Bab 3 Terbongkar.

Ayana, Ulfa dan Keyla menumpang mobil Reyhan. Karena rumah mereka searah dan berdekatan. Mobil yang ditumpangi Ayana, keluar lebih dulu dari parkiran menuju jalan arah pulang. Aldi memilih menginap di penginapan bersama Vico dan yang lain.

Sementara Neyna, Yezline, dan Sindy naik mobil Riyan. Awalnya Riyan dan Sindy sudah akan keluar dari parki karena Riyan akan berangkat keluar kota lagi besok pagi. Dan ingin segera istirahat.Tapi tiba-tiba Yezline meminta menumpang mobil Riyan.

"Aku mau naik mobil kak Riyan" ucap Yezline sambil terus berjalan dan mengetuk kaca mobil Riyan.

"Kak, boleh kami numpang mobil kakak?" Tanya Yezline basa basi.

Belum juga di persilahkan, Yezline sudah membuka pintu dan duduk dalam mobil. Riyan hanya tersenyum melihat tingkah Yezline.

"Masuklah Ney" ajak Sindy pada Neyna.

"Huufft!" Neyna menghela nafas berat, menahan jengkel dalam hati.

"Maaf Riyan, jadi merepotkan kamu" ucap Neyna lagi.

"Iya, tidak masalah. Siapa dulu yang aku antar nii?" tanya Riyan.

"Antar kak Sindy dulu saja, baru setelah tu antar kami" Jawab Yezline.

"Tapi rumah kami berdekatan, dek! dan Riyan sudah cukup lelah hari ini. Dia harus segera pulang untuk istirahat, karena besok dia harus berangkat keluar kota. Bagaimana kalau kalian nginap di rumah ku malam ini, besok aku antar" Sindy menyarankan.

Yezline tak menyahut lagi, dia terlihat kesal pada Sindy.

"Terserah kak Riyan mau antar siapa dulu" ujar Yezline kemudian.

Riyan terpaksa mengantar Sindy lebih dulu, nurut kata Yezline. Setelah mengantar Sindy sampai di depan rumah, Riyan terus melaju mobil untuk mengantar Neyna dan Yezline. Neyna terheran-heran melihat sikap manja Yezline pada Riyan. Tapi Neyna tak mau ambil pusing, sebab sudah sering dibuat pusing sama sikap Yezline padanya.

Setiba di rumah Neyna, Neyna segera turun setelah mengucapkan terimakasih pada Riyan. Sementara Yezline masih sibuk mencari sesuatu, yang katanya jatuh dalam mobil Riyan.

"Apa sih yang jatuh?" tanya Neyna penasaran.

"Bukan apa-apa, hanya benda kecil yang sering aku bawa" jawab Yezline sambil tersenyum.

"Apa sih, biar aku bantu cari" Neyna mulai nggak sabar.

"Nggak apa-apa, aku cari sendiri aja. Kak Ney masuk aja duluan" tolak Yezline lagi.

"Ya sudah, aku masuk duluan" kata Neyna, seraya meninggalkan mereka berdua

"Huh, akhirnya" gumam Yezline, lalu buru-buru masuk lagi ke dalam mobil dan segera menutup pintu.

"Yezline, jangan begini" ujar Riyan, menolak dipeluk sama Yezline.

"Kenapa kak, kakak sudah nggak sayang Yezline?" tanya Yezline.

"Ini salah Yez, aku sebentar lagi akan menikah dengan Ayana" ujar Riyan.

"Bagaimana dengan aku, kak? Aku nggak bisa melepaskan kak Riyan, Bagaimana dengan anak ini?" Yezline tak melanjutkan kalimatnya. Matanya mulai menganak sungai. Sunyi nggak ada yang bicara.

"Aku sudah bilang, aku hanya mencintai Ayana dan saat itu aku juga sudah minta maaf. Waktu itu aku sedang mabuk dan aku khilaf" ujar Riyan.

"Kak Riyan slalu saja bilang khilaf, tapi aku akan merasa kekhilafan kak Riyan itu sebagai bencana seumur hidupku" ujar Yezline mulai menguras air mata.

"Aku saat itu terpengaruh alkohol Yez, tak bermaksud menyentuhmu" ujar Riyan lagi, mencoba membujuk Yezline agar tenang.

"Apa kak Riyan lupa! kita melakukannya hampir di setiap bertemu! Dan sekarang aku hamil ,anakmu" ucap Yezline sambil terisak.

"Dan lagi, mana ada khilaf berulang kali, sampai aku hamil" ujar Yezline lagi, seraya keluar dari mobil sambil menangis.

Riyan mengejar dan menarik Yezline kedalam pelukannya. Mereka berpelukan seperti kekasih yang saling mencintai, sedang melepas rindu.

"Maaf Yezline, maaf. Beri aku waktu untuk menjelaskan pada Ayana" Pujuk Riyan pada Yezline.

Neyna yang tadinya sudah masuk kedalam rumah, balik lagi. Karena paper bag yang berisi perlengkapan mandinya, tertinggal jok belakang mobil.

Mata Neyna membelalak, terkejut. Seakan tak percaya dengan apa yang dia lihat.

"Riyan dan Yezline! apa yang sedang mereka lakukan?!" batin Neyna, seraya menutup mulut dan berbalik, terus kembali masuk kedalam rumah.

"Sejak kapan? Ya Tuhan! Sejak kapan mereka bersama?, Riyan benar-benar tega pada Ayana. Dan, bukankah dua bulan lagi, Ayana dan Riyan akan menikah? Oh Tuhan!" Neyna menaiki tangga sambil bergumam-gumam kecil.

Neyna segera masuk kedalam kamarnya, lalu mengunci pintu.

Cepat-cepat dia menghubungi Sindy dan menceritakan apa yang dia lihat barusan.

"Aku juga terkejut saat Aldi bilang kalau Riyan selingkuh, sebenarnya tadi aku mau menanyakan langsung pada Riyan,tapi siapa sangka kalau kalian ikut pulang dengan kami" Ujar Sindy saat merespon apa yang Neyna ceritakan. Neyna sedih, karena adik sepupunya yang jadi perusak hubungan sahabat karibnya.

"Kita harus kasi tau Ayana, percaya atau tidak.. kita tetap harus menceritakan semua pada Ayana. Apapun keputusan Ayana, kita tetap dukung" ujar Sindy kemudian.

"Aku hubungi Ayana sekarang, kita ajak Ayana bertemu di restauran besok" ujar Sindy sebelum menyudahi panggilan teleponnya.

Sindy segera menghubungi Ayana setelah menerima telepon dari Neyna, dan meminta bertemu di restoran besok saat jam pulang kantor.

"Ada yang mau kami sampaikan pada kamu, Ay. Hal yang sangat penting, jadi jangan tidak datang" ujar Sindy sebelum mengakhiri panggilan teleponnya.

"Ada apa ya, sepertinya serius sekali" gumam Ayana setelah naik ketempat tidur. Telepon dari Sindy seperti ada sesuatu yang serius, yang akan dia dengar besok dari dua sahabatnya itu.

Ayana kembali teringat, saat tanpa sengaja melihat liontin kalung Yezline juga huruf RY. Sedang jam tangan yang Riyan sering pakai sejak selesai kuliah juga ada huruf RY.

Apa lagi tadi Riyan juga tidak jadi mengumumkan soal rencana pernikahan mereka. Riyan juga seakan menjauh darinya, sejak Yezline dan Neyna datang. Dan kenapa saat Vico bilang kalau Yezline seperti orang hamil, Riyan sampai tersedak. Anehnya lagi, Sindy yang ke penginapan tanpa mengajaknya. Kenapa Sindy seperti sedang menahan amarah saat melihat ke arah Riyan dan Yezline setelah berbicara dengan Aldi.

"Pasti ada hal yang membuat Sindy begitu marah, tapi.. pada siapa? Pada Riyan atau pada Yezline ?" Ayana bertanya-tanya sambil mengingat setiap kejadian di pantai tadi.

"Semoga tidak ada hal buruk yang terjadi, Aamiin" ujar Ayana sebelum menarik selimut hingga menutup dada. Setelah mengucapkan doa, ia segera tidur.

Baru sebentar memejamkan mata untuk tidur, Ayana kembali membuka matanya.

"Alamak! aku belum cuci muka lagi, ini semua gara-gara Sindy. Aku jadi kepikiran dan hampir lupa cuci muka. Hadeh!" gerutunya dan segera bangkit menuju kamar mandi.

"Kalau sampai wajahku berjerawat, aku akan menguras uangmu untuk membawaku ke salon kecantikan, sebagai kompensasi atas wajahku yang berjerawat gara-gara menerima telepon mu, Sindy!" Racau Ayana saat sedang mencuci wajahnya.

Setelah selesai mencuci wajah dan berganti pakaian, Ayana merebahkan diri di tempat tidurnya. Pikirannya menerawang jauh. Walau sudah ia coba menepis semua kecurigaannya terhadap Riyan, tetap saja ada rasa yang mengganjal dibenaknya. Riyan benar-benar banyak berubah akhir-akhir ini.

Saat Ayana masuk rumah sakit, Riyan tidak datang menjenguk. Padahal kawan-kawan yang lain datang menjenguk, katanya lagi sibuk banget di kantor. Rasa hati berdenyut nyeri saat Ayana mengingat semua itu. Apa lagi saat Ayana mengenang saat Yezline sakit. Berbeda banget perlakuannya terhadap Yezline.

Bagaimana tidak, saat itu Ayana mengajak Riyan ke Mall. Sindy dan Neyna juga ikut. Mereka rencananya mau berbelanja keperluan bulanan dan sebagainya. Namun saat sedang asik berbelanja, handphone Riyan berbunyi. Dan Riyan menjauh untuk menjawab panggilan itu.

Sesaat setelah itu, Riyan kembali lagi. Dia terlihat gelisah. Sindy memperhatikan gelagat Riyan yang mulai terlihat tidak nyaman. Sebagai sahabat, Sindy ingin tau.

"Siapa yang menelpon?" Tanya Sindy penasaran.

"Bukan siapa-siapa jawabnya, gak penting" jawabnya. Karena Riyan menjawab begitu, jadi Ayana dan yang lainya melanjutkan kembali pilih baju yang mau di beli.

Handphonenya kembali berdering, dan lagi-lagi Riyan menjauh saat akan menjawab panggilan itu. Kali ini Riyan terlihat emosi saat berjalan ke arah mereka.

"Apa handphone kalian di silent?" tanya Riyan dengan emosi. Sindy, Ayana dan Neyna menunjukkan handphone mereka yang tidak di silent.

"Handphone kami tidak pernah di silent kecuali dalam Masjid" jawab Neyna kesal.

"Kenapa sih, nanyanya marah-marah gitu. Bisa enggak sih, bicara dengan nada rendah,?, jangan pake emosi?" Tambah Sindy yang juga kesal.

"Ada apa? kenapa tiba-tiba nanya dengan emosi gitu?" Tanya Ayana yang bingung dengan sikap Riyan barusan.

"Periksa pesan masuk atau panggilan" ujar Riyan yang mulai enggak sabaran. Sindy dan Neyna menurut saja, tidak ada pesan atau panggilan masuk yang baru.

Ayana masih terus memandangi wajah Riyan, bingung dengan Riyan yang bersikap aneh.

Melihat itu, Riyan lantas menarik kasar handphone Ayana dan memeriksa pasan juga panggilan masuk. Memang tidak ada pesan apalagi panggilan masuk dari Yezline.

"Yezline sakit, dan tidak selera makan. Yezline minta dibelikan bubur sumsum yang dijual di Mall ini" ujar Riyan kemudian.

"Adik sialan itu, kenapa tidak minta dibelikan sama aku. Kenapa minta sama calon suami orang" ujar Neyna yang geram sama sikap adik sepupunya itu.

"Dia sudah hubungi kamu, tapi nggak nyambung katanya" Riyan membela Yezline. "Ya sudah, nanti aku belikan" ujar Neyna sambil terus memilih baju yang cocok untuknya.

Kemudian Neyna menghubungi Tantenya, Mama Yezline. Setelah panggilan berakhir, Sindy menanyakan kabar Yezline. Neyna memberitahukan kalau Yezline hanya sakit biasa. Neyna kembali memilih baju.

"Kamu ya, adik sedang sakit! Kamu malah asik belanja. Ayo aku antar ke rumahnya sekarang" Riyan terlihat marah pada Neyna. "Yezline hanya demam biasa, hanya nggak selera makan. Bukan sakit seperti Ayana seminggu lalu, kenapa kamu sewot sama aku?" Neyna semakin geram dengan Riyan.

"Aku pulang aja deh, sebel aku sama Riyan" ujar Neyna yang segera ngeloyor pergi. Ayana mengambil baju-baju yang sudah mereka pilih, hendak membawa ke kasir.

"Nggak usah ke kasir lagi, taruh disitu. Ayo kita ke rumah Yezline" ajak Riyan seraya menarik tangan Ayana.

"Riyan!, kenapa sih!?, Kalau kamu khawatir sekali pada Yezline, sana terbang ke rumah pujaan mu itu!" ketus Sindy sambil memungut baju-baju yang jatuh dari tangan Ayana akibat tarikan Riyan.

Riyan terdiam saat mendengar kata-kata Sindy.

"Pujaan apanya, dia kan adiknya Neyna. Wajar kan kalau kalian harus perhatian padanya" ujar Riyan,membela diri.

"Ayana juga punya adik sepupu, tapi kenapa kamu nggak se perhatian itu. Ah iya, Saat Neyna sakit saja kamu nggak sudi menjenguk. Tapi kenapa adiknya sakit, kamu jadi seperhatian ini" ujar Sindy, sambil berjalan menuju kasir.

"Kami nggak suruh kamu yang bayar, jadi diam lah" ujar Sindy, saat Riyan mau bicara lagi.

Ayana menahan sakit dipergelangan tangannya, akibat tarikan Riyan tadi. Riyan tidak memperdulikannya, dia terus pergi membeli bubur pesanan Yezline. Kemudian menghubungi Neyna, menawarkan diri mengantar Neyna ke rumah Yezline. Sayangnya, Neyna sudah naik Taxi, dan juga sudah membeli bubur kesukaan Yezline.

Neyna juga sudah mengabari Sindy kalau dia sudah sampai di rumah Yezline dan sudah memberikan bubur pesanannya. Namun Riyan tetap maksa Sindy dan Ayana ikut pergi bersamanya ke rumah Yezline.

"Ada apa dengan Riyan" lirih batin Ayana, lalu kembali memejamkan mata, untuk tidur.

Terpopuler

Comments

🍾⃝ɪͩɴᷞᴅͧɪᷠʀᷧᴀ

🍾⃝ɪͩɴᷞᴅͧɪᷠʀᷧᴀ

sampah ama zempat sampah emang kombinasi yang klik

2023-11-26

0

⛱ᴳᵂ➳ᴹᴿˢ᭄°RÓYALS༻ ཽB⃟L 👻ᴸᴷ

⛱ᴳᵂ➳ᴹᴿˢ᭄°RÓYALS༻ ཽB⃟L 👻ᴸᴷ

/Shame//Shame//Shame/terlalu..

2023-11-02

0

Rawai hiatus ✅

Rawai hiatus ✅

Udah selesai, laki-laki selalu alasannya khilaf padahal nafsong
🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️

2023-10-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!