Tangis bayi

Akhirnya kami sampai di rumah yang akan kami tempati. Dio turun duluan karena dia harus membuka gerbang,halaman depan sudah lumayan rapi. tinggal halaman belakang yang harus di bersihkan. Anita masuk ke dalam rumah dan mulai mengambil sapu.

"mulai dari dapur dulu deh,nanti buangnya ke arah halaman belakang."

Saat sedang menyapu,lagi-lagi hal aneh terjadi. Sosok anak kecil itu terlihat lagi,kali ini wujudnya benar-benar jelas. wajahnya putih pucat dia hanya tersenyum ke arah Anita. Anita hanya terdiam seperti terkunci mulutnya tak bisa berkata apa-apa.

"kak?"

Dio menepuk pundak Anita. Anita yang diam mematung seperti tersadar akan kehadiran adiknya.

"kamu ngagetin aja."

"kakak kenapa?"

"gak,aku gak kenapa-kenapa. sudah ayo kita bersihkan lagi rumahnya,biar cepat ditempati."

"kak,kakak tadi dengar suara tangisan gak kak?"

"tangisan apa?"

"tangisan anak bayi kak."

"kamu jangan bikin aku takut deh."

"ih aku gak bohong kak."

"udah ah,mungkin hanya perasaan kamu aja. Buruan ayo kita bersihkan lagi."

"ah males cerita sama kakak,kakak gak percaya."

"udah lah Dio,nanti aja kita bahas lagi. Kapan selesainya kalau kita ngobrol."

"ya ya ya,oke kak."

Mereka pun akhirnya melanjutkan lagi pekerjaannya,mama lagi membereskan perabotan yang kita bawa dari rumah. sedikit-sedikit kita cicil membawa barang yang bisa keangkut. Ayah sedang membersihkan halaman belakang,di sana terdapat pohon mangga yang sangat besar. Aku menghampiri ayah.

"wah yah,kalau kita tanam bunga pasti jadi bagus yah."

"iya,tapi ayah mau ternak ayam."

"iya bisa kan yah sembari ditanami bunga atau buah-buahan."

"bisa,tapi nanti kalau di patokin ayam gimana?"

"hmmm iya juga ya. yah,tadi si Dio bilang ada suara bayi nangis yah."

"ayah gak dengar apa-apa."

"akupun begitu yah,aku udah bilang. mungkin cuma perasaan dia aja."

"iya,karena awalnya udah takut. jadi kebawa-bawa rasa takutnya,akhirnya muncul halusinasi."

"tapi yah,aku selalu melihat anak kecil."

"gak apa-apa."

Anita terdiam,dia tidak berbicara lagi kalau ayahnya hanya menjawab gak apa-apa. Anita berlalu masuk kedalam rumah menemani adiknya yang paling kecil,masih sekitar umur 2 tahun.

"Nisa kamu lagi apa?"

"aku lagi main sama kakak."

Deg,seketika itu juga jantungku berdegup kencang. Bulu kudukku kembali berdiri,dalam hati berucap "apa lagi ini?" aku memberanikan diri bertanya.

"sama kakak siapa?"

"itu."

Nisa menunjuk kearah sampingnya sambil menjalankan telunjuknya seperti ada yang berjalan,bulu kudukku semakin berdiri. aku memutuskan menggendong adikku dan membawa ke mamaku yang sedang sibuk membersihkan kamar. Tanpa sadar aku menabrak meja di dalam kamar.

"kamu kenapa sih?kalau adik kamu jatuh gimana?"

"ma." nafasku tersengal-sengal.

"kenapa?"

"ini Nisa."

"iya Nisa kenapa?"

"Nisa tadi main sama."

"sama siapa?"

masih dengan nafas tersengal-sengal,Anita berusaha menceritakan yang baru saja terjadi.

"Nisa main sama kakak ma."

"ngomong gitu aja susah banget,ya emang main sama kakak. kamu kan kakaknya."

"aduh ma,bukan itu. Jadi tadi pas aku hampiri Nisa,dia lagi bicara sendiri. aku tanya lagi ngapain?nah dia bilang lagi main,main sama kakak."

"serius kamu?"

"iya ma."

mama melihat kearah Nisa,Nisa masih baik-baik saja. Tapi Anita berubah pucat,takut adiknya kenapa-kenapa.

"udah kamu tenang dulu Anita."

"i iya ma."

"semoga tidak berlanjut mengganggunya,mangkanya hari ini diusahakan harus selesai."

"ma."

"iya."

"ini rumah kenapa gak ditempatin lama ma?"

"karena om Bram selalu tugas keluar kota dan dia selalu membawa semua keluarganya,sekarang dia menetap di Kalimantan."

"o gitu,berarti kita disuruh tempatin rumah ini ma?"

"iya,dia bilang dari pada terbengkalai. mendingan di tempatin aja,toh lumayan kita gak perlu kontrak lagi. sembari ayah kamu Kuumpulin uang buat beli rumah."

"oh gitu,oh iya ma. itu aku berarti manggilnya Mbah ya?"

"iya."

"itu Mbah pernah ada anaknya yang meninggal gak ma?"

"iya ada,laki-laki sekitar umur 5 tahun."

"kenapa emangnya?"

"gak apa-apa ma."

"jagain adik kamu ya,Dio dimana?"

"tadi sih ke ayah ma di halaman belakang."

"ayah kamu belum selesai?"

"belum ma."

"ya sudah,kamu jaga adik kamu aja. mama takut ada hal-hal aneh lagi."

"iya ma."

Akhirnya Anita hanya menjaga adiknya agar dia tidak diganggu lagi,tapi tiba-tiba.

"mamaaaaaa."

"kenapa?"

"aku dengar suara tangis bayi ma."

"mama gak dengar."

"ma,aku takut ma."

"gak apa-apa,sabar ya sebentar lagi rumahnya rapi. tinggal kita cat temboknya dengan warna terang,jadi gak terlihat seram lagi."

"iya ma."

Anita berusaha tenang agar adiknya gak nangis,dia mengajak main adiknya agar ketakutannya hilang. entah akan hilang atau tidak gangguan-gangguan di rumah ini,kalau boleh pilih. aku mendingan tinggal dirumah nenek dari pada harus tinggal di rumah yang berhantu. Anita hanya bisa pasrah menerima untuk tetap tinggal di rumah kosong yang berhantu. Tak lama kemudian,Dio datang menghampiri Anita dan adiknya Nisa.

"Kak."

"iya,kenapa?"

"kakak ngerasa aneh gak sih sama rumah ini?kira-kira ini rumah sudah kosong berapa lama ya?"

"ya gak tau,yang jelas bertahun-tahun,atau berpuluh-puluh tahun."

"seram banget ya kak, Kok mama sama ayah gak takut ya kak?"

"ya lumayan katanya jadi gak ngontrak lagi."

"itu kata siapa kak?"

"kata mama."

Dio hanya bisa menghela nafas panjang,pikirannya menerawang jauh. pandangannya melihat ke sekeliling rumah,entah apa yang didalam benaknya. Sebagai anak dia hanya bisa mengikuti orang tuanya. Tiba-tiba terdengar suara dari halaman belakang. Bruk..

"kak apaan itu kak?"

"mana aku tau,ayo kita lihat."

Anita menggendong adiknya menuju halaman belakang,diikuti Dio dan mamanya. Dilihatnya ayah terjatuh dari tangga bambu.

"ayaaaaah!!"

teriak kami berbarengan,lalu Dio mengangkat tangganya dan memapah ayah masuk kedalam. entah apa yang terjadi tiba-tiba ayah tersungkur di tanah. kami pun menanyakan kejadian apa yang dialami sampai ayah terjatuh.

"Ayah kenapa?"

"itu tadi pas ayah naik keatas mau membersihkan genteng,tiba-tiba ada anak kecil lari-larian. terus ayah bilang,jangan lari-lari. akhirnya anak itu nabrak tangga ayah,ayah langsung jatuh jadinya."

"anak kecil?"

"iya."

"gak ada anak kecil selain Nisa yah."

"laki-laki anaknya."

Deg sekali lagi jantungku berdebar cepat,entah ini keberapa kalinya anak kecil itu mengganggu keluargaku. Tapi di saat aku cerita,jawaban yang ku dapat hanya kata "gak apa-apa,itu hanya halusinasi karena rasa takut". Akhirnya kami memutuskan untuk pulang,karena ayah kakinya terkilir. rumah itu dibersihkan oleh warga sekitar yang membantu kami. kami bersyukur warga disini sangat ramah dan bergotong royong membantu tanpa pamrih. kami hanya memberi makan dan minum untuk warga yang sudah membantu. rencana besok kami sudah menempati rumah saudaraku. semoga tidak ada lagi hal-hal aneh yang terjadi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!