Godaan Mark

Tuan Ansell hanya bisa diam tanpa membuka suara, ia sangat bingung sekali ketika Ava mengatakan hal itu padanya. Akhir-akhir ini bayangan Bar-bara semakin menjauh darinya membuat Tuan Ansell hampir kehilangan rasa pada wanita yang sempat membuat hancur hidupnya, wanita itu meninggalkannya di hari pernikahan hingga membuatnya harus menikahi wanita pilihan Papanya.

Ava melihat ke arah Tuan Ansell dengan jantung yang sudah berdetak begitu kencang sekali, ia takut mendengarkan jawaban Tuan Ansell, tapi Ava mencoba bersikap tenang seperti tidak terjadi apapun padanya.

“Tuan, kenapa Anda hanya diam?” tanya Ava.

Tuan Ansell langsung menatap ke arah Ava dan menarik pinggang istrinya mendekat padanya hingga jarak keduanya mulai terkikis sekarang dan hal itu membuat Ava merasa tidak nyaman sekali.

“Ava, jangan pernah mempertanyakan hal itu, aku tidak suka. Kamu tidak perlu mencampuri urusan pribadiku,” hardik Tuan Ansell dan seketika langsung membuat kepala Ava tertunduk.

“Ma-maafkan saya, Tuan,” kata Ava seraya menundukkan pandangannya.

Brak!

Seseorang membuka pintu dengan sangat lantang sekali hingga membuat Tuan Ansell dan juga Ava langsung mengalihkan atensi mereka pada seseorang yang baru saja masuk ke dalam ruangan ini, itu adalah Mark. Memangnya siapa lagi orang yang berani masuk ke dalam ruangan ini tanpa menunjukkan sopan santun sedikitpun selain teman Ansell itu.

“Siapa yang mengijinkan kau untuk masuk ke dalam ruanganku tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu,” bentak Tuan Ansell pada sahabat kurang ajarnya itu.

Ava langsung beranjak berdiri kemudian berpindah duduk di kursi yang ada tepat di hadapan Tuan Ansell. Niat hati Ava ingin membiarkan Mark untuk duduk dengan Tuan Ansell sedangkan dirinya dudu sendiri, tetapi yang tidak disangka ternyata Mark justru menghempaskan tubuhnya tepat di ruang kosong samping Ava.

“Sejak kapan aku harus menunggu izin mu untuk masuk ke dalam ruangan ini, Ansell,” jawab Mark dengan santai. Lelaki itu menatap ke arah Ava yang juga melihatnya kemudian dengan iseng Mark mengedipkan satu matanya pada Ava hingga membuat gadis itu salah tingkah kemudian membuang pandangannya ke arah lain.

“Sialan! Berani sekali dia menggoda istriku,” umpat Ansell di dalam hatinya.

Mark menarik seringai di bibirnya ketika menyadari jika tatapan Ansell mulai menajam, hal itu menunjukkan jika sahabatnya itu tak menyukai jika dirinya dekat dengan Ava. Membuat Mark semakin ingin menggodanya. Mark menatap ke arah rantang makanan yang kini ada di hadapannya kemudian ia berkata,

“Apakah ini adalah masakan buatan kamu, Ava?” tanya Mark.

“Iya, Tuan,” jawab Ava sembari menatap Mark. Lelaki ini tidak kalah tampan dari suaminya. Itulah yang sekarang sedang ada di dalam pikiran Ava.

Mark menggelengkan kepalanya kemudian berkata, “Ava jangan panggil aku dengan sebutan Tuan, itu membuat kita memiliki jarak yang sangat jauh sekali, bagaimana jika kau memanggilku dengan sebutan nama saja, panggil aku Mark,” pinta Mark pada Ava sembari melirik ke arah Ansell. Kedua alis sahabatnya itu mulai berkerut sekarang dan itu membuat Ansell ingin meledakkan tawanya, tapi ia tahan, ekspresi Ansell yang seperti ini sungguh terlihat begitu lucu sekali.

Ava menggelengkan kepala membuat Mark langsung memasang wajah sedih, Ava yang tak pernah suka jika melihat ada orang bersedih pun langsung membuka suara, “Mark,” kata Ava masih canggung.

“Astaga, nada suaramu itu terdengar begitu lembut sekali mirip seperti cake yang baru saja matang dari oven,” kata Mark sembari mengedipkan kembali matanya pada Ava.

“Astaga! Mark, jangan mengedipkan sebelah mata kamu lagi padaku, atau aku akan jatuh cinta padamu,” kata Ava bercanda, Ava tersenyum manis sekali, entah mengapa ia mulai nyaman ketika berada di dekat Mark karena pembawaan lelaki ini yang begitu santai sekali dan juga humoris tentunya, berbeda dengan Tuan Ansell yang selalu memasang wajah datar.

“Astaga! Kau cantik sekali Ava, bagaimana jika kau tinggalkan Ansell dan menjadi istriku, bisa aku janjikan hunian mewah dan juga sikapku akan romantis padamu,” kata Mark sembari mendekatkan wajahnya pada Ava.

Habis sudah kesabaran Ansell sekarang. Lelaki itu langsung beranjak berdiri dari posisi duduknya tanpa aba-aba Ansell langsung mendudukkan tubuhnya di antara Ava dan juga Mark hingga membuat kedua orang itu seketika langsung terjingkat kaget.

“Minggir!” perintah Ansell yang mulai merasa kesempitan karena berada diantara keduanya. “Pindah duduk di sana saja, di sini sempit,” kata Ansell sembari mendorong tubuh Mark hingga lelaki itu beranjak berdiri dari posisi duduknya dengan paksa.

“Kau itu yang seharusnya pindah, kenapa juga malah menyela diantara kami,” gerutu Mark dengan sengaja.

“Diantara kali? Dia ini istriku, jadi siapa yang menjadi pengganggu di sini?” tanya Ansell balik dengan menaruh satu tangannya melingkar di pundak Ava.

Ava hanya diam tanpa berniat untuk membuka suara, ia membiarkan saja kedua lelaki itu berbicara seenaknya, Ava hanya menyimak saja dengan wajah polosnya.

“Oh ... jadi dia istrimu,” kata Mark santai dan dengan air muka yang nampak begitu menyebalkan sekali.

“Sudah jangan banyak bicara dan segera keluar dari tempat ini, kedatangan kamu tidak di undang!” kata Ansell.

“Ava, ayo pulang bersama denganku,” ajak mark tanpa perduli dengan tatapan tajam yang sekarang sedang ditujukan Ansell padanya.

Ava melihat Mark, lalu menatap ke arah Tuan Ansell dengan wajah polosnya. “Bolehkah aku pulang dengan Mark?” tanya Ava. Sepertinya Ava tidak sadar jika ia baru saja melemparkan setitik api pada genangan bensin.

Darah Ansell berdesir sekarang, ia tak habis pikir dengan Ava. Apakah wanita ini tak bisa membaca air muka marahnya hingga masih berani meminta ijin untuk pulang bersama dengan lelaki lain.

“Tidak.” Ansell berbicara mantap.

Ava menganggukkan kepalanya mengeti. “Mark, kau pulang sendiri saja, Tuan Ansell tidak mengijinkan aku,” jawab Ava polos.

“Dia memanggil Mark dengan sebutan nama, tetapi memanggil aku-suaminya dengan sebutan Tuan,” gerutu Ansell yang mulai merasa terganggu ketika mengetahui jika Ava memanggilnya dengan sebutan Tuan, itu sebutan antara bawahan dan juga majikan, tapi mereka berdua adalah suami-istri.

“Baiklah jika begitu,” jawab Mark seraya beranjak berdiri. “Ansell, bagaimana jika aku pulang menunggu selesai makan siang saja, aku begitu ketagihan dengan makanan buatan Ava.” Mark masih ingin menggoda sahabatnya itu lebih lama lagi.

“Mark! Keluarlah sekarang atau aku akan memberikan pelajaran untukmu.” Sembur Ansell yang suka mulai emosi.

“Baiklah, aku akan keluar sekarang.” Setelah bicara Mark langsung melenggang pergi dari ruangan ini dengan hati yang puas sekali.

Ansell melirik ke arah Ava yang ada di sampingnya dengan mata menajam. Ava langsung menggeser posisi tubuhnya menjauh. Ansell membaringkan tubuhnya di sofa, tangannya menarik tangan Ava hingga posisi wanita itu ada di atasnya sekarang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!