Bab 4

Ayana baru saja bangun dari tidur, masih berusaha mengumpulkan roh yang merayap kemana-mana.

Beranjak dari tempat tidur menuju ke kamar mandi. Setelah bersiap-siap Ayana segera turun, berlari kecil di tangga menuju ke ruang makan. ''Ma! Pa! Maaf, Aya terlambat!'' Seru Ayana setiba di ruang makan. Ayana menganggap Paman dan Bibinya adalah orang tua kandungnya.Walau dia tau itu sebenarnya adalah Pamannya, Kakak laki-laki dari Papa Ayana. Paman dan Bibi Ayana memutuskan membawa Ayana tinggal di Bandung, semenjak orang tua kandung Ayana meninggal dunia. Merawat Ayana selayaknya anak kandung sendiri.

''Non, Tuan dan Nyonya sudah berangkat ke kantor'' ujar Bik Ida, saat melihat Ayana tiba di ruang makan.

'' Yah! padahal Aya mau memberitahukan hal penting'' Sungut Aya dengan wajah sedih.

''Nanti malam saja, Non'' saran Bik Ida seraya menyediakan sarapan pagi untuk Ayana.

''Sarapan dulu, Non'' ucap Bik Ida setelah meletakkan makanan dan minuman.

Setelah Ayana selesai sarapan, Ayana pamit pada Bik Ida.

''Bik, Aya berangkat ke kantor dulu ya!'' ucap Ayana, lalu melangkah keluar.

''Iya Non"jawab Bik Ida yang lagi sibuk beberes di dapur. Pak Gunawan sudah duduk di depan kemudi.

"Ada yang masih tertinggal, non?" tanya Pak Gun saat akan menjalankan mobilnya.

"Nggak ada Pak, ayo jalan" ujar Ayana.

"Ada Non..!" ucap Pak Gunawan, yakin. Ayana menoleh, seakan menanyakan apa yang tertinggal.

"Senyum Non tertinggal di dalam rumah, sepertinya Non" Jawab Pak Gun seraya tertawa. Ayana juga tertawa mendengar lelucon Pak Gun.

"Nah! gitu kan bagus, Jangan cemberut" ujar Pak Gun yang senang melihat Ayana kembali tersenyum.

Setiba di kantor, Ayana dikejutkan dengan kehadiran seseorang.

''Kak Aya!'' sapa Yezline yang berada di lobi kantor.

''Hai Yezline'' Ayana mengerutkan kening, saat melihat jaket yang dipakai Yezline. Sangat mirip dengan jaket couple yang Riyan beli sehari sebelum acara reunian kampus.

Ayana ingat, saat itu Ayana menemani Mamanya berbelanja di Mall. Ayana melihat Riyan memilih dan membeli jaket couple Coklat dengan wajah bahagia.

Ayana berniat menyapa Riyan hari itu, tapi urung Ayana samperin. Mungkin Riyan mau memberi kejutan untuknya, pikir Ayana saat itu.

Namun, hingga selesai liburan dan bahkan saat pulang. Riyan tidak juga memberikan jaket itu untuk Ayana.

Setelah bertegur sapa dengan Yezline, Ayana masuk keruang kerjanya.

Ayana mencoba berfikir positif.

''Mungkin cuma kebetulan jaket couple nya sama" pikirnya.

"Tapi, jaket itu bertuliskan huruf, RY?" batin Ayana.

''Ah, mungkin Raka, Remin, Rebon, atau Rahul. Bukan Riyan Yezline.'' gumam Ayana berusaha menepis prasangka negatif pada Riyan.

Ayana menyibukkan diri dengan berkas-berkas yang menumpuk di atas mejanya.

Setelah selesai bekerja, Ayana ingat hari ini ada janji temu dengan Sindy dan Neyna di restaurant dekat rumah Ayana.

Ayana segera menghubungi Sindy untuk bertemu sore ini sepulang kantor.

****

"Aya mau pesan minum apa?, makanannya sudah aku pesankan untuk ber tiga'' ujar Sindy saat Ayana sudah duduk di kursinya.

''Kalian pesan minum apa?'' tanya Ayana pada ke dua sahabatnya itu

''Kami pesan milk tea'' jawab Neyna yang juga sudah tiba duluan sebelum Sindy dan Ayana tiba.

''Aku milk tea juga kalau gitu, biar samaan'' ujar Ayana sembari tertawa.

''Mbak, tambah milk tea 1"ucap Neyna pada pelayan Restaurant itu.

''Oh ya, semalam kamu hubungi aku, katanya mau ngomong hal penting. Hal penting apa sih?'' tanya Ayana dengan wajah serius dan penasaran.

''Begini, Aya. Ini menyangkut hubungan kamu sama Riyan'' ujar Sindy, Sindy berhenti sejenak karena pelayan restoran sudah membawa pesanan mereka. Setelah meletakkan pesanan mereka, pelayan itu berlalu pergi.

Sindy menyeruput minumannya sebelum melanjutkan ceritanya.

