Pagi hari, Moana tersentak dari tidurnya. Dia membuka mata perlahan melawan silaunya cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah jendela.
Seketika mata Moana membulat, dia terduduk dengan kepala celingak celinguk menyisir setiap sudut kamar. Moana bergeming dan berusaha mengingat kembali apa yang terjadi semalam.
Ceklek...
Moana tersentak kaget kala mendengar suara pintu berderit, matanya kembali membulat ketika menangkap pemandangan indah yang belum pernah dia lihat sebelumnya.
Ya, Mike keluar dari kamar mandi dengan tubuh polos hanya dibalut handuk. Rambutnya yang basah membuat ketampanannya kian memancar, ditambah penampakan dada bidang dan perut kotaknya yang membentuk roti sobek.
Seketika rasa dahaga mencekik di tenggorokan Moana, dia tidak bisa berkata dan berusaha menelan ludah dengan susah payah.
"Apa yang kau lihat? Cepat bangun dan bersihkan dirimu! Aku akan mengantarmu pulang ke rumah Ayah." sergah Mike dingin dengan suara baritonnya yang khas.
"Pulang?" gumam Moana mengulang kata itu.
"Hmm... Ayo cepat, aku tidak punya banyak waktu." desak Mike seraya berjalan menghampiri lemari, dia membukanya dan mengambil pakaian formal yang akan dia kenakan.
"Aku tidak mau pulang, aku ingin di sini saja bersamamu." tolak Moana, dia kembali berbaring dan menarik selimut seraya memicingkan mata.
"Moa, cukup bermain-main denganku! Atau-"
"Atau apa? Mau mematahkan kakiku? Ya sudah, lakukan saja kalau begitu!" selang Moana menantang sang kakak.
"Moa..." bentak Mike sesaat setelah mengenakan pakaian, dia menghampiri ranjang dan menarik selimut yang menutupi tubuh Moana.
"Aku masih ngantuk, aku ingin tidur saja hari ini." rengek Moana yang tiba-tiba bertingkah manja di hadapan Mike.
"Kau bisa mengulang tidur saat tiba di rumah nanti, jangan mengotori tempat tidurku!" geram Mike diambang batas kesabaran. Andai bukan Moana, mungkin gadis itu sudah menghembuskan nafas terakhir di tangannya.
Kesal mendengar hinaan Mike yang menyakitkan hati, Moana pun bangkit dari pembaringan. Dia melompat ke pelukan sang kakak dan melingkarkan tangan di tengkuk pria itu.
"Haaah..." Moana menghembuskan nafas ke wajah Mike.
"Dasar jorok, apa yang kau lakukan?" bentak Mike memalingkan wajah menghindari serangan Moana.
"Hahaha... Wangi 'kan?" tawa Moana menggelegar memenuhi seisi ruangan.
"Wangi kepalamu, nafasmu bau naga. Huwek..." umpat Mike, perutnya tiba-tiba mual mencium aroma khas yang keluar dari mulut Moana.
"Jangan sok bersih, katakan saja bahwa kau suka, iya 'kan?" seloroh Moana menguatkan pelukan di tengkuk Mike.
"Dasar gila, sepertinya otakmu membutuhkan penyegaran dari seorang psikiater." kesal Mike. Dia mencoba mendorong Moana, akan tetapi Moana malah membelit pinggangnya dengan kaki dan menjatuhkan wajahnya di pundak Mike.
"Cukup bersandiwara di depanku, aku lelah dengan semua ini, aku rindu pada kakakku yang dulu." lirih Moana dengan suara melemah.
Mike yang mendengar itu seketika terdiam tanpa tau harus berkata apa. Dia juga rindu pada sang adik, namun dia takut tidak bisa mengontrol diri saat bersama.
"Aku tidak marah jika kau benar-benar mencintaiku, aku bisa mengerti. Tapi kenapa harus berlagak seolah-olah aku ini tidak berharga di matamu? Kenapa? Apa salahku padamu?" tanya Moana lirih dengan mata berkaca-kaca.
"Moa..."
"Apa aku terlihat sangat menjijikkan?" imbuh Moana memotong ucapan Mike.
Mike benar-benar bingung menghadapi sikap Moana yang seperti ini. Apa yang harus dia lakukan? Dia sadar hubungan ini salah di mata masyarakat meski pada kenyataannya tidak ada yang salah dengan rasa itu.
"Moa, perasaan itu tidak penting. Aku-"
"Tidak penting apanya? Kau mencintaiku sedalam itu, aku bahkan tidak tau dan menganggap itu merupakan sebuah kebencian. Apa kau pikir aku ini sebuah boneka? Aku juga punya perasaan sepertimu, aku marah karena permainanmu sangat menyakitkan bagiku." bentak Moana melepaskan rasa kesal di hatinya.
"Sekali lagi aku minta maaf, aku janji akan mengubur perasaan itu, aku akan berusaha menjadi kakakmu seperti dulu." ucap Mike.
"Terlambat, kau sudah terlanjur menyakiti hatiku, aku tidak ingin menjadi adikmu lagi." tolak Moana menggelengkan kepala.
"Lalu aku harus bagaimana, Moa? Aku tau sudah melakukan kesalahan, tolong maafkan aku kali ini saja!" pinta Mike memohon.
"Tidak mau," geleng Moana mempererat pelukannya, wajahnya tenggelam di leher Mike.
Mike diam sejenak, dia sadar kesalahannya sangat besar dan sulit untuk dimaafkan. "Baiklah, kalau begitu aku akan pergi dari hidupmu, aku janji tidak akan mengganggumu lagi. Aku rasa ini sepadan untuk menebus semua kesalahan yang sudah aku lakukan."
"Coba saja kalau kau bisa!" gumam Moana di leher Mike, gerakan bibirnya membuat Mike menggeliat geli, deru nafasnya tiba-tiba memburu menahan rasa yang entah.
Ingin sekali Mike melahap Moana mentah-mentah namun pikirannya masih cukup waras, dia berusaha kuat menahan diri untuk tidak melewati batasan.
Akan tetapi, usaha Mike nyatanya digagalkan oleh Moana sendiri. Gadis itu mendaratkan kecupan kecil di leher Mike, semakin bergeser hingga tatapan keduanya bertemu.
Mike nampak pucat mematut manik mata Moana yang menusuk hingga relung hati, jantungnya berdegup kencang seiring aliran darah yang menyumbat ubun-ubun, sulit baginya mengendalikan diri.
"Mmphh..."
Alangkah terkejutnya Mike saat Moana tiba-tiba mengecup bibirnya, melu*matnya dan mengesapnya kuat seperti orang kehausan. Deru nafas Moana membuat dada Mike berdenyut ngilu, Mike tidak sanggup lagi menahan gejolak hasrat yang berkecamuk di jiwanya.
"Moa..." gumam Mike dengan suara tertahan, namun Moana tidak lantas menghentikan aksinya. Gadis itu semakin memperdalam serangannya hingga keduanya tak bisa lagi berpikir dengan akal sehat.
Mike tidak bisa menahan diri, tangannya bergerak menggerayangi pinggang Moana lalu naik dan mencengkeram tengkuk adiknya itu.
Suasana semakin memanas saat suara decapan keduanya menyatu mengisi kehampaan kamar. Tidak hanya bermain di bibir, keduanya bahkan dengan leluasa membelit lidah. Rasa sesak seakan tak berarti, keduanya semakin gencar melanjutkan permainan hingga bertukar liur.
"Buktikan kalau kau benar-benar mencintaiku!" desis Moana sesaat setelah melepaskan tautan bibirnya sejenak.
"Moa..." gumam Mike dengan nafas kian memburu. Sadar atau tidak, Moana seakan tengah memancing singa yang tengah kelaparan.
Moana kemudian mendorong dada Mike hingga terbaring di atas ranjang. Mike berusaha menghindar namun Moana malah menekannya dengan kuat.
"Moa, jangan seperti ini! Ada atau tidaknya hubungan darah diantara kita, kau tetap adikku. Tolong, menjauhlah!" pinta Mike yang masih bisa berpikir jernih. Dia sadar tidak boleh melakukan hal yang tidak seharusnya dia lakukan.
"Menjadi adikmu saja tidak cukup, aku ingin lebih." jawab Moana dengan tatapan yang sulit diartikan, tangannya bergerak menyentuh permukaan dada Mike.
"Moa, tolong mengertilah! Jangan membuatku semakin merasa bersalah, aku tidak mungkin mengkhianati kepercayaan yang sudah Ayah berikan padaku. Ingat Moa, aku hanya anak angkat. Jika kita melakukan ini, Ayah akan sangat kecewa pada kita, aku tidak ingin menyakitinya." bujuk Mike.
"Lalu bagaimana dengan perasaanmu?" tanya Moana lirih.
"Itu tidak penting, aku bisa mengendalikannya." sahut Mike meyakinkan Moana.
"Hmm... Sekarang aku mengerti, kau tidak benar-benar mencintaiku." Moana lekas beranjak dari tubuh Mike dan turun dari ranjang.
"Moa..." sorak Mike saat Moana menyambar tas yang terletak di atas sofa, akan tetapi Moana tidak menggubrisnya dan malah berlari kecil meninggalkan kamar.
Mike yang melihat kemarahan Moana seketika mengacak rambut hingga berantakan, dia tidak mengerti bagaimana cara meyakinkan adiknya itu.
"Moa, tunggu!" seru Mike melompat turun dari tempat tidur, dia pun mengayunkan langkah seribu menyusul Moana yang sudah tiba di lantai satu.
Saat Moana sudah masuk ke dalam mobil, Mike dengan cepat menghadang mobil tersebut. Akan tetapi tiba-tiba dadanya terasa sesak, Mike terduduk sembari mengusap dada. Matanya memerah mengeluarkan cairan, deru nafasnya tak lagi beraturan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments