Bab 7.

"Mike..." pekik Moana terkejut bukan main. Dia mematikan mesin mobil dengan cepat lalu membuka pintu dan berhamburan menghampiri sang kakak.

Setibanya di dekat Mike, Moana menjatuhkan diri di tanah dan bergegas menahan tubuh sang kakak yang hampir terbaring.

"Mike, apa yang terjadi denganmu?" tanya Moana khawatir dengan raut memucat lalu mendekap Mike di dada.

"M-moa... Ma-maaf, a-aku..."

Mike tidak bisa melanjutkan kata-katanya, nafasnya kian sesak, dunia seakan berputar seperti tengah terombang-ambing di dalam rollercoaster.

Pandangan Mike seketika menggelap, dia merasa waktunya sudah tidak lama lagi.

"Mike, kau kenapa? Jangan membuatku takut!" lirih Moana sembari menepuk pipi Mike pelan.

Mike mendongak mematut manik mata Moana, air matanya tiba-tiba menetes. "Moa, berjanjilah padaku! Apapun yang terjadi, kau harus bahagia. Berhentilah menjadi anak manja, turuti kata-kata Ayah, beliau sangat menyayangimu."

"Mike, apa yang kau katakan?" sergah Moana meninggikan suara.

"Moa, hidupku mungkin tidak akan lama lagi. Jika waktunya sudah tiba, aku ingin pergi dengan tenang. Tolong jangan bersedih, tersenyumlah untukku!" desis Mike seraya menggerakkan tangan, dia menyentuh pipi Moana dan mengelusnya lembut.

"Aku sangat mencintaimu, Moa. Aku ingin sekali memilikimu tapi jantung ini terlalu lemah, aku tidak mungkin menjadi beban untukmu."

Mike mencengkeram tengkuk Moana lalu mengesap bibir merah jambu adiknya itu. Luma*tan yang awalnya kuat, perlahan melemah hingga akhirnya terlepas begitu saja. Mike tiba-tiba terdiam dengan mata tertutup rapat.

"Mike..." pekik Moana histeris, tangisannya pecah kala merasakan detak jantung Mike yang tak lagi terdengar di telinga.

"Aaah... Mike..." tangisan Moana semakin menjadi-jadi saat kepala Mike terkulai lemah di dadanya.

Seketika teriakan Moana mengejutkan seorang pelayan yang tengah menyiapkan sarapan di dapur. Pria itu dengan cepat mematikan kompor dan berlarian mendekati sumber suara.

"Tuan Mike..." seru pria itu dengan mata membulat sempurna, dia menghampiri keduanya dan berjongkok lalu membopong Mike memasuki villa.

Setelah membaringkan Mike di sofa ruang tamu, pria bernama Yudi itu bergegas memasuki dapur. Dia menyiapkan alat yang biasa dia gunakan saat Mike tiba-tiba pingsan seperti saat ini lalu kembali dan membantu menyadarkan sang tuan.

"Apa yang terjadi dengan kakakku?" tanya Moana dengan tatapan mengintimidasi. Dia menghampiri Yudi dan menekannya untuk berkata jujur.

Awalnya Yudi tidak mau mengatakan apa-apa kepada Moana, dia sudah terlanjur berjanji untuk tidak memberitahu siapapun tentang penyakit yang diderita Mike. Namun atas desakan Moana yang mengancam ingin memecatnya dan melaporkan kejadian ini pada Martin, mau tidak mau pria itu terpaksa mengungkapkan semuanya.

Dengan berat hati Yudi menjelaskan bahwa Mike menderita penyakit jantung akut sejak tiga tahun yang lalu. Mike sengaja menyembunyikan ini dari semua orang, dia tidak ingin membuat Martin dan Moana khawatir apalagi menatapnya dengan rasa kasihan.

Usai mendengar penjelasan yang keluar dari mulut pria itu, tubuh Moana tiba-tiba terhenyak di sofa. Pandangannya mengabut, tangannya bergetar saat berusaha menyentuh pipi sang kakak dan mengelusnya dengan lembut.

"Lagi-lagi kau melakukan kesalahan besar padaku. Apa yang ada di otakmu? Kenapa menyimpan semua ini sendirian?" cerca Moana dengan sederet pertanyaan yang melintas di benaknya. Dia tidak habis pikir, kenapa Mike memilih diam dan menanggung penderitaan ini seorang diri. Tidakkah Mike merasa bahwa ada dia dan Martin yang siap berbagi rasa sakit dengannya.

"Aku membencimu, Mike. Aku sangat membencimu." berang Moana menjatuhkan wajahnya di dada Mike. Moana terisak saat merasakan detak jantung Mike yang berdegup sangat kencang.

"Kenapa Mike? Kenapa kau tega membodohi ku selama bertahun-tahun? Aku bisa merasakan detak jantungmu, kau sangat mencintaiku." isak Moana sesenggukan sembari meremas dada Mike kuat.

Seketika mata Mike terbuka perlahan, dia pun mendekap erat Moana di dada sembari menghela nafas berat. "Maafkan aku, Moa. Aku memang pengecut, aku tidak ingin merusak kebahagiaanmu. Aku-"

"Diam lah, aku tidak butuh penjelasanmu!" sergah Moana membungkam mulut Mike dengan tangan. "Aku tidak akan pernah memaafkanmu." imbuhnya.

Mendengar itu, mata Mike tiba-tiba berkaca. Dia merasa bersalah, ternyata ketakutannya selama ini berbanding terbalik dengan apa yang terjadi saat ini.

Moana ternyata tidak membencinya, buktinya gadis itu malah semakin menempel padanya. Mike senang, disisa hidupnya dia masih bisa merasakan kehangatan pelukan wanita yang sangat dicintainya.

"Moa, aku lelah. Tolong bantu aku ke kamar, aku ingin tidur sejenak." pinta Mike sembari mengusap rambut Moana.

"Hmm..." angguk Moana.

Setelah saling melepaskan pelukan, Moana menjauhkan diri dan membantu Mike bangkit dari sofa. Mike merangkul bahu Moana, Moana pun memapahnya menaiki anak tangga.

Setibanya di kamar, Moana membantu Mike berbaring di atas tempat tidur lalu melepaskan kancing kemeja yang melekat di tubuh sang kakak.

"Apa yang kau lakukan padaku?" tanya Mike menahan tangan Moana dengan cepat.

"Mau menelanjangi mu, puas!" ketus Moana menatap tajam pada Mike.

Seketika Mike tersenyum memperlihatkan barisan giginya yang rapi. "Apa kau yakin?" tanya Mike dengan tatapan mesum.

Bug...

"Aaakh..."

Mike meringis kesakitan saat Moana memukul dadanya kasar.

"Dasar otak mesum!" umpat Moana mengulum senyum.

"Hehe... Aku pikir-" Mike melepaskan genggaman tangannya dan menggaruk kepala yang tidak gatal. Rasa sakit tiba-tiba lenyap saat menatap senyuman manis di bibir Moana.

Lalu Mike beringsut, memposisikan diri setengah duduk dan menarik Moana ke dalam dekapan dadanya. "Ternyata adikku sudah dewasa, cepat sekali waktu berlalu." desis Mike di telinga Moana, Mike memeluknya erat seakan tidak ingin melepaskan.

"Apa kau sudah mengakui bahwa aku ini adalah adikmu?" tanya Moana membalas pelukan Mike, tangan Moana melingkar di pinggang sang kakak.

"Hmm..." gumam Mike menganggukkan kepala.

"Lalu bagaimana dengan perasaanmu? Apa itu artinya hubungan kita hanya sebatas adik kakak?" tanya Moana lagi.

"Ya, bukankah sebaiknya begitu?" jawab Mike enteng, namun mampu membuat mata Moana berbinar.

Moana mendorong dada Mike dan lekas menjauhinya. "Kalau begitu istirahatlah, aku akan pergi dari sini."

"Moa..." seru Mike saat Moana melangkahkan kaki menuju pintu.

"Jika itu yang terbaik menurutmu, apa lagi yang bisa aku katakan?" jawab Moana sembari berbalik badan, dia menitikkan air mata seketika itu juga.

"Moa, tolong jangan menangis! Kemarilah, kita harus bicara!" Mike menggerakkan tangannya di udara, bermaksud menyuruh Moana kembali duduk di sampingnya.

"Aku rasa semuanya sudah jelas, tidak ada lagi yang perlu dibicarakan diantara kita." ucap Moana lirih.

"Moa, tolong jangan keras kepala! Ayo, kemarilah!" Mike menepuk sisi kasur sembari mengangguk lemah.

"Aku mau pulang, aku tidak ingin berada di sini." tolak Moana membuang muka.

"Ya sudah kalau itu maumu. Pulanglah, bila perlu tidak usah datang lagi ke sini! Aku janji tidak akan pernah mengganggumu lagi." Mike ikut membuang pandangan dan meluruskan posisi tidurnya. Dia memiringkan badan hingga membelakangi Moana tanpa mau melihatnya lagi.

Mike tidak keberatan atas penolakan Moana, lambat laun semua akan tetap berakhir seperti ini. Seberapa besar rasa yang dia simpan, Moana tidak akan pernah menjadi miliknya.

Meski kesempatan itu ada, Mike sadar hidupnya tidak akan bertahan lebih lama. Dia tidak ingin Moana sedih saat hari itu tiba.

"Brengsek kau Mike, kau benar-benar mengusirku?" umpat Moana merungut kesal lalu mengayunkan kaki mendekati ranjang.

Moana menaiki tempat tidur dan berbaring di samping sang kakak.

"Loh, kenapa kembali lagi?" tanya Mike memutar tubuh hingga berhadapan dengan Moana.

"Jika tidak memikirkan dosa dan penjara yang akan menantiku, ingin sekali aku membunuhmu dengan tanganku sendiri." gerutu Moana dengan gigi bergemeletuk dan menilik manik mata Mike dengan tajam.

"Lakukan saja! Aku ikhlas jika harus mati di tanganmu."

Bukannya marah, Mike malah menyeringai dan mengikis jarak diantara mereka. Dia melingkarkan tangan di pinggang Moana dan mendekapnya erat.

"Apa yang kau lakukan? Menjauhlah dariku!" tukas Moana kesal.

"Sssttt... Biarkan aku memelukmu sebentar, aku ingin tidur nyenyak kali ini saja." Mike beringsut dan menempelkan wajah di dada Moana, matanya perlahan terpejam saat merasakan kenyamanan yang selama ini tidak pernah dia rasakan.

"Mike..." gumam Moana terkejut, dadanya berdenyut ngilu saat pipi Mike menempel di belahan gunung kembar miliknya.

Moana berusaha menghindar namun Mike tidak mau melepaskan, pria itu malah mempererat pelukannya dan menyeruduk buah dada Moana seperti bayi yang tengah kehausan. Hembusan nafas Mike yang hangat membuat sekujur tubuh Moana meremang, dia tidak tau bagaimana cara menghindar dari kakaknya itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!