''Ay, aku harap, apa yang kami sampaikan ini, tidak membuat kamu menjauh dari kami. Apa yang kami sampaikan adalah hal yang kami lihat dengan mata kepala kami. Soal bagaimana kamu menyikapinya, kami serahkan pada kamu. Kami tak mau menutupi hal ini, karena kami sahabat yang peduli dan sayang pada kamu, Ay'' ujar Sindy panjang lebar.

Neyna terlihat gugup dan sedih bersamaan.

''Ada apa sih? hal apa? Aku janji nggak akan marah. Kalian adalah sahabatku yang paling mengerti aku. Jadi, katakanlah'' ujar Ayana pada ke dua sahabatnya.

''Ay, maafin aku. Mungkin semua ini salahku'' ujar Neyna dengan air mata yang sudah berlinang.

''Aku rasa bukan salah kamu Ney, tapi memang dasar laki-laki tak setia saja si Riyan itu" ujar Sindy, kesal pada Riyan.

Ayana masih bingung dengan apa yang di dengarnya dari kedua sahabatnya ini. Apa hubungan Riyan dan tangisan Neyna ini.

''Ay, Riyan selingkuh'' Neyna tak kuasa menahan airmata lagi.

''Dengan Yezline, adik sepupu aku, Ay. Kalau aku tidak membawa Yezline ke rumah kamu saat pesta ultah kamu, mungkin Yezline nggak akan bertemu dan mengenal Riyan'' lanjut Neyna disela-sela tangisnya.

Sindy mengusap-usap punggung Neyna yang sudah ter isak-isak menahan kesedihan. Neyna merasa bersalah pada Ayana karena perselingkuhan Riyan dan Yezline.

''Maafin aku Ay'' ucap Neyna lagi sambil menatap dan memegang tangan Ayana.

Ayana mematung di sana, Ayana mengingat jaket couple, warna coklat yang dipakai Yezline tadi pagi saat ke kantornya.

''Ah, tidak-tidak! Kamu nggak salah Ney, dan mungkin mereka tidak selingkuh, tapi mungkin Riyan menganggap Yezline seperti adiknya sendiri. Kan, kita sama-sama anak tunggal, tidak punya adik'' ucap Ayana menepis kecurigaan Neyna dan Sindy.

''Maaf, Ay. Apa yang aku lihat dan Neyna lihat, tidak seperti kakak adik, tapi lebih dari itu. Bahkan dengan kamu saja Riyan tidak se mesra dan sedekat itu'' ujar Sindy serius dan penuh emosi.

''Kami tidak punya bukti untuk menunjukan pada kamu, tapi kami punya hati seorang sahabat yang tak ingin sahabatnya di sakiti, dipermainkan laki-laki busuk itu. Sekalipun Riyan adalah tetangga sekaligus sahabat kita, tapi kalau salah ya salah'' ujar Sindy lagi.

''Iya, Ay'' Neyna menghapus air matanya.

"Aku baru mengetahuinya, semalam" ucap Neyna lagi.

"Dan aku baru tau, kemarin siang" ujar Sindy kemudian.

''Sindy, Neyna. Tadi pagi, Yezline kekantor aku. Dan kalian ingat, aku pernah bilang Riyan membeli jaket couple warna coklat? Yezline memakai jaket warna coklat yang sama persis dengan yang Riyan beli, yang aku pikir itu untuk aku dan Riyan'' ujar Ayana dengan linangan air mata.

Neyna dan Sindy sangat mengerti perasaan sakit sahabatnya itu.

''Ay, sebentar lagi kamu akan menikah dengan Riyan, tapi sekarang saja dia sudah berbohong sama kamu, bagaimana kedepannya saat sudah menikah. Bukan tidak mungkin kamu akan disakiti lagi, Ay'' Neyna mengingatkan.

''Begini saja, kamu nanti malam tidur di rumahku. Neyna akan membawa Yezline ke rumahku. Riyan pasti akan datang kalau ada Yezline'' Sindy mengajak Neyna dan Ayana tidur dirumahnya.

''Tapi, kalau ada Ayana, Riyan tidak akan datang. Dia pasti menghindari Yezline, seperti di pantai hari itu" ujar Sindy lagi.

"Aku akan datang lebih dulu, sebelum Neyna dan Yezline datang" ujar Ayana.

Neyna mengangguk, setuju.

Hati Ayana berkecamuk, takut kalau kecurigaan sahabatnya itu benar adanya. Tapi Ayana harus melihat mata kepala sendiri sebelum memutuskan apapun.

''Aku akan menghubungi Yezline untuk mengajak ke rumah Sindy" ujar Neyna.

Dan Yezline dengan senang hati menyetujuinya, karena dia tau rumah Riyan dan Sindy ber sebelahan. Riyan sering bermain ke rumah sindy, mereka berteman dari kecil hingga sekarang.

****

Ayana sudah tiba di rumah Sindy, dan sedang menunggu Neyna.. Ayana masih membuang jauh-jauh perasaan negatif itu. Dan terus berdo'a kalau semua ini hanyalah ke salah pahaman sahabatnya saja.

Neyna sudah datang bersama Yezline.. dan sudah tidak menggunakan jaket coklat tadi. Terdengar suara tawa Yezline saat berbicara dengan para pembantu di rumah Sindy.

Yezline terlihat sangat ramah dengan semua orang. ''Mungkin Riyan menganggap Yezline sebagai adik'' gumam Ayana, berpikir positif walau ada sedikit rasa sedih si hatinya.

" Jika itu benar adanya, bagaimana aku menjalani hari-hariku tanpa Riyan, aku sudah biasa dengan kehadirannya. " batin Ayana menangis, tak kuasa bila apa yang sabatnya bilang adalah hal yang sebenarnya, bukan karena salah paham saja.

Ayana mencoba hubungi Riyan lewat sms.

"Yang, sedang apa? apa masih diluar kota?"

Ayana menunggu balasan, detik, menit bahkan hampir setengah jam belum ada balasan hanya di read aja.

"Baru balik ni, mau istirahat. Jangan telefon ya, Aku mau tidur.Capek banget alnya. Adek juga tidur terus ya, cinta ku" Ayana membaca pesan dari Riyan sambil tersenyum.

"Tuh kan, Riyan mah nggak mungkin selingkuh" gumam Ayana setelah membaca pesannya dan berbaring dikamar.

Sindy mengirim pesan pada Ayana.

"Ay, Riyan sudah datang. Pakai jaket coklat" Diam-diam Sindy memfoto Riyan dari belakang. Terlihat Yezline tersenyum pada Riyan, dan seakan tak ada hubungan apapun.

Ayana melihat semua yang terjadi diruang tamu melalui Cctv. Tak ada yang aneh, hubungan Riyan dan Yezline semua terlihat normal.

Riyan pamit pulang setelah makan dan minum yang disediakan di rumah Sindy.

Sindy memberi kode pada Neyna untuk ke kamar.

"Neyna, Yezline, apa kalian sudah ngantuk, ayo kita tidur" ujar Sindy dan beranjak ke kamar.

"Aku mau ke taman kak, mau menelfon seseorang" ujar Yezline Seraya beranjak dari kursi menuju keluar.

"Jangan lama-lama Yez, nanti masuk angin" ujar Neyna mengingatkan.

"Ok" jawabnya singkat.

Ketika Yezline sudah keluar, Sindy dan Neyna bergegas ke lantai atas.

Ayana sedang fokus melihat monitor Cctv.

"Air mata Ayana jatuh bagai hujan saat melihat Riyan memeluk dan mengecup Yezline. Benar seperti yang dikatakan kedua sahabatnya itu, sedikitpun tidak berbohong.

Sindy mematikan layar monitor Cctv.

"Ini sudah cukup, lupakan dia. Banyak laki-laki baik di luar sana yang lebih pantas untuk kamu, Ay" ujar Sindy sambil memeluk Ayana. Neyna yang sudah lebih dulu memeluk Ayana.

Mereka bertiga kembali menangis, sambil berpelukan. Sindy dan Neyna juga pernah mengalami hal yang kurang lebih sama seperti yang di alami Ayana.

Malam itu, Ayana dan kedua sahabatnya tidur di dalam satu kamar. Menangis dan tertawa bersama.

Sindy sudah berpesan pada semua orang di rumah. Kalau Yezline masuk, suruh dia tidur dikamar tamu sebelah depan. Buat dia senang agar tidak mencari Neyna ataupun dirinya.

"Apapun keputusan kamu, kami mendukungnya, Ay" ujar Sindy di sela-sela isak tangisnya.

"Aku butuh waktu untuk melepasnya. Ternyata di khianati oleh orang yang kita cintai sakit banget" Ayana terus menangis terbayang hal yang paling menyakitkan yang ia lihat tadi.

Hati Ayana bagai di cabik-cabik rasanya.

"Kenapa Riyan tega? Apa salah aku sampai dia khianati aku?" ujar Ayana dalam tangisnya. Hati Ayana benar-benar hancur atas penghianatan Riyan yang sangat ia cintai. Hal ini seperti mimpi buruk baginya.

Terpopuler

Comments

虞书欣 Vííҽ🦂

虞书欣 Vííҽ🦂

hmm klo slingkuh mah pnyakit ga bisa di harap bagus ktauan sblm nikah, cancel😁

2023-12-07

0

⛱ᴳᵂ➳ᴹᴿˢ᭄°RÓYALS༻ ཽB⃟L 👻ᴸᴷ

⛱ᴳᵂ➳ᴹᴿˢ᭄°RÓYALS༻ ཽB⃟L 👻ᴸᴷ

/Sweat/jngn mngharapkan nya lgi....

2023-11-02

0

Rawai hiatus ✅

Rawai hiatus ✅

Positif amat pikiran ayana, emang gitu sih kalau perempuan baik2, semua diarahkan ke arah positif, tapi sayang pikiran positif itu yang kadang membuat seseorang gampang diperalat 🙃🙃

2023-10-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!