Bab 10

Setiba di Villa, Sean meletakkan Ayana ditempat tidur. Kemudian meminta Sindy segera menyiapkan keperluan Ayana, dari baju ganti, hingga air hangat untuk mengelap wajah, tangan dan kaki Ayana yang terkena pasir dan air laut.

Sean, dan Lan Yuan duduk sofa ruang tamu menunggu Sindy mengganti pakaian Ayana. Sementara Yun Xiao menyiapkan ramuan obat yang dipetik nya di jalan pulang tadi. Kebetulan di sekitar villa banyak tanaman obat yang sengaja ditanam oleh pengelola Villa untuk penghuni Villa jika diperlukan.

Yun Xiao sedikit banyak mengetahui ramuan obat untuk penyakit ringan, seperti demam biasa. Yun Xiao dengan cekatan meracik ramuannya di dapur. Setelah selesai, segera membawa ke kamar untuk diminumkan pada Ayana.

Sindy lagi-lagi meneteskan air matanya saat sedang mengelap wajah Ayana. Dan air matanya mengenai tangan Ayana.

Ayana kembali membuka matanya saat merasakan tetesan air yang jatuh di tangannya. "Sindy" panggil Ayana,lirih.

"Iya Ay, kau sudah sadar?" jawab Sindy seraya tersenyum lembut. Dan segera menghapus air mata di pipinya. "Maafin aku Sin, Aku sudah membuatmu khawatir" ucap Ayana penuh penyesalan.

"Kau tau! Aku hampir mati ketakutan saat mencari mu, dan mendapatimu jatuh ditepi pantai. Apa kau sudah tidak sayang lagi padaku?" ujar Sindy dengan sedikit penekanan yang seakan dia marah.

"Aku marah kalau kamu tega ninggalin aku lagi, sendirian seperti tadi" ucap Sindy yang mulai terisak.

"Aku nggak akan ulangi lagi, Sin. Aku salah, aku minta maaf" ujar Ayana lalu meraih tangan Sindy dan mereka saling berpelukan.

"Aku sudah mengganti bajumu, ini terkena air laut dan juga pasir" ucap Sindy. Setelah selesai mengganti baju Ayana. Sindy memakaikan jilbab pada Ayana.

"Untuk apa pakai jilbab lagi, ini sudah malam" ujar Ayana.

"Sudah pagi" jawab Sindy seraya tersenyum.

Ayana melihat jam di samping tempat tidur, 02:39. "Sindy, Ini masih gelap. Mau kemana kita?, tidur aja yuk" ajak Ayana yang mulai bingung dengan kelakuan Sindy.

"Kita ke pantai aja lagi, bawa selimut juga tikar serta bantal, kita tidur di sana, mana tau ada pangeran tampan yang mau menemani kita nanti.Hahaha" jawab Sindy seraya tertawa lucu.

"Kau ini!" Ayana ikut tertawa saat Sindy mulai ngehalu.

Tiba-tiba pintu kamar ada yang mengetuk. Ayana terlihat bingung, soalnya di Villa itu hanya mereka berdua saja.

"Siapa?" Ayana bertanya dengan berbisik pada Sindy.

Sindy segera membuka pintu kamar tanpa menjawab pertanyaan Ayana. Yun xiao masuk dengan semangkuk obat dan sup di atas nampan.

"Kau sudah bangun Nona, syukurlah!" ujar Yun, senang. Kemudian meletakkan nampan di meja dekat tempat tidur. Lalu mengambil mangkuk berisi ramuan obat dan menyerahkan pada Ayana.

"Minumlah, ini obat demam. Aku memetiknya di sekitar villa, tadi. Jangan khawatir, ini aman"

"Kalau tidak percaya, aku akan meminum setengahnya dan kau minum setengah" ujar Yun Xiao panjang lebar karena Ayana menatapnya tanpa berkedip.Yun mengira Ayana meragukan ramuannya.

Sindy yang melihat Ayana seperti bengong dan tak merespon Yun, menyentuh pundak Ayana dan mengguncang pelan.

"Ay, minumlah. Aku melihatnya meracik sendiri ramuan itu dan itu daun-daunan yang sering nenekku ramu saat aku demam dulu. Aku yakin dia tidak bohong" ujar Sindy.

Sentuhan Sindy menyadarkan Ayana dari lamunannya.

"Sin.. Dia siapa?" tanya Ayana yang masih terbayang-bayang mimpinya tadi, pria ini juga tampan, tapi bukan pria yang dia lihat dalam mimpinya.

Sejak sadar dari pingsan, Ayana masih mengira pria tampan yang tadi dia lihat hanyalah mimpi.

"Pangeran" jawab Sindy, asal.

"Sindy, sepertinya aku sedang mimpi" ujar Ayana setelah meminum ramuan itu.

"Mimpi apa?" tanya Sindy, heran

"Mimpi jumpa pangeran" jawab Ayana seraya menahan tertawa.

Sindy yang tau maksud Ayana, terus terbahak.

"Sepertinya sudah kembali normal" ujar Sindy seraya menyentuh dahi Ayana.

Zhou Yun terkesima melihat wajah dan senyum Ayana.

"Sangat cantik, benar-benar cantik" puji Zhou Yun dalam hati.

"Yun Xiao, Terimakasih ya, sudah mengantar dan membuatkan obat untuk sahabatku" ucap Sindy pada Yun.

"Ah iya, Aku hanya menemani kawan mengantar kalian, dan kebetulan aku tau sedikit soal ramuan obat. Namaku sebenarnya Zhao Yun, Lan Yuan suka memanggil ku dengan panggilan Yun Xiao" ujar Yun menjelaskan.

"Aku pamit kembali ke Villa, dan Jangan lupa di minum supnya, Nona!" ujar Yun seraya keluar dari kamar Ayana.

"Yun, terimakasih untuk obat dan sup nya, sampaikan terimakasihku juga pada teman-temanmu ya" ujar Ayana dengan lembut.

"Ok." jawab Yun dengan menggerakkan dua jari ditekuk dan tiga jari ditegakkan seraya tersenyum lalu keluar dari kamar diantar Sindy.

Sindy kembali berterimakasih pada Yuan dan Sean. Saat Sean hendak menanyakan nama Ayana, handphone Sean berbunyi. Sean urung menanyakan nama Ayana, lantas pamit kembali ke Villa pada Sindy lalu mengangkat panggilan telepon seraya keluar dari Villa yang ditempati sindy.

Yuan dan Yun juga pamit kembali ke Villa. Saat Sindy akan menutup pintu, Yuan berbalik dan bertanya.

"Nona, namamu siapa?" Sindy terbengong didepan pintu. Terkejut, dan baru tersadar kalau dia belum mengenalkan namanya dan juga nama Ayana.

"Ah iya.. Namaku Sindy, temanku Ayana , maaf aku lupa mengenalkan mana tadi" seraya nyengir kuda.

"Tak masalah, Sindy. Semoga temanmu segera sembuh dan kembali ceria. Kalau perlu bantuan, datang saja ke villa itu. Kami ada di sana selama beberapa hari lagi" ucapnya seraya melambai dan buru-buru mengejar kedua temannya yang sudah sedikit jauh.

"Aaahh, kenapa aku tidak tanya apa dia punya Ig, atau nomor phone!" sesal Yuan sambil mengacak-acak rambutnya." Ah, masih ada hari esok untuk mendapatkan bidadari " gumam Yuan penuh semangat.

****

Sesaat sebelum Ayana jatuh pingsan di pantai, Sean membangunkan Yuan dan Zhao Yun yang ada di kamar lainya di Villa itu. Tak disangka kedua sahabat Sean juga belum tidur, masih sibuk video call dengan para fans girl mereka. Sean, Yuan dan Yun adalah aktor film juga musisi.

Mereka adalah musisi juga aktor laga tersukses saat ini. Mereka mampu memerankan dengan baik setiap film yang mereka bintangi. Terutama Sean dan Yuan. Pernah satu kali mereka terlibat dalam satu film laga dan berperan sebagai sahabat sejati.

Dan film itu meraih penghargaan terbaik di seluruh Negara. Dan pamor Sean menanjak tinggi karena film itu. Begitu juga dengan Yuan.

Sayangnya, kisah dalam film itu seakan jadi kenyataan di dunia nyata ini. Fitnah kejam itu benar-benar Sean alami di dunia nyata setelah syuting film itu. Banyak orang iri dengan kesuksesan Sean, mereka menggiring opini agar Sean dan Yuan di benci masyarakat luas melalui video editan mereka. Sean dan Yuan yang pada kenyataan adalah laki-laki normal yang menyukai wanita. Tapi para pembenci itu mengedit video dan foto-foto Sean dan Yuan sebagai pasangan suami istri layaknya pasangan gay. Mengambil setiap potongan film yang mereka bintangi lalu menyatukan dalam satu frame agar terlihat seolah-olah itu beneran terjadi.

Hal itu tak hanya terjadi ada Sean saja, tapi juga pada para idola di setiap negara yang karirnya sukses. Para pembenci berkamuflase sebagai fans berat mereka. Padahal itulah cara pembenci itu menjatuhkan para idola.

