Bab 13.

"Siang Tuan," sapa para pegawai kantor menyambut kedatangan Mike yang hari ini nampak begitu bersemangat dan tak henti mengumbar senyum. Pemandangan seperti ini sangat langka di mata para pekerja yang biasanya selalu ketakutan saat Mike memasuki gedung itu.

Ya, Mike yang terkenal sangat dingin seketika menjelma menjadi pria ramah senyum. Tentu saja hal ini menjadi tanda tanya besar di benak para karyawan.

Setelah Mike menghilang memasuki lift, suasana lobby tiba-tiba menjadi gaduh. Para karyawan silih berganti menanyakan perubahan sikap Mike yang tidak tau penyebabnya.

Namun tidak lama kemudian lobby kembali senyap saat Martin datang bersama Robert. Para karyawan menyambut kedatangan keduanya sembari membungkuk menunjukkan rasa hormat.

Martin menyapa para karyawan dengan ramah lalu melanjutkan langkahnya menuju lift. Robert pun mengikutinya dari belakang.

Baru saja Mike duduk di bangku kebesarannya, Martin tiba-tiba menyusul masuk dan duduk di seberang meja. Tidak dengan Robert yang memilih menunggu di luar karena tau pembicaraan Martin bersifat pribadi. Robert tidak punya hak untuk mengetahuinya.

"Tumben, angin apa yang membuat Ayah tiba-tiba datang ke sini? Ada apa, Yah?" tanya Mike penasaran dengan kening mengernyit.

"Kenapa? Apa Ayah tidak boleh mendatangi kantormu?" jawab Martin dengan pertanyaan pula.

"Tidak Ayah, bukan begitu maksudnya." sanggah Mike meluruskan, dia tidak bermaksud berkata seperti itu.

"Ya ya, Ayah mengerti maksudmu. Sudahlah, tidak usah dipikirkan!" Martin memperbaiki posisi duduknya dan menatap Mike dengan intens.

Martin kemudian menjelaskan maksud kedatangannya ke kantor itu. Dia mengatakan tidak akan menentang hubungan Mike dan Moana, Martin merestui hubungan kedua anaknya karena tidak ada yang salah dengan itu.

Akan tetapi, Martin ingin Mike berobat terlebih dahulu. Dia sudah mengatur segalanya dan meminta Mike melakukan pengobatan di luar negeri.

Martin sudah berkonsultasi dengan salah seorang dokter yang dia kenal. Dia berharap Mike mau menjalani pengobatan, Martin akan mengatur pernikahan besar untuk kedua anaknya itu nanti.

Mike seketika mengukir senyum. "Ayah yakin?"

"Hmm..." angguk Martin mengiyakan.

Mike yang merasa sangat senang, kemudian bangkit dari duduknya. Dia menghampiri Martin dan berlutut di kakinya. "Mike tidak tau bagaimana harus berterima kasih pada Ayah, yang Mike tau Ayah sangat luar biasa. Terima kasih karena sudah menjadikan Mike anak Ayah, terima kasih juga karena sudah merestui hubungan Mike dan Moana. Mike janji akan membahagiakan Moana, Mike akan menjaganya setulus hati."

"Lebay sekali kamu. Sudah, tidak usah berlebihan!" decak Martin terkekeh sambil mengacak rambut Mike.

"Ayah tidak punya banyak waktu, masih ada pekerjaan yang harus Ayah selesaikan. Ingat, lusa kamu harus terbang ke USA. Ayah sudah mengatur semuanya untukmu." imbuh Martin.

"Hmm... Mike mengerti," Mike menganggukkan kepala. "Tapi Mike izin ya membawa Moa ke villa, Mike ingin menghabiskan waktu yang tersisa bersama Moana."

"Ya, tapi jangan macam-macam." ucap Martin yang dijawab anggukan kepala oleh Mike.

Setelah menyampaikan semuanya, Martin meninggalkan kantor dan melanjutkan perjalanan menuju perusahaan miliknya.

Martin senang melihat putranya tersenyum seperti tadi. Di matanya Mike tidak hanya anak angkat tapi sudah seperti anak kandungnya sendiri. Martin tidak ingin menghalangi kebahagiaan Mike maupun Moana.

"Meeting hari ini aku serahkan padamu, aku ada urusan penting." ucap Mike pada Trisa melalui sambungan telepon.

"Baik, Tuan." jawab sekretaris itu.

Mike kemudian menghubungi Moana untuk memastikan keberadaannya. Moana mengatakan bahwa dia masih ada di rumah dan baru saja hendak pergi mengunjungi villa.

Mike langsung mencegah Moana ke villa seorang diri. Dia sendiri yang akan menjemput Moana ke rumah dan membawanya bersama.

Lalu Mike menghubungi seseorang dan menyuruhnya menyiapkan sesuatu. Mike ingin menjadikan hari ini hari yang paling bersejarah dalam hidupnya.

Mike tak hentinya tersenyum, tidak terbilang betapa bahagianya dia saat ini. Akhirnya segala gundah itu hilang, Mike merasa sangat beruntung menjadi bagian dari keluarga Jayanegara.

Mike kemudian meninggalkan kantor terburu-buru. Dia sudah tidak sabar ingin bertemu sang pujaan hati dan mengatakan betapa dia sangat bahagia hari ini.

Mike memacu laju kendaraan dengan kecepatan tinggi. Saat berhenti di lampu merah, dia melihat seorang anak yang tengah menjual bunga.

Mike membuka kaca mobil dan memanggil bocah itu. Mike membeli seikat mawar putih dan menyodori beberapa lembar uang pecahan seratus ribu.

"Banyak sekali, Kak." ucap anak itu terkejut.

"Simpan saja, ini rejekimu!" kata Mike dengan senyum.

Saat lampu berubah hijau, Mike kembali memacu laju kendaraannya menuju rumah. Dia sudah tidak sabar ingin secepatnya memeluk bidadari yang selama ini dia impikan.

Tepat pukul tiga sore mobil Mike sudah terparkir di halaman rumah Martin. Mike berhamburan turun sembari menggenggam seikat mawar yang dia beli tadi.

Sesampainya di dalam rumah, Mike menaiki anak tangga terburu-buru dan langsung menghampiri pintu kamar Moana.

Ceklek...

Pintu terbuka sedikit, Mike menyodorkan kepala dan mendapati Moana yang tengah duduk di sofa memainkan ponsel yang tengah menyala.

Mike melangkah masuk dan berlari mendekati Moana. Mike mengangkat tubuh sang adik dan berputar-putar menggendongnya.

"Aaah..." Moana sontak menjerit. Tidak hanya terkejut, jantungnya bergemuruh kencang saat melayang-layang seperti burung yang beterbangan di udara.

"Mike, cukup! Aku pusing," sorak Moana memeluk tengkuk Mike erat, dia takut terjatuh.

Mike menghempaskan tubuh mereka berdua di kasur, Mike berada tepat di atas tubuh Moana lalu memberikan bunga tadi kepada pencuri hatinya itu.

"I love you..." ucap Mike dengan senyum penuh kebahagiaan, deru nafasnya memburu menatap wajah Moana yang begitu cantik di matanya.

Moana mengulum senyum, matanya membulat mengambil bunga itu dari tangan Mike. "Apa ini?"

"Bukan apa-apa, hanya sebuah bunga." jawab Mike enteng.

"Anak kecil juga tau kalau ini adalah bunga." Moana tersenyum kikuk dan menghirup aroma bunga itu dalam-dalam.

"Aku tidak tau cara merayu wanita. Tadi saat di lampu merah, aku melihat anak kecil berjualan dan aku pun membelinya." terang Mike menggaruk kepala yang tidak gatal, terlalu polos dan apa adanya.

"Hehe... Tidak tau tapi berhasil membuatku terkejut, apa begini sikapmu yang asli?" Moana menyipitkan mata menatap wajah Mike.

"Entahlah, aku juga tidak tau." Mike mengangkat bahu.

"Hihihi..." Moana mengacak rambut Mike gemas.

Mike pun mendekatkan wajahnya, dia merapikan rambut Moana dan menyelipkannya ke belakang telinga lalu mengesap bibir Moana lembut. Mike semakin senang saat Moana balas melu*mat bibirnya dan masuk semakin dalam.

"Aku mencintaimu, maukah kau menikah denganku?" ucap Mike sesaat setelah melepaskan bibir Moana.

Moana sedikit bingung melihat sikap Mike yang tiba-tiba berubah drastis, tidak ada lagi ketakutan yang terlihat di wajahnya.

"Hmm... Aku mau," angguk Moana.

"Yakin tidak akan menyesal?" tanya Mike memastikan.

"Tidak akan," sahut Moana yakin.

"Ya sudah, sekarang ikut aku! Dua hari ini kau harus tetap berada di sisiku." Mike beranjak dari tubuh Moana dan membantu gadis itu duduk.

"Dua hari?" Moana mengernyit mengulang kata itu.

"Nanti saja kita bicarakan saat di villa. Sekarang ikut dulu dengan calon suamimu ini!" Mike merapikan pakaiannya dan menggenggam tangan Moana. Keduanya meninggalkan rumah dan masuk ke dalam mobil.

Mike memacu kendaraannya dengan kecepatan sedang sembari sesekali melirik Moana yang tengah duduk di sampingnya. Mike tak hentinya tersenyum seperti orang gila. Moana yang menyadari itu hanya mengulum senyum dan membuang pandangan ke arah jalanan yang mereka lalui.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!