Bab 9.

Sekitar pukul lima sore, mobil mewah milik Mike tiba di halaman rumah Martin. Sepasang anak manusia itu turun bersamaan, Moana pun menghampiri sang kakak dan melingkarkan tangan di lengannya.

Saat keduanya tiba di ambang pintu, Mike menghentikan langkahnya sejenak. Dia menoleh ke arah Moana dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kenapa berhenti, Mike?" tanya Moana membalas tatapan Mike dengan intim.

"Moa, aku tidak bisa melakukan ini. Aku tidak ingin mengecewakan Ayah, beliau-"

"Cukup Mike, kenapa jadi pesimis begini? Apa hanya segini rasa cintamu terhadapku?" cerca Moana dengan suara meninggi.

"Tidak Moa, ini bukan masalah cinta tapi-"

"Tapi apa?" potong Moana mematut Mike tajam.

"Moa, tolong mengertilah! Posisiku sangat sulit, bagaimana mungkin aku sanggup mengkhianati kepercayaan yang sudah Ayah berikan padaku? Aku takut menyakiti hati beliau." jelas Mike.

Saat Moana hendak menjawab, tiba-tiba fokusnya teralihkan ke arah sebuah mobil yang baru saja masuk dan parkir di samping mobil Mike.

Mata keduanya mengarah pada sesosok pria yang tengah turun dari mobil itu.

Ya, seorang pengusaha muda yang merupakan rival Mike dalam bisnis yang dia geluti. Pria yang memiliki ambisi besar untuk menjadi yang terbaik diantara yang terbaik.

Meskipun begitu, tetap saja Mike lebih unggul satu langkah dibanding pria itu.

Seketika mata Mike menyipit saat sepasang suami istri berusia senja ikut turun dari dalam mobil.

Mike diam sejenak, pikirannya sedikit terganggu usai mengingat ucapan Martin di telepon tadi.

Meski tidak mengetahui tujuan Martin menyuruhnya pulang, namun perasaan Mike tiba-tiba menjadi terganggu. Dia bukan orang bodoh, dia tau ada yang salah dengan ini.

Lalu Mike menggenggam pergelangan tangan Moana erat. "Ikut aku!" ajaknya menarik tangan Moana dan membawanya ke samping rumah.

"Mike, apa yang kau lakukan?" tanya Moana bingung, namun kakinya tetap melangkah mengikuti kemana Mike membawanya.

"Sssttt..." Mike membungkam mulut Moana dengan sebelah tangan lalu melanjutkan langkah menuju pintu belakang.

Ya, Mike penasaran akan kedatangan pria bernama Luis itu, apalagi ada orang tuanya yang ikut bersama.

Mike pikir ini bukan lagi perihal bisnis namun ada sesuatu yang belum bisa dia uraikan.

"Mike, kenapa harus lewat pintu belakang? Seperti maling saja," keluh Moana setelah berhasil menyingkirkan tangan Mike dari mulutnya.

Mike tidak langsung menjawab, dia malah menarik Moana ke sisi dapur bagian luar yang tertutup pohon bonsai lalu mendorong sang adik hingga tersandar di dinding.

"Katakan padaku! Untuk apa si brengsek itu datang ke rumah ini?" tanya Mike dengan tatapan tajam mengintimidasi.

Moana membulatkan mata terkejut. "Mana aku tau, kenapa bertanya padaku? Tanya saja sama Ayah!" jawab Moana enteng sembari mengangkat bahu, dia benar-benar tidak tau menahu tujuan kedatangan Luis dan kedua orang tuanya. Moana juga tidak mengenal pria itu sebelumnya.

"Moa..." Mike menekan dada Moana hingga terjepit diantara dinding dan dada bidangnya yang kekar.

"Aku benar-benar tidak tau, Mike. Bukankah sejak kemarin aku selalu berada di sampingmu? Lagian kau lah yang memaksaku untuk pulang, aku bahkan sudah menolaknya tapi kau terus saja mendesak ku." terang Moana mengerucutkan bibir.

Mike diam sejenak menelaah kata-kata Moana barusan, tidak ada alasan baginya untuk mencurigai Moana. Memang sejak kemarin mereka selalu bersama bahkan tidur di ranjang yang sama, Mike juga tidak melihat Moana memegang ponsel walaupun sedetik.

"Sudah, ayo masuk!" ajak Moana, dia hendak melangkah namun Mike dengan cepat mengunci tubuhnya.

Mike mendekatkan bibirnya ke wajah Moana, deru nafas Mike terasa hangat menerpa wajah gadis itu. "Jangan bilang kalau Ayah merencanakan pernikahanmu dengan pria itu!" desis Mike mengelus pipi Moana dengan hidungnya yang mancung.

Mike tidak bisa membayangkan jika hal itu sampai terjadi. Setelah apa yang mereka lalui, Mike berusaha meyakinkan dirinya sendiri, dia yakin bisa sembuh. Semangatnya membara, dia ingin menikmati hidup lebih lama dan menjadikan Moana istrinya.

"Mike, apa yang kau katakan?" Moana mengerutkan kening mendengar ucapan sang kakak, dia merasa Mike terlalu dini mengambil kesimpulan.

"Tapi firasatku mengatakan demikian. Katakan padaku, apa kau-"

"Sudahlah, Mike. Tidak usah berpikir aneh-aneh! Kalaupun dugaanmu benar, aku tidak akan pernah menerima pria itu, aku ingin menikah denganmu saja." selang Moana memotong perkataan Mike.

"Apa kau yakin?" Mike mencoba mencari kebenaran atas apa yang Moana katakan, dia mematut manik mata sang adik dengan intim.

"Menurutmu bagaimana?" jawab Moana yang malah menanyakan pendapat Mike.

"Aku tidak tau, yang aku tau kau hanya boleh menjadi milikku." Mike mencengkeram tengkuk Moana dan melu*mat bibir sang adik dengan penuh kelembutan. Moana yang merasa senang, pasrah saja menerima serangan mendadak dari Mike, bahkan balas mengesap bibir sang kakak.

Puas melepaskan candu yang semakin menuntut, Mike segera melepaskan bibir bawah Moana yang tiba-tiba memerah usai mendapatkan gigitan kecil darinya, Mike mengecup kening Moana dengan sayang lalu menggenggam tangannya erat.

Mike tidak takut lagi menghadapi sang ayah, dia membawa Moana masuk melalui pintu dapur. Dia tidak akan pernah membiarkan Moana jatuh ke tangan pria lain, apalagi Luis yang dia tau bukanlah pria baik-baik.

Mike tau bagaimana karakter pria itu, dia selalu menggunakan kekuasaannya untuk menjerat wanita-wanita cantik di luar sana, bahkan mencampakkan mereka setelah mendapatkan apa yang dia inginkan.

Sesampainya di ruang tamu, Mike menyapa sang ayah yang tengah duduk menjamu tamunya. Mike masih menggenggam tangan Moana erat, dia tidak akan melepaskannya sebelum mengetahui tujuan kedatangan ketiga orang itu.

"Akhirnya kalian berdua pulang juga, ayo duduk dulu!" ucap Martin menyambut kedatangan mereka tanpa curiga.

Menurut Martin wajar saja jika kedua anaknya terlihat akur, jarang-jarang dia menyaksikan pemandangan indah seperti itu. Dia juga senang karena merasa hubungan Mike dan Moana sudah membaik, tentu saja sebagai kakak adik.

Mike kemudian duduk tepat di hadapan Luis, Moana sendiri ikut duduk di samping sang kakak karena tangan mereka seakan menempel bagai terekat dengan lem.

Karena semua orang sudah berkumpul, Martin pun memulai percakapan dengan tamu pentingnya yang tak lain adalah ayah Luis.

Pria yang lebih tua dari Martin itu mulai membuka suara dan menjelaskan maksud kedatangannya ke rumah mewah itu.

Ya, ternyata dugaan Mike tepat menembus sasaran. Apa lagi yang membuat pria itu berkunjung kalau bukan untuk melamar Moana menjadi menantu di rumahnya.

Saat sang ayah mengutarakan maksud kedatangannya, Luis nampak salah tingkah dan menatap lekat ke arah Moana.

Senyumannya yang sumbang membuat mata Mike memerah dibakar api cemburu yang menyiksa, terlebih saat menyadari Moana yang tak sengaja membalas tatapan mesum pria itu.

Mike mengeratkan rahang sembari meremas tangan Moana sedikit kasar, gadis itu mengerjap dan memutar leher ke arah Mike.

"Senang?" desis Mike mendekatkan bibirnya ke telinga Moana.

Moana tersentak kala menyadari tatapan Mike yang tidak biasa. Moana tau Mike tengah menyimpan amarah yang begitu besar di hatinya.

"Selaku ayah, saya senang mendapatkan kunjungan dari kalian bertiga. Namun untuk pernikahan, saya tidak bisa memutuskannya secara sepihak, semua tergantung Moana, dia sendiri yang berhak menentukan dengan siapa dia akan menikah." jawab Martin dengan sopan agar tidak menyinggung perasaan Luis dan kedua orang tuanya.

Mendengar jawaban Martin, semua mata lantas tertuju pada Moana.

"Bagaimana Moana?" tanya Luis yang sudah tidak sabar ingin menjadikan Moana boneka pemuas birahinya. Luis tau Moana bukan tipe wanita nakal seperti yang biasa dia kencani.

Moana yang tadinya menatap Mike spontan terkejut mendapatkan pertanyaan dari Luis. Dia memutus pandangan dari sang kakak dan beralih menatap Luis.

"Maaf, aku tidak bisa menerima pernikahan ini. Aku sudah memiliki pacar, kami akan segera menikah." jawab Moana menundukkan kepala.

Tidak hanya Luis dan kedua orang tuanya yang terkejut mendengar penolakan Moana, Martin dan Mike pun tak kalah terkejut mendengarnya.

"Pacar?" sela Martin mengerutkan kening bingung. "Sejak kapan kamu punya pacar?"

"Ada Ayah, maaf kalau Moa belum sempat mengenalkannya pada Ayah. Moa akan mengatakannya, tapi bukan sekarang." jawab Moana jelas.

Kecewa karena penolakan Moana, Luis pun mengajak kedua orang tuanya meninggalkan rumah itu. Dia merasa sangat terhina mengingat selama ini tidak seorangpun yang berani menolaknya.

"Baiklah, kami mengerti."

Ayah Luis berpamitan dengan sopan dan menyalami tangan Martin. Tidak dengan Luis dan ibunya yang malah berlalu begitu saja tanpa bicara sepatah katapun.

"Maaf atas ketidaknyamanannya, ini di luar perkiraan saya." ucap Martin pada Haris ayahnya Luis, bagaimanapun dia merasa tidak enak hati pada klien bisnisnya itu.

"Tidak apa-apa,"

Haris kemudian menyusul sang istri dan putranya yang sudah lebih dulu menghilang dari pandangan semua orang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!