Sean sudah menjelaskan kalau dia bukan gay, tapi para pembenci itu semakin gencar menghantam setiap sudut karir Sean dengan video-video editan mereka. Dan akhirnya Sean memilih diam dan berkarir seperti biasanya. Tetap menerima tawaran film dan bernyanyi juga menulis lirik lagu.

Sean menarik kedua sahabatnya untuk mengikutinya ke pantai. " Hei, ada apa..? Kenapa menarik ku keluar kamar ?" ujar Yuan yang bingung dengan perlakuan Sean. Kita ke pantai, menolong orang" jawab Sean sambil menunjuk ke tepi pantai tepat dimana Ayana tergeletak. Yuan melihat ke tepi pantai dengan memicing mata memfokuskan penglihatannya.

"Eh, itu orang?" Yuan bertanya-tanya dalam gumamnya. Yun tidak protes saat Sean mengajaknya ke pantai. Dia nurut saja. Itu lebih baik dari pada diseret seperti Sean menyeret Yuan.

"Itu terlihat seperti tumpukan kain, dimana orangnya?" ujar Yun yang melihat baju Ayana. "Itu wanita berbaju besar dan memakai penutup kepala. Setelah meniup seruling, tiba-tiba dia menjerit terus terduduk. Eh sekarang malah terbaring di sana" ujar Sean menjelaskan.

"Seruling?" tanya Yuan seperti mengingat sesuatu.

"Aku pikir aku mendengar kamu memutar video instrumen untuk mencari inspirasi lagu mu" ujar Yun lagi. Yuan juga mengangguk setuju, karena Yuan juga berpikir begitu.

"Bukan, tapi wanita itu" jawab Sean yakin. "Kenapa ada perempuan tengah malam buta ditepi pantai dengan pakaian terang itu. juga meniup seruling seindah itu" Yuan menyentuh tengkuknya merasa meremang.

"Bagaimana kalau ternyata itu hantu yang ingin menganggu kita?" ujar Yun kemudian. Sean melihat kedua sahabatnya itu dengan tatapan kesal.

"Bagai mana kalau ternyata itu manusia yang butuh pertolongan, dan kita tidak menolong. Terus kalau dia mati, rohnya datang pada kita dan menanyakan kenapa kita tidak menolongnya saat itu, bagaimana?" Cecar Sean sedikit menakut-nakuti sahabatnya itu.

"Mana ada hantu di dunia ini. Yang ada hanya rasa takutmu". Ujar Sean seraya menuruni tangga Villa menuju pantai.

"Lihat, tumpukan kain itu bergerak." Seru Yuan sambil menunjuk ke sana.

"Eh, sepetinya ada dua orang!" ujar Yun pula. Sean berhenti melangkah, untuk turun dan segera naik lagi untuk melihat kebawah. Memastikan apa yang Yuan dan Yun katakan.

Sean dan dua sahabatnya itu melihat Sindy memapah Ayana dan baru beberapa langkah menjauh dari bibir pantai, Sindy dan Ayana kembali jatuh. Sindy menjerit dan mengguncang-guncang tubuh Ayana yang terlihat seperti lemah. Mereka melihat Sindy menepuk-nepuk berusaha membangunkan Ayana, namun Ayana tak merespon. Tangisan Sindy terdengar memilukan. Dia terus memeluk Ayana. Sean dan dua sahabatnya melihat semua itu.

"Manusia, aku yakin itu manusia..! Ayo kita tolong" Seru Yuan, seraya menuruni tangga tanpa menunggu Sean dan Yun. Mereka berjalan setengah berlari. Setiba di sana, mereka segera menghampiri Ayana yang masih pingsan. Sementara Sindy sedang mengambil seruling Ayana yang tertinggal di tempat Ayana jatuh tadi.

Kembali ke Villa Sean.

Sean menerima telepon dari orang tuanya,yang mengabarkan kalau kakak kandung Sean masuk rumah sakit. Dan meminta Sean segera kembali ke Beijing. Mendapat berita itu, Sean dan kedua sahabatnya itu segera berkemas dan bersiap kembali pagi ini juga. Sean mengabari agensinya kalau mereka akan kembali. Dan meminta segera dijemput. Yun juga menghubungi sopir khusus yang ditugaskan untuk antar jemput penyewa Villa itu.

Selagi menuggu sopir datang, Yuan menulis surat untuk Sindy.

Terpopuler

Comments

Sehrazat

Sehrazat

Love Sean 🥰

2023-10-17

0

💞Nur Cluster's🔥

💞Nur Cluster's🔥

kereeenn.... ada artis cina'nya 👍

2023-09-14

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!