal mengingat apa yang terjadi di ruang tamu tadi.

"Baru kali ini aku melihat Amir tidak fokus saat di depan wanita cantik, sangat lucu. Apa Amir lagi jatuh cinta?" batin Bagas.

Kalau bukan atasan, auto sudah di ledekin habis habisan oleh Bagas. Ingin rasanya Bagas tertawa kenceng saat ini. Namun di tahannya.

"Sabar Bagas, tunggu nanti di ruang kerjamu, kau akan meledakkan tawamu di sana" batin Bagas saat menahan tawanya.

"Bagas" panggil Amir kemudian.

"Iya tuan" Jawab bagas,cepat.

"Ingat, apapun yang kamu dengar di ruang tamu tadi, jangan katakan pada siapapun, awas kalau ada orang lain yang tau" ancam Amir pada Bagas.

"Tapi, Tuan.. Hrd harus tau kalau Nona"... ucapan Bagas terhenti oleh ujaran Amir yang tak mau mendengarkan sampai selesai penjelasan Bagas.

"Sudah ku katakan, cukup kamu yang tau, yang nggak perlu tau. Paham!" ucap Amir penuh penekanan.

"Tapi, bagaimana aku harus menyampaikan pada Hrd kalau ke dua Nona itu, di tugaskan untuk membantumu, Tuan Amir yang super tampan nan garang..!!" Bagas hanya berani protes dalam hati saja.

Sementara itu di ruang tamu rumah Tuan Ayyub.

"Ada apa dengan Amir?, tidak biasanya dia begini" ujar Nyonya Vae seraya menggeleng kepalanya, bingung dengan kelakuan putranya.

"Grogi dengan dua Bidadari ini" ujar Tuan Ayyub menunjuk Ayana dan Sindy yang masih bengong duduk di sofa. Mendengar itu, Sindy dan Ayana tersipu malu.

"Semoga saja kalian betah kerja bareng anak sulung Paman, mana tau nanti berjodoh" ujar Tuan Ayyub seraya berlari kecil menghindari lemparan bantal kursi dari istrinya.

Sindy dan Ayana ikut tertawa melihat suami istri yang lucu dan menggemaskan itu. Seperti tingkah Mama dan Papa mereka kalau lagi berkumpul di ruang tamu.

Sindy dan Ayana pamit ke kantor dengan naik motor berdua. Awalnya Nyonya Vae dan Tuan Ayyub keberatan, tapi mereka kekeh mau naik motor.

Akhirnya terpaksa mengizinkan mereka naik motor walau ada Bayu yang mengikuti dari belakang dengan mobil, takut mereka nyasar atau kenapa-kenapa di jalan.

****

Kembali ke ruang kerja Amir.

Lin ning ,Alex dan Devi berdiri di hadapan Amir dengan kepala tertunduk. Sementara Bagas menjemput Ayana dan Sindy yang lagi bekerja di ruang Administrasi di lantai bawah.

"Alex, apa kamu sudah tidak mencintai pekerjaan kamu?" tanya Amir pada Alex yang masih tertunduk lesu

"Masih, Tuan" jawab Alex seraya menatap Amir, lalu kembali menundukkan kepala. "Lalu? Tugas yang Papa berikan pada kamu, kenapa kamu serahkan pada bawahan yang tidak tau aturan ini" tunjuk Amir pada Lin ning.

"Saya sudah memberitahukan pada Lin ning kalau karyawan baru yang akan datang ini adalah bawahan Tuan Ayyub,Tuan. Saya tidak tau kalau Lin ning justru mengarahkan mereka ke ruang administrasi" ujar Alex menjelaskan.

"Tapi, Amir! Aku tidak suka kamu dekat dengan wanita lain, apalagi sampai ditempatkan di ruang yang sangat dekat dengan kamu. Bagaimana kalau mereka nantinya menggoda kamu" Lin ning berargumen seraya melipat kedua tangannya di dada.

"Apa urusannya dengan kamu?" Amir geram mendengar apa yang di ucapkan Lin ning.

"Hal yang tidak ada sangkut pautnya dengan perusahaan, tak perlu kamu bahas disini, dan urusan hidup aku nggak usah kamu ikut campur" ujar Amir lagi.

"Aku masih pacar kamu, Amir! dan kemampuan aku lebih baik dari mereka yang baru menjadi karyawan disini" ujar Lin ning masih dengan sikap sombongnya.

"Oh, Jadi kamu menyamai kemampuan kamu dengan aku, gitu?" tanya Amir pada Lin ning.

"Aku tidak menyamai kemampuan aku dengan kamu Amir, tapi dengan karyawan yang baru itu, aku lebih baik dari mereka" ujar Lin ning masih dengan gaya angkuh.

"Kemampuan mereka bahkan di atas aku, kamu berani bilang kemampuan kamu lebih baik dari mereka" Amir tersenyum mengejek.

"Kamu jahat Amir, aku pacar kamu tapi kamu malah membela orang luar" ucap Lin ning meluapkan amarahnya karena cemburu.

"Pacar kamu bilang? Kita sudah putus, Lin ning. Tujuh tahun yang lalu! Kamu sendiri yang memutuskan aku. Jadi stop mengatakan kita pacaran" ujar Amir mengingatkan.

"Jika kamu sudah tidak mau bekerja lagi di perusahaan ini, silahkan ambil gaji terakhirmu, dan silahkan keluar" Lanjut Amir lagi.

"Amir, tapi aku nggak mau pisah sama kamu, Aku kan sudah minta maaf. Saat itu aku belum menyadari kalau aku cinta sama kamu, karena itu aku pergi. Sekarang aku sadar dan hanya akan mencintai kamu seorang, Amir" ujar Lin ning seraya bergelayut di lengan Amir.

"Lepaskan!" teriak Amir pada Lin ning. Namun Lin ning semakin kuat, berpegangan pada lengan Amir tidak mau melepaskan.

Bagas mengetuk pintu ruang kerja Amir, dan setelah di persilahkan. Bagas masuk bersama Ayana dan Sindy. Namun hal yang sedang berlangsung dalam ruangan itu sungguh tidak enak di pandang.

Ayana dan Sindy segera memalingkan wajah ke arah lain, tidak mau melihat pemandangan itu. Bagas juga memalingkan wajah dan terlihat geram.

"Aku bilang, lepaskan atau aku akan melempar mu dari atas gedung biar kamu mengerti arti kata lepaskan?" hardik Amir pada Lin ning yang kini sedang memeluk Amir.

"Tidak mau, pokoknya aku tidak mau putus dari kamu" ujar Lin ning dan masih memeluk Amir.

"Bagas, panggil Joan kesini. Suruh dia urus pacarnya ini" ujar Amir semakin emosi dan menghempaskan Lin ning hingga jatuh ke lantai.

"Aku sudah putus dengan Joan, Amir. Aku mau kita balikan, karena aku hanya menginginkan kamu, aku hanya mencintaimu" rengek Lin ning, semakin menjadi- jadi berharap Amir luluh.

Sindy muak melihat drama di ruangan ini, juga kesal dengan Lin ning yang membuat mereka kelelahan bekerja di ruang administrasi hanya karena Lin ning cemburu pada mereka. Timbul ide membalas dan mengerjai Lin ning, Sindy memberanikan diri mendekati Amir.

"Kak Amir, dia pacarmu?" tanya Sindy seraya berdiri tepat di hadapan Amir, dan menatap lembut mata Amir.

"Bu, bukan! dia pacar Joan" ucap Amir gugup ditatap Sindy begitu dekat. Sindy bisa mendengar degup jantung Amir sedang menari menabuh genderang dalam dadanya.

"Oh, Aku pikir kak Amir mau selingkuh dariku" ujar Sindy seraya berbalik mengitari meja kerja Amir dan duduk di kursi kebanggaan Amir. Memainkan bolpoin dengan jari lentiknya.

Amir mematung mendengar ucapan Sindy namun hatinya bahagia terpancar jelas pada binar matanya.

Wajah dan sudut bibir yang berkedut menahan tawanya. Ucapan Sindy bagai angin syurga yang berhembus menerpa wajahnya. Amir merasa tanpa sadar Sindy sudah mengutarakan perasaannya dengan ambigu. Namun, Amir semakin bersemangat untuk menaklukan Sindy.

"Mana mungkin aku berselingkuh dari kamu, bidadariku" ujar Amir mengimbangi sandiwara yang di mainkan Sindy.

"Gilaaa, baru kali ini aku lihat Amir memuji wanita dengan sebutan bidadari. Mimpi apa aku semalam bisa menyaksikan drama romantis lebay ini, Ya Tuhaaan" batin Bagas seraya memalingkan wajahnya ke arah Ayana yang juga berusaha menahan tawanya dengan mengatupkan bibirnya.

Ayana dan Bagas menahan tawa melihat drama baru di ruangan itu. Sementara Devi, dan Alex masih menunduk takut melihat wajah Amir. Bahkan untuk melihat wajah Sindy dan Ayana saja mereka tak berani untuk mengangkat kepala mereka.

Lin ning bangkit dari lantai, dia semakin cemburu mendengar Amir memanggil Sindy dengan sebutan Bidadariku.

"Amir, aku tidak terima kamu dekat orang lain, hanya aku yang pantas mendampingi kamu, hanya aku yang mengerti kamu" ucap Lin ning lagi.

"Aku ini calon istri Amir, kamu siapa berani bicara sembarangan begitu" ucap Sindy nggak mau kalah.

"Kamu dipecat, aku tidak suka ada wanita genit di kantor calon suamiku" ujar Sindy seraya berdiri menatap Lin ning dengan sorot mata yang tajam.

"Astagfirullah, ampuni dosaku Ya Allah.

Aku sudah berdusta, tapi semua ini aku lakukan untuk melepaskan Kak Amir dari rubah betina ini, huhuuu" batin Sindy setelah mengucapkan hardikan pada Lin ning.

"Kamu siapa? main pecat orang sembarangan. Yang Bos disini tu Amir, bukan kamu" ujar Lin ning emosi.

"Kamu nggak dengar ya, Sindy slavia adalah calon istri Amir Ayyubi yang berarti Bos kamu juga. Paham!, dan dia sudah memecat kamu. Jadi cepat keluar ambil pesangon mu" ujar Bagas ikut memainkan peran.

"Alex dan Devi, kenapa masih diam disitu. Apa kalian mau di pecat sama calon istriku juga?" ujar Amir melirik Alex dan Devi yang gemetaran.

"Tidak, Tuan! Kami akan bekerja lebih giat lagi" ujar Devi dan Alex dan keluar dari ruang itu seraya menarik Lin ning yang masih meronta tidak mau keluar.

Ayana menutup mulutnya saat mendengar dan menyaksikan drama terlebay dalam sejarah manusia pada masa itu.

"Sindy, bagaimana dengan Yuan mu, jika para Malaikat meng Aminkan drama hari ini?" batin Ayana seraya nyengir kuda, membayangkan nasib pilu Yuan bila Sindy yang ia perjuangkan justru menikah dengan Amir Ayyubi Bos muda nan rupawan ini.

Terpopuler

Comments

Sehrazat

Sehrazat

😁😁😁

2023-11-14

0

💞Nur Cluster's🔥

💞Nur Cluster's🔥

bwahahaha.... meledak tawa'ku 🤣🤣

2023-09-15

1

💞Nur Cluster's🔥

💞Nur Cluster's🔥

🤣🤣🤣 astagfiruloohh... fokus bang amir, fokuusss 🤣

2023-09-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!