Bab 17.

"Mike, kau kenapa? Habis mandi kenapa keringatan? Lalu bajunya mana?" tanya Moana saat tiba di meja makan dan menaruh segelas susu di atas meja.

"Tidak apa-apa sayang, lapar makanya langsung turun." alibi Mike agar Moana tidak khawatir, padahal dadanya masih bergemuruh kencang seperti tengah lari maraton.

"Kau yakin? Kau tidak bohong 'kan?" Alana menyentuh pundak Mike, dia sedikit curiga.

"Tidak sayang, aku tidak apa-apa." Mike meraih tangan Moana dan mendudukkan istrinya itu di atas pangkuannya.

"Mike, malu ih." Moana hendak menjauh tapi Mike malah memeluknya erat.

"Malu sama siapa? Di sini tidak ada orang lain kecuali kita berdua." desis Mike lalu menenggelamkan wajahnya di tengkuk Moana.

"Tadi katanya lapar, lepasin dulu biar aku ambilkan!" ucap Moana meluruskan badan, dia merasa geli saat Mike mengecup kulit tengkuknya.

"Hmm... Ambil saja, biarkan suamimu ini menikmati aroma tubuhmu, aku sangat suka." gumam Mike menghela nafas berat. Moana ibarat obat baginya, sesak di dadanya tiba-tiba berkurang saat berada di sisi sang istri.

Moana hanya mengernyit mendengar ucapan Mike lalu mengisi piring dengan makanan secukupnya.

"Ini, makan dulu!" suruh Moana sembari menatap Mike intim.

"Suapi dong, sayang!" pinta Mike dengan manja.

"Astaga Mike, kenapa jadi seperti anak kecil begini sih?" Moana menyipitkan mata, dia tidak tau angin apa yang membuat Mike tiba-tiba jadi lebay seperti ini.

Akan tetapi, Moana juga tidak tega menolaknya. Dia pun meraih sendok dan menyuapi Mike seperti keinginan sang suami.

Mike yang merasa diperhatikan hanya tersenyum dan membuka mulut lebar-lebar. Dia senang karena Moana mau mengerti dirinya.

Usai sarapan, Mike meminum obat diam-diam tanpa sepengetahuan Moana, dia tidak mau sang istri kepikiran.

Mike kemudian meninggalkan ruang makan dan kembali ke kamar, dia berbaring sejenak agar obat yang dikonsumsinya tadi bekerja dengan cepat sebelum berangkat ke kantor.

Hari ini Mike akan mengumumkan soal keberangkatannya kepada staf kantor, dia juga akan menunjuk seseorang yang dia percaya untuk meng-handle pekerjaannya selama tidak berada di tempat.

Tentu saja Mike sudah mempertimbangkan ini matang-matang, dia tidak ingin terjadi kesalahan sepeninggal dirinya berobat nanti.

Setelah mengenakan pakaian kantor, Mike merapikan rambut di depan cermin. Moana masuk ke kamar dan duduk di sofa sembari mematut Mike dengan intim.

"Mau kemana?" tanya Moana.

"Ke kantor," jawab Mike lalu menghampiri Moana dan duduk di sampingnya.

Moana memutar leher dan menjatuhkan kepalanya di bahu Mike. Entah kenapa Moana tiba-tiba merasa takut berpisah dengan suaminya itu.

"Mike, aku ikut ya!" pinta Moana sembari melingkarkan tangan di perut Mike.

"Ya sudah, cepat ganti bajunya!" sahut Mike mengusap kepala Moana sayang. Mike pikir istrinya ingin ikut ke kantor, tapi ternyata-

"Bukan ikut ke kantor, tapi-"

Moana lantas terdiam dan memeluk Mike erat.

"Jangan seperti ini sayang. Kalau begini terus, lebih baik aku tidak usah pergi saja." lirih Mike dengan perasaan tak menentu, sikap Moana membuatnya enggan untuk pergi.

"Tapi kamu harus berobat, Mike." cicit Moana.

"Nah, kamu tau sendiri bahwa aku akan berobat. Jadi tolong, jangan memberatkan kepergianku!" pinta Mike sembari mendekap Moana erat di dadanya.

Andai penyakitnya tidak separah ini, Mike juga tidak ingin meninggalkan Moana. Tapi hanya ini satu-satunya cara agar Mike bisa sembuh dan menikahi Moana di hadapan Martin.

"Hmm... Aku tidak akan seperti ini lagi." Moana menjauhkan diri dan memilih pergi meninggalkan kamar.

Mike mengusap wajah kasar, dia juga bingung menimbang perasaan Moana dan janjinya terhadap Martin.

Mike tau umurnya tidak akan lama lagi jika masih tetap bertahan seperti ini. Dia tidak punya pilihan, dia ingin hidup lebih lama bersama Moana dan menciptakan keluarganya sendiri.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***