Bab 8.

"Oke, aku mengerti."

Terjadi pembicaraan serius diantara Martin dengan salah seorang rekan bisnis yang baru saja menghubunginya melalui panggilan telepon.

Sesaat setelah sambungan telepon itu terputus, Martin lekas menghubungi Moana. Karena putrinya tak kunjung menjawab, dia pun memilih menghubungi Mike.

Mike yang tadinya tertidur lelap di pelukan Moana, seketika menggeliat dengan mata mengerinyam. Perlahan membukanya lebar dan merentangkan satu tangan ke arah nakas.

Mike mengambil ponsel miliknya dan terkejut mendapati nama sang ayah yang terpampang di layar benda pipih itu.

Mike tiba-tiba panik, dia mencoba beringsut dari posisinya namun Moana malah memeluknya dengan erat.

"Moa..." desis Mike menepuk pipi sang adik pelan, bermaksud membangunkannya. Akan tetapi tidur Moana terlalu nyenyak seperti kerbau betina, Mike gelagapan dengan raut memucat.

Setelah dering ponsel itu berhenti, Mike menghela nafas lega. Namun sekali lagi ponsel itu kembali bergetar, mau tidak mau Mike pun terpaksa menerima panggilan tersebut. "Iya, Ayah." ucap Mike sedikit gugup.

"Mike, kamu dimana Nak?" tanya Martin.

"A-aku di villa, Yah. Ada apa?" jawab Mike dengan pertanyaan pula.

Lalu Martin mengatakan bahwa semalam Moana tidak pulang ke rumah, dia juga menjelaskan ada sedikit kesalahpahaman diantara mereka.

Mike yang mendengar itu hanya manggut-manggut sembari mematut Moana yang masih memeluknya.

"Sekali lagi tolong bantu Ayah mencari keberadaan adikmu. Bawa dia pulang, ada hal penting yang ingin Ayah katakan kepada kalian berdua." ucap Martin meminta bantuan Mike, dia sama sekali tidak tau bahwa Moana tengah bersama sang putra sejak semalam.

"Memangnya hal penting apa yang ingin Ayah katakan pada kami?" tanya Mike penasaran.

"Nanti saja Ayah ceritakan jika kalian berdua sudah tiba di rumah." Martin memutus sambungan telepon setelah mengatakan itu.

Mike yang masih penasaran tiba-tiba terpaku dengan mata menyipit, kembali ditatapnya Moana lalu dikecupnya bibir sang adik dengan lembut.

Mike pikir Martin marah karena kepergian Moana dari rumah. Apa sang ayah tau bahwa Moana tengah bersamanya di villa?

Tidak tidak, Martin tidak mungkin tau. Semua jelas terlihat saat sang ayah meminta Mike untuk mencarinya.

"Moa..." panggil Mike membangunkan sang adik dari tidurnya. Dia harus segera menyampaikan pesan Martin pada gadis itu.

Saat Mike mengelus pipinya, Moana tersentak dan mende*sah kecil. Sontak raga Mike merinding mendengar itu, Moana seakan sengaja memancingnya untuk mendekat.

"Astaga, ingin sekali aku menelanmu hidup-hidup jika terus saja menggodaku seperti ini. Apa kau tidak sadar tindakanmu ini bisa membuat kewarasanku hilang?" geram Mike membatin dalam hati, beruntung otaknya masih bisa dikondisikan.

"Moa, ayo bangun, kita harus pulang sekarang!" ucap Mike lagi sembari menepuk pipi Moana pelan.

Moana menggeliat dan membuka mata perlahan, sebuah senyuman manis tiba-tiba melengkung di sudut bibirnya mendapati wajah Mike pertama kali.

"Hmm..." gumam Moana menenggelamkan wajah di dada Mike.

"Cepat bangun, kita harus pulang!" ucap Mike sembari mengacak rambut Moana gemas.

Moana tidak langsung menjawab, dia mendongak dan mematut manik mata Mike intim.

"Ayah menyuruh kita berdua untuk pulang, ada hal penting yang ingin beliau sampaikan pada kita." jelas Mike membalas tatapan Moana tajam.

"Tidak mau, aku malas bertemu Ayah. Kita di sini saja ya!" bujuk Moana yang masih menyimpan rasa kesal terhadap sang ayah, dia belum siap bertemu pria yang berusia lebih dari setengah abad itu.

"Moa, jangan kekanak-kanakan begini! Berhentilah menjadi gadis manja, kau itu sudah dewasa." keluh Mike.

"Tidak, aku belum dewasa." sanggah Moana dengan bibir mencebik.

Mike menggaruk kepala dengan rahang menggeram. Entah harus dia apakan adiknya itu agar mengerti akan perkataannya.

"Moa, jangan memancing perdebatan diantara kita. Sekali saja tolong turuti kakakmu ini!" tukas Mike kehilangan akal.

Moana lantas mengukir senyum mendengar itu. "Akan aku turuti, tapi dengan satu syarat." Moana mengancungkan jari telunjuk di depan mata Mike.

"Syarat apa? Jangan aneh-aneh!" ketus Mike kesal.

Kembali Moana tersenyum dan beranjak dari posisinya. Seketika mata Mike membulat sempurna saat Moana tiba-tiba duduk di atas perutnya. "Moa, apa yang kau lakukan?" sergah Mike dengan raut memucat.

Tanpa menjawab, Moana langsung saja menangkup tangan di setiap sisi pipi Mike. Wajahnya mendekat dan tanpa ragu mengecup bibir Mike lembut.

Tidak hanya itu, Moana bahkan tanpa malu mengesap bibir sang kakak. Dia berkaca dari apa yang biasa Mike lakukan padanya, dia pun tanpa segan memasuki rongga mulut Mike, membelit lidah dan saling bertukar liur.

"Aku akan pulang bersamamu, tapi sebelum itu aku ingin-"

"Jangan gila, Moa!" selang Mike meninggikan suara.

"Ya, aku memang sudah gila dan itu semua karena ulahmu." tukas Moana dengan suara tak kalah tinggi.

"Ingat Mike, aku seperti ini karenamu. Kau yang mengajarkanku berciuman seperti ini, lalu apa salahnya jika aku menginginkanmu?" imbuh Moana menajamkan tatapan.

Sontak Mike terperanjat kaget mendengar ucapan Moana, dia tidak pernah berpikir sampai ke sana.

"Moa..." desis Mike dengan tatapan yang sulit dimengerti.

"Aku tidak ingin jadi adikmu, aku ingin lebih. Aku tidak peduli separah apa penyakit yang kau derita, aku ingin kau membagi itu denganku. Aku yakin kau bisa sembuh, kita akan melewati ini bersama." lirih Moana menyatukan hidung mereka.

Mike benar-benar dibuat diam seribu bahasa. Dalam hati dia sangat senang setelah tau bahwa Moana juga menginginkan dirinya, akan tetapi semua tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Mike tau Martin tidak akan bisa menerima hubungan terlarang ini. Hubungan ini jelas salah, keduanya tidak mungkin bersama seperti apa yang mereka inginkan.

"Aku juga ingin, tapi hubungan ini tidak mungkin terjadi. Ayah-"

"Ayah pasti akan merestui kita, aku sangat yakin. Ayah tau siapa dirimu dan bagaimana sifatmu, dia tidak mungkin menentang hubungan ini." potong Moana.

"Tapi, Moa-"

"Mike, kali ini tolong dengarkan aku! Apa kau rela jika aku lepas ke tangan orang lain? Apa kau sanggup melihatku bersama pria yang tidak aku sukai? Aku yakin kau tidak akan sanggup, aku tau cintamu sangat besar untukku. Aku... Mmphh..."

Kali ini Mike tidak tahan lagi melihat bibir merah jambu Moana yang komat kamit menggoda pandangannya, dia melahap habis bibir sang adik seiring deru nafas yang terdengar memburu.

Mike melu*matnya sangat rakus seperti kerasukan setan, Moana pun tak lantas diam. Dia membalas serangan Mike, decapan keduanya menyatu membuat kamar tiba-tiba terasa panas. Mike bahkan menggigit bibir Moana saking geramnya.

Tak berhenti di sana, kini tangan Mike bergerak nakal meremas bokong Moana lalu naik menyentuh pinggang sang adik. Tanpa sadar tiba-tiba tangan Mike sudah berada di permukaan gunung kenyal milik Moana.

Mike meremas kedua benda itu dan menenggelamkan bibirnya di belahan sana. Seketika Moana mende*sah kecil dengan mata tertutup perlahan.

"Hentikan aku, Moa. Tolong hentikan!" pinta Mike yang sudah kehilangan kewarasan. Dia takut kebablasan jika Moana diam saja menerima sentuhan darinya.

"Meski aku ingin, tapi aku tidak bisa menolakmu. Lakukan apa saja yang ingin kau lakukan padaku, aku tidak keberatan." jawab Moana yang malah memberi lampu hijau pada Mike.

"Moa..." desis Mike dengan suara tercekat di tenggorokan. Dia pun menggigit benda kenyal itu untuk menepis keinginannya yang sudah memuncak menahan sesuatu yang mengeras di balik celana.

"Aaakh..." erang Mike lalu mendorong Moana hingga terjatuh di sampingnya, Mike tidak seburuk itu. Meski Moana tidak menolak, dia tidak mungkin merusak adiknya sendiri. Mike bukan pecundang, dia masih bisa mengendalikan diri meski rasanya sangat menyakitkan.

Seketika pandangan Moana menggelap, air matanya menetes, dia merasa terhina karena penolakan yang dilakukan Mike.

Dengan perasaan tidak menentu, Moana turun dari ranjang sembari memeluk tubuhnya yang bergetar. Dia berjalan menuju pintu sembari terus menitikkan air mata.

"Moa, tolong maafkan aku! Aku tidak bermaksud mengasarimu." Mike berhamburan dari tempat tidur dan berlari menyusul Moana. Mike berhasil menghentikan langkah sang adik saat baru saja membuka pintu.

Mike memeluk Moana dari belakang, sangat erat sehingga membuat Moana sedikit merasa sesak. Mike mengecup pundak Moana dan beralih mengecup daun telinganya.

"Maafkan aku, Moa. Aku hanya ingin menjagamu agar tidak menyesal melakukan ini. Aku ingin, sangat ingin, tapi belum waktunya. Kita harus memastikan hubungan ini terlebih dahulu, kita akan menemui Ayah dan mengatakan semua ini padanya. Please, jangan marah, aku bisa mati melihatmu seperti ini!"

"Mike..." Moana berbalik badan dan mengalungkan tangan di tengkuk sang kakak sekuat yang dia bisa. "Hiks..."

"Jangan menangis, aku mohon!" pinta Mike mendekap Moana erat lalu mengecup pundaknya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!