Bab 14

Ayana dan Sindy tiba di rumah Tuan Ayyub di Singapura. Setelah shalat Zhuhur dan makan siang, Ayana dan Sindy minta di antar ke salah satu mall yang dekat dengan rumah Tuan Ayyub.  Mereka berniat membeli beberapa keperluan.

Tak butuh waktu lama, Ayana dan Sindy sudah tiba di Mall terbesar di kota itu. Ayana merasakan hal aneh saat memasuki mall itu, perasaan berdebar dan bahagia. Ayana menyentuh dadanya, merasakan debaran jantung dan sensasi bahagia yang entah kenapa.

Ayana melirik Sindy yang terlihat biasa saja saat memasuki Mall itu. "Kita keliling Mall, sudah lama kita nggak cuci mata" ujar Sindy seraya menarik tangan Ayana. Saat Ayana mengikuti langkah Sindy yang menggandeng tangannya, mata Ayana menangkap sesosok tubuh yang tinggi tegap menggunakan pakaian casual, topi hitam serta masker menutupi wajahnya. Berjalan berlawanan arah dengan Ayana dan Sindy, namun berada sedikit jauh dari mereka.

Jantung Ayana kembali berdebar kencang saat pria itu sekilas melihat ke arah mereka. Ayana melihat pria itu turun menggunakan eskalator, dan ia juga menyentuh dadanya seperti Ayana yang juga sedang merasakan debaran jantungnya.

"Ada apa denganku?" bisik batin Ayana seraya terus mengikuti Sindy. Sindy sibuk memilih beberapa baju untuk Ayana juga dia sendiri. Ayana tampak tidak fokus saat Sindy menanyakan pendapat soal baju yang ia pilih.

Sindy maklum soal itu, Sindy pikir Ayana masih dalam masa galau. Jadi Sindy akan terus berusaha membuat Ayana melupakan Riyan bagaimanapun caranya.

"Aya, ayo kita cari beberapa sepatu dan tas. Aku mau beli tas yang sesuai dengan baju-baju ini" ujar Sindy seraya kembali menarik tangan Ayana.

Setelah puas berbelanja, Sindy dan Ayana mendorong troli belanja hingga ke parkiran Mall. Sopir Tuan Ayyub tercenung melihat tiga troli penuh barang belanjaan yang sedang di dorong oleh Security Mall.

"Wah! banyak bener Non, habis borong?" canda sopir Tuan Ayyub seraya memasukkan barang belanjaan Ayana dan Sindy ke dalam mobil.

"Iya ni Pak, kami tadinya mau borong semua. Tapi kami kasihan sama pengunjung lain. Takut nggak kebagian" ujar Ayana seraya menyerahkan paper bag pada sang sopir.

"Ini untuk saya Non?" tanya Bayu, sopir Tuan Ayyub dengan mata berbinar saat melihat isi dalam paper bag pemberian Ayana

"Iya, ini untuk Pak Bayu. Semoga pas dan suka" jawab Ayana.

"Harus suka loh Pak, kami memilihnya dengan hati-hati dan teliti sesuai dengan style Pak Bayu yang keren" ujar Sindy memuji Bayu yang terlihat salah tingkah karena di puji Sindy.

"Terimakasih, Nona. Tapi, jangan panggil Pak, Non.. Panggil Bayu saja. Saya masih belum menikah. Baru rencana, Non" ujar Bayu seraya memasang seatbeltnya.

"Kalau begitu, jangan panggil kami, Non. panggil nama saja. Ayana, Sindy" ujar Ayana yang juga tak suka di panggil Non.

"Tapi Non, ntar Tuan marah. Kan, Nona sama dengan anak Tuan Ayyub, mana berani saja panggil nama" ujar Bayu yang segan memanggil nama Ayana secara langsung.

"Kalau begitu, saat di belakang Paman Ayyub jangan panggil Non. Panggil Nama, Ok. Tidak boleh bantah, lagian kita se usia kayaknya" ujar Sindy yang tidak mau di bantah lagi.

"Ok, deal" ujar Bayu, sepakat seraya melajukan mobil, kembali ke Rumah utama Tuan Ayyub.

****

Ayana dan Sindy untuk sementara mereka tinggal di rumah Tuan Ayyub. Setelah rumah yang akan mereka tempati nanti selesai di renovasi, Ayana dan Sindy akan pindah ke sana.

Tuan Ayyub hanya punya tiga putra dan tidak punya anak cewek. Jadi, saat Tuan Ayyub mengabari Nyonya Vae kalau Ayana dan Sindy akan tinggal di Singapura, Nyonya Vae sangat senang. Bahkan sudah menyiapkan kamar untuk menyambut kedatangan Ayana dan Sindy.

Namun, sebagai karyawan baru.. Ayana dan Sindy merasa tidak enak dengan karyawan lain."Jika boleh, kami ingin tinggal di rumah sewa saja, Paman. Nanti kami akan sering-sering datang ke rumah Paman dan Bibi nanti saat ada waktu senggang diluar jam kantor" ujar Ayana pada Tuan Ayyub saat masih di Indonesia.

"Oh tak masalah, Paman punya rumah lain yang dekat dengan rumah yang kami tempati sekarang, kalian bisa tinggal di sana setelah selesai di perbaiki dan di cat ulang" ujar Tuan Ayyub saat itu.

Tuan Ayyub punya rumah lain selain rumah utama yang mereka tempati itu, tapi lagi di renovasi. Jadi Tuan Ayyub menyarankan Ayana dan Sindy tinggal di sana saja daripada menyewa rumah. Apa lagi rumahnya tidak jauh dari rumah utamanya. Dan Nyonya Vae bisa kapan saja menjenguk anak-anak gadis itu.

Setelah makan malam, Ayana dan Sindy izin ke kamar untuk istirahat.

Hari ini sangat melelahkan untuk Ayana dan Sindy, setiba di Singapura, Ayana dan Sindy langsung pergi ke Mall untuk berbelanja keperluan mereka. Entah mengapa, saat Ayana tiba di Singapura. Hatinya berdebar-debar terutama saat memasuki Mall terbesar di Singapura.

"Sindy" panggil Ayana pada Sindy yang sedang menyisir rambut.

"Ya, Ay" jawab Sindy sambil terus menyisir rambutnya yang panjang bergelombang.

"Tadi, saat di Mall tiba-tiba jantung aku berdebar kencang, lah. Hati terasa bahagiaa! banget. Aneh kan? Tapi, saat kita keluar dari Mall itu. Aku seperti sedih, kok bisa gitu ya? kamu ngerasa nggak Sin?" ujar Ayana panjang lebar.

"Bisa gitu ya?, tapi aku nggak merasakan apa-apa selain happy habis belanja" ujar Sindy, Sindy merasa aneh dengan apa yang Ayana rasakan.

"Eh, iya Ay, kamu perhatiin nggak, foto yang terpajang di dinding tangga?, itu anak Bibi Vae. Ganteng banget kan, anak bungsunya mirip Yuan dan yang pertama dan kedua ada iras-iras antara Jin dan Sean" tanya Sindy seraya memuji.

"Iya, tampan banget" Ayana ikut memuji. Pipi Ayana merona saat teringat kejadian di pantai itu. Ayana baru tau kalau Sean lah yang menggendongnya. Dan saat Ayana menghubungi Yuan, dan mencari tau siapa Sean.Hati Ayana semakin berdebar-debar.

Ayana berencana saat nanti ada kesempatan pulang ke Indonesia dan berlibur, Ayana ingin kembali ke pantai itu. Mana tau Sean akan datang lagi. Tanpa sepengetahuan Ayana, sesungguhnya Sean juga mencarinya namun tak pernah mengatakan pada Yun ataupun pada Yuan.

Yuan sering menghubungi Sindy sejak mereka bertemu di pulau itu. Yuan hampir tiap hari menghubungi Sindy sekedar menanyakan kabar atau menanyakan beberapa hal menyangkut Ayana, atas permintaan Yun. Yun sudah tau kalau Ayana baru saja di tinggal nikah oleh pacarnya, jadi Yun tidak mau mengganggu Ayana dengan perasaannya yang belum begitu di kenal baik oleh Ayana.

"Aya, Yuan mau ke Singapura menjumpai kita" ujar Sindy seraya berguling-guling senang, karena membayangkan akan kembali bertemu dengan Yuan.

"Eh, iya kah?, kapan?" tanya Ayana menanggapi berita yang baru ia dengar dari Sindy.

"Entahlah, yang jelas, Yuan bilang dia akan ke Singapura karena rindu pada kita" ujar Sindy lagi, Ayana melihat rona merah di pipi Sindy saat Sindy membicarakan Yuan.

"Aaaa! Sindy, Yuan bukan rindu pada kita. Tapi rindu pada Sindy tersayang" ujar Ayana seraya merebahkan diri di samping Sindy yang sudah duduk. Siap menimpuk Ayana dengan bantal.

"Beneran! Yuan bilang, Yuan rindu pada kita!" ujar Sindy lalu menutup wajahnya dengan bantal, agar Ayana tidak melihat pipinya yang semakin merona karena ledekan Ayana.

"Ah masa sih!" goda Ayana lagi, seraya tertawa ngakak. Perang bantal kembali terjadi dalam kamar itu hingga mereka kelelahan dan merebahkan diri di tempat tidur.

Sindy meraih hpnya dan menampakkan isi DM Yuan pada Ayana. Ayana membaca setiap pesan itu, seraya mengulum senyum menahan tawanya karena Ayana merasa kalau sebenarnya Yuan sedang berusaha mengungkapkan perasaannya pada Sindy.

"Tapi, kata-katanya ambigu banget ya Sin" ujar Ayana setelah membaca isi pesan Yuan untuk Sindy.

"Ambigu gimana?" ujar Sindy yang kembali duduk, menanggapi ucapan Ayana.

"Masa dia tulis ( Aku akan ke singapura karena merindukan seorang gadis yang kini disana ), terus ia tulis (Aku sangat merindukan Sindy)

Terus baru setelahnya dia tulis lagi ( Rindu Sindy dan Ayana )

Kalau dia rindu pada kita, pasti dia tulis aku rindu pada kalian, kan? kenapa di jeda gitu?" ujar Ayana membahas pesan Yuan yang Ayana anggap itu ambigu.

Sindy kembali menutup wajahnya dengan bantal. Ayana menarik bantal yang menutupi wajah sahabatnya itu.

"Aaa.. sahabatku sayang, kalian nampaknya sedang berbunga-bunga hahaha" ujar Ayana,tertawa seraya mencubit pipi Sindy karena gemes. Semakin Sindy salah tingkah, semakin Ayana goda dengan cehloteh yang mengarah pada kerinduan dan perasaan Sindy pada Yuan.

"Sindyku sudah kembali membuka hatinya untuk laki-laki, semoga kali ini Sindy bisa bahagia dengan orang yang tepat dan menjadi suaminya, Aamiin.. " ucap batin Ayana yang bahagia melihat sahabatnya sudah membuka diri untuk pasangan hidup.

Terpopuler

Comments

𝐀⃝🥀୧⍣⃝sᷤʙᷛDɥå jȋΨåᴳ᯳ཽᷢB⃟Lꪶꫝ

𝐀⃝🥀୧⍣⃝sᷤʙᷛDɥå jȋΨåᴳ᯳ཽᷢB⃟Lꪶꫝ

indah btul orng yg kasmaran

2023-11-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!