Aku Bukan Manusia Laba-laba

“Andaikan saja wanita yang aku nikahi adalah Bar-bara, maka aku akan sangat bahagia sekali, tapi wanita sialan itu yang menjadi istriku dan aku juga harus bersikap baik padanya, karena ternyata Papa begitu menyayanginya,” gerutu Ansell sebelum ia membuka pintu ruangan kamarnya.

Ansell masuk ke dalam ruangan kamarnya, ia begitu terkejut ketika melihat ke arah seorang wanita yang kini sedang tidur dengan posisi meringkuk di atas sofa yang letaknya ada di bawah kaki ranjangnya.

“Seharusnya aku yang menghindarinya, tapi ternyata dia yang menghindariku lebih dulu,” gerutu Ansell. Ia tak suka jika melihat ada wanita yang mencoba untuk menghindarinya, karena hanya Ansell saja yang boleh melakukannya.

“Aku sungguh berharap kalau dia jatuh,” gerutu Ansell dengan kaki yang hendak melangkah melewati sofa karena ia akan berjalan menuju ke kamar mandi, tidak di sangka doanya seakan terkabul.

Kini Ava membalikkan posisi tidurnya dan kepalanya hampir saja kepalanya jatuh dari atas sofa, tapi Ansell melesat cepat bak supermen, ia memegangi kepala Ava, detik berikutnya Ansell sadar jika ia tak harus melakukan hal ini, kenapa juga harus peduli dengan apa yang terjadi padanya. Wanita ini juga mau menikah dengannya karena mendapatkan banyak uang. Kira-kira seperti itulah yang sekarang sedang Ansell pikirkan.

Ansell menghempaskan kepala Ava ke atas sofa hingga membuat sang empunya terbangun paksa dari tidur nyenyaknya. Ava membuka manik matanya, lamat-lamat sosok yang ada di hadapannya mulai terlihat jelas, Ansell-lelaki yang tak ia sukai kini memenuhi kornea matanya, mereka berdua berada di jarak yang cukup dekat  sekali, Ava segera mendudukkan tubuhnya dengan tangan memegangi kepalanya yang terasa pusing karena bangun mendadak seperti ini.

"Ad-ada apa Tuan?” tanya Ava.

Ansell yang sadar jika ia masih di posisi yang sama, yaitu berjingkok di depan sofa, pun segera bangkir berdiri, membenarkan posisi bajunya, menatap Ava dengan tajam. “Kau itu kalau tidur yang benar, jika nanti kau sampai jatuh ke lantai, maka Papa akan memarahi aku, karena ia menduga jika dirikulah dalang di balik kejadian itu,” gerutu Tuan Ansell. “Baru bangun tidur saja cantik,” batin Ansell di dalam hati. Sial-sial! Kenapa juga Ansell malah terpesona padanya, sepertinya ini efek dari minuman beralkohol  yang ia konsumsi dari club malam bersama dengan Mark tadi.

“Tuan bisa bicara baik-baik, kenapa malah membangunkan aku dengan cara seperti itu, leherku masih terasa nyeri,” gerutu Ava jujur dengan tangan yang memijat lehernya sendiri.

“Sudah jangan banyak bicara, kau boleh tidur di mana saja atas jangan di atas ranjang, jangan juga di sofa atau di lantai.” Setelah bicara Ansell pergi begitu saja meninggalkan Ava sendirian dengan kebingungannya.

“Tidak boleh tidur di sofa, di lantai juga tak boleh, bahkan di atas ranjang juga nggak boleh. Apakah lelaki kurang waras itu mengira jika aku adalah makhluk astral hingga bisa tidur dengan posisi mengambang di udara,”  gerutu Ava dengan rahang yang mengeras. Sikap Ava ini dominan sekali bisa dia sesuaikan dengan kondisinya, jadi kalian semua jangan heran.

Beberapa saat kemudian.

Ansell merasakan jika ia sudah tidak bisa menahan untuk buang air kecil, ia mulai mengarahkan tangannya untuk mengucek kedua matanya setelah itu Ansell beranjak berdiri, ia mengedarkan pandangan ke sekitar dan melihat jika Ava tak ada di lantai maupun di sofa.

“Pergi ke mana wanita itu?” tanya Ansell pada dirinya. “Kenapa juga aku peduli malah lebih baik jika dia keluar dari ruangan kamarku.” Sikap tak acuh Ansell mulai kambuh lagi.

Ansell buru-buru masuk ke dalam kamar mandi, ia melangkah menuju ke sudut untuk membuang racun yang ada di tubuhnya. Ava yang sedang terlelap didalam tidurnya pun mulai mengerjapkan kedua manik matanya saat ia menyadari jika ada suara gemericik air di dalam kamar mandi ini.

"Hua ..." teriak Ava dengan begitu kencang ketika manik mata polosnya melihat ke arah batang panjang yang mengeluarkan air.

Sedangkan Ansell yang masih fokus membuang racun di tubuhnya begitu kaget sekali, ia menoleh dan melihat ke arah Ava yang ternyata ada di beth up. Ansell menyelesaikan ritualnya kemudian melangkah menghampiri ke arah wanita aneh itu dengan tatapan mengintimidasi.

“Kau berani sekali mengintip aku, dasar wanita mesum,” maki Ansell pada Ava. “Kenapa dia mengintip aku dengan membawa selimut dan juga bantalnya ke beth up,” batin Ansell merasa ada yang ganjil.

Ava menjauhkan tangannya dari wajah, menatap ke arah lelaki di hadapannya tak kalah tajam, ia merasa kesal sekarang. “Tuan, aku tidak sedang mengintip kau, aku sudah lebih dulu ada di dalam kamar mandi sebelum kau datang dan mempertontonkan hal menjijikkan seperti itu tepat di hadapanku,” jawab Ava balik. “Sekarang siapa yang mesum?” tanya Ava balik pada Tuan Ansell dengan senyuman penuh kemenangan.

“Tentu saja kau yang salah, kenapa juga tidur di dalam kamar mandi, apakah Papa tidak salah memilihkan wanita kurang waras ini untuk jadi istriku,” hardik Tuan Ansell balik tak mau kalah, perdebatan ini harus dimenangkan olehnya. Harus.

“Siapa yang kurang waras?” tanya  Ava.

“Kau,” balas Tuan Ansell.

Ava menarik salah satu senyumannya, seakan tersirat maksud dari pertanyaannya pada Ansell tadi. “Kau meminta aku untuk tidak tidur di lantai, di sofa dan juga di ranjang,” kata Ava menghitung dengan jarinya. “Apakah kau lupa jika aku ini manusia biasa dan bukan manusia laba-laba yang bisa membangun sarang di sudut rumah dengan jaring-jaringnya," hardik Ava balik dengan kedua mata yang sudah menajam sempurna. Ava merasa senang ketika melihat lelaki yang ada di hadapannya hanya bisa diam tak berkutik.

“Jangan banyak bicara! Tidur di ranjang bersama denganku!” titah Ansell.

“Tidak, tidur di kamar mandi jauh lebih nyaman dan juga aman,” jawab Ava menolak.

“Sialan! Dia pikir siapa dirinya berani menolak perintah yang aku berikan,” batin Tuan Ansell dengan melihat ke arah Ava dengan mata tajamnya.

Nyali Ava langsung menciut ketika melihat lelaki itu menatapnya dengan penuh intimidasi seperti ini, Ava buru-buru keluar dari kamar mandi dengan tangan membawa selimut dan juga bantalnya ikut serta. Ansell menendangkan kakinya ke udara seakan ia sedang menendang bokong istri menyebalkannya itu.

Kini keduanya sudah ada di atas ranjang.

“Jangan sