Di kantor, Martin sedang berkomunikasi dengan tangan kanannya yang dia utus untuk mempersiapkan segala sesuatu yang dia butuhkan.
Ya, pria itu bernama Robert. Pria yang sudah dua puluh tahun ikut bersama Martin. Dia dijadikan manager sekaligus orang kepercayaan di kantor, bahkan Robert sudah seperti adik di mata Martin.
"Ayah sepertinya tidak merestui hubungan terlarang ini. Di mata beliau, ini adalah arang yang akan mencoreng nama baik yang sudah beliau jaga. Aku bisa saja melawan dunia, tapi tidak dengan Ayah. Aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk menentangnya, sebaiknya kita kembali saja ke kehidupan kita yang dulu, anggap saja aku ini kakakmu." ucap Mike kepada Moana yang pagi-pagi sekali sudah masuk ke kamarnya.
Moana mengunci pintu dan memilih tidur di samping sang kakak, keduanya saling memeluk seperti sepasang suami istri yang sudah lama tidak bertemu.
"Tidak Mike, aku tidak ingin menjadi adikmu. Kalau Ayah tidak merestui hubungan ini, kita akan memaksanya untuk setuju." Moana melepaskan pelukannya dan beranjak menduduki perut Mike. "Kita harus melakukannya, dengan begitu Ayah tidak akan bisa menentang hubungan ini."
Moana mengangkat blouse yang dia kenakan, seketika mata Mike membulat menyaksikan dua gundukan kenyal yang tersimpan indah dibalik bra yang melekat di dada sang adik.
Mike mengerjap sembari menelan saliva dengan susah payah. Jantungnya terpompa kencang, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak menyentuhnya.
"Moa... Jangan menyulitkan kakakmu ini!" keluh Mike membuang pandangan ke arah lain. Dia masih berusaha melawan keinginan meski jiwanya sudah meronta-ronta ingin menjelajahi tubuh sang adik dan membawanya mengarungi Samudera Hindia.
"Tidak ada pilihan lain, sentuh aku jika kau tidak ingin kehilanganku!" desak Moana sembari membuka pengait bra yang membungkus gunung kembar miliknya.
Saat bra itu terjatuh di atas perutnya, Mike kembali meluruskan pandangan. "M-moa, apa-apaan ini? Aku-" Mike tidak bisa melanjutkan ucapannya, detak jantungnya kian terpacu seiring darah yang mengalir deras menuju ubun-ubun.
Sekuat hati Mike mencoba untuk tidak terpancing, namun pria mana yang akan sanggup mengendalikan diri jika sudah dihadapkan dengan situasi seperti ini.
Seketika tangan Mike dengan cepat meraih benda kenyal milik Moana dan meremasnya pelan. Kewarasan Mike diuji, dia mengesap habis puncak gunung berwarna pink muda itu dengan lahap.
Seperti bayi yang tengah kehausan, Mike menjilati benda kecil itu dan mengulumnya kuat bergantian. Mata Moana melek merem menikmati sentuhan yang dilakukan sang kakak.
"Uhm... Aaakh..."
Moana tak hentinya mende*sah menikmati rasa yang entah. Sekujur tubuhnya merinding, dia menggigit bibir yang membuat Mike semakin gemas.
Dengan tenaga yang dia miliki, Mike membanting Moana hingga terjatuh di kasur. Mike mengambil posisi dan menekan Moana di bawah kungkungannya.
"Aku sudah menolakmu berkali-kali, tapi kali ini jangan salahkan aku jika benar-benar menjadikanmu milikku. Sekali aku menyentuhmu, maka hanya aku yang berhak atas dirimu." tekan Mike dengan nafas memburu.
Mike membuka kaos yang melekat di tubuhnya dan membuangnya asal lalu mengesap bibir Moana membabi buta. Keduanya larut dalam asa, saling melu*mat bahkan membelit lidah.
Tak berhenti sampai di sana, Mike kemudian memberikan kecupan-kecupan kecil di wajah Moana lalu turun ke leher hingga berakhir di dada Moana yang menonjol indah.
Kembali Mike meremas kedua gunung itu dan mengesapnya bergantian. Mike bahkan meninggalkan jejak merah yang nanti akan Moana ingat sebagai bentuk keganasan sang kakak.
Sembari terus menjilati benda kecil itu, tangan Mike turun hingga berlabuh tepat di belahan paha Moana. Mike menyelinapkan tangannya ke dalam celana sang adik lalu memainkan inti Moana dengan jari.
"Aaakh..."
Moana menggeliat seiring de*sahan yang lolos dari mulutnya. Moana merasa tubuhnya seakan tersengat aliran listrik, gerakan jari Mike yang sangat cepat membuatnya hilang akal tanpa hentinya mende*sah. Suara seksi Moana itulah yang membuat Mike tidak tahan, Moana benar-benar menggoda.
Tanpa melepaskan mulutnya yang tengah asik menggigiti ujung dada Moana, Mike berusaha memasukkan jarinya ke liang surga milik sang adik.
Mike mengernyit dan terdiam menghentikan aksinya, inti Moana sangat sempit sehingga jarinya saja tidak bisa menerobos masuk. Padahal Moana baru saja mendapatkan pelepasan, intinya sangat licin namun tidak bisa menerima jari Mike yang tidak seberapa.
Lalu bagaimana bisa Mike memasukkan juniornya jika jarinya saja gagal menembus inti Moana?
"Kenapa berhenti, Mike? Ayo, lanjutkan!" de*sah Moana dengan suara yang nyaris tak terdengar.
"Moa, jangan ya! Aku tidak tega menyakitimu." jawab Mike dengan tatapan tak biasa.
"Tidak sakit kok, justru rasanya sangat enak, aku menyukainya." ucap Moana dengan polos.
"Kau ini." Mike menjitak kening Moana antara kesal dan gemas.
"Ayolah Kak, jangan sok jual mahal begini. Aku bisa gila jika aktivitas ini tidak dilanjutkan, kau sudah membuatku basah sekali, aku ingin merasakan sesuatu yang lebih dari ini." desak Moana dengan tatapan memelas.
"Moa, ini salah sayang. Please, tolong mengertilah! Kita akan melakukannya disaat yang tepat." bujuk Mike berusaha meyakinkan Moana meski pada kenyataannya dia sendiri sudah tidak sanggup menahannya.
"Saat yang tepat kapan, Kak? Ini sudah tepat, jadikan aku milikmu sekarang juga!"
Bukan Moana namanya jika belum bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. Apalagi ini merupakan pengalaman pertama baginya, Moana sudah merasakan sensasi rasa yang diciptakan Mike, dia ingin mendapatkan lebih.
"Moa, jariku yang sekecil ini saja tidak bisa masuk. Mana mungkin juniorku bisa menembus dirimu, kau tidak akan sanggup menahan rasa sakit." keluh Mike sembari mengacungkan jarinya di hadapan Moana.
"Apa milikmu sangat besar?" tanya Moana menyipitkan mata.
"Hmm..." angguk Mike mengiyakan.
"Sebesar apa?" tanya Moana lagi dengan polosnya.
"Moa, kau ini nampaknya sudah gila. Lebih baik bangun dan periksakan dirimu ke psikiater!" geram Mike dengan gigi bergemeletuk.
"Aku tidak butuh psikiater, kau lah obat yang bisa menyembuhkan kegilaanku." sahut Moana sembari menyentuh dada bidang Mike lalu memutar-mutar ujung dada sang kakak dengan jari.
"Astaga, huft..." Mike menggaruk kepalanya yang tidak gatal sembari menghela nafas panjang dan membuangnya kasar.
"Ayolah Kak, buka celanamu!" pinta Moana dengan tatapan tak biasa.
"Apa kau yakin?" tanya Mike yang sudah kewalahan meyakinkan Moana.
"Hmm..." angguk Moana cepat tanpa ragu.
Mike menggeram dan lekas beranjak menjauhi Moana. Mike membuka celana sesuai permintaan sang adik dan kembali mendekatinya.
Seketika mata Moana terbuka lebar seakan ingin melompat ke luar, dia meneguk saliva dengan susah payah saat menyaksikan tongkat milik Mike yang berukuran di atas rata-rata.
"Ya ampun, size mu jumbo sekali." gumam Moana geleng-geleng kepala.
"Hmm... Sudah lihat 'kan? Apa kau sanggup menerima ini?" tanya Mike sembari menyentuh tongkat miliknya yang sudah mengeras seperti batu.
"Aku rasa tidak, tapi apa salahnya dicoba dulu." jawab Moana enteng tanpa malu sedikitpun.
"Coba coba kepalamu, kau pikir aku ini cowok apaan?" Mike menyentil bibir Moana saking kesalnya.
"Aduh, sakit Kak." keluh Moana dengan bibir mencebik.
"Makanya kalau ngomong dipikirkan dulu pake otak, jangan main nyerocos saja seenaknya! Aku bukan pria liar yang suka nancap sana sini. Milikku masih segel, jangankan memasuki wanita, dipegang saja tidak pernah." ketus Mike sembari meraih celananya kembali, Mike mengenakannya dengan cepat tanpa peduli pada Moana yang tengah menatapnya lekat.
Moana kemudian bangkit dari pembaringan dan menarik Mike hingga terjungkal di atas kasur. "Apa lagi sih?" sergah Mike tertegun saat Moana menekan tubuhnya.
"Aku ingin memilikinya." ucap Moana seraya menggerakkan tangannya di permukaan celana Mike. Benda keras itu sedikit bergerak saat Moana menyentuhnya. Mike pun seketika mengerang saat sentuhan Moana membangkitkan gairahnya.
Moana yang sudah diambang batas, kemudian menurunkan celana Mike ke bawah. Benda keras itu kembali terlihat mengganggu pandangannya.
"Moa... Aaakh..."
Mike mende*sah saat Moana menyentuh miliknya dan terus mendekat. Moana tidak lagi memikirkan resiko yang harus dia terima, dia melahap benda berukuran jumbo itu seperti es krim yang menggugah selera. Mulutnya yang kecil tak mampu menampung benda itu sepenuhnya.
"Dasar nakal, kau benar-benar gila. Aaakh..." de*sah Mike memicingkan mata. Gadis itu membuat Mike melek merem menikmati permainan lidahnya yang sensual.
Setelah Moana menghentikan aksinya, Mike menarik tangan adiknya itu. Kini giliran Mike yang memainkan aksinya.
Mike tidak lagi peduli pada Martin, dia hanya ingin menyatukan diri dengan Moana yang sudah sejak tadi memancing hasratnya.
Mike melucuti celana Moana dan membuka kaki sang adik perlahan. Tanpa pikir, Mike pun menenggelamkan wajahnya di inti Moana. Mike menjilati kli*toris Moana sembari memaksakan jarinya untuk masuk.
"Aaakh... Mike..."
Sesekali Moana mende*sah dan menjerit kecil. Perutnya kembang kempis seiring getaran yang mengguncang seluruh tubuhnya.
Saat Moana mengeluarkan cairan miliknya, Mike menyedotnya dan menghentikan aksinya sejenak. "Masih mau menantang ku?" geram Mike yang sudah tidak bisa lagi membendung syah*watnya.
"Hmm..." angguk Moana yang malah mengiyakannya.
"Apa kau yakin tidak akan menyesal setelah ini?" tanya Mike memastikan.
"Tidak, aku tau kau tidak akan meninggalkanku." jawab Moana gamblang.
Mike seketika tersenyum, dia memang tidak akan pernah meninggalkan Moana jika sudah mendapatkannya, kecuali jika Tuhan mengambil nyawanya.
Mike yang sudah dibakar api gairah yang membara, kemudian mengarahkan senjatanya ke inti Moana. Mike menggesek-gesekkan miliknya di luar inti sang adik, membuat Moana mabuk kepayang diselimuti hasrat yang menggebu.
"Aaakh... Sakit, Kak. Pelan sedikit!" pekik Moana saat Mike mencoba memasuki intinya.
"Bukankah sudah ku katakan sebelumnya? Kau sendiri yang mendesak ku untuk tetap melakukannya, kini aku tidak mungkin berhenti sampai di sini, aku harus menyelesaikannya."
Mike membungkukkan punggung dan membungkam mulut Moana. Mike mengesapnya kuat sembari terus menekan inti sang adik dengan kuat. Mike harus menyelesaikan ini, Moana akan menjadi miliknya seutuhnya.
"Aaaah..." Moana menjerit dan spontan menggigit bibir Mike. Selaput dara miliknya terkoyak saat tongkat Mike memenuhi dirinya.
"Huhu... Sakit, Kak." rengek Moana menitikkan air mata.
Mike tersenyum kecil dan mencium kening Moana, lalu menyeka pipi sang adik dengan lembut. "Aku sudah berhasil mendapatkan mu, kini kau tidak akan bisa lari lagi dariku. Aku pastikan kau hanya akan menjadi milikku seorang." desis Mike kemudian mengayunkan pinggulnya perlahan.
"Janji?" gumam Moana dengan suara bergetar menahan hentakan Mike yang menekan dirinya.
"Aku tidak akan berjanji, tapi aku akan membuktikannya." jawab Mike mengukir senyum.
Mike tidak hanya membuat Moana mende*sah berulang kali, tapi Mike juga berhasil membuat Moana menjerit dan menangis minta ampun. Ternyata Mike lebih ganas dari apa yang Moana pikirkan, Moana benar-benar kewalahan hingga keluar berkali-kali.
Puncaknya, Mike memacu tempo permainannya dengan sangat cepat hingga akhirnya mengeluarkan cairan putih yang memenuhi inti Moana.
Mike terjatuh di atas tubuh Moana sebelum akhirnya mencabut juniornya yang sudah mengecut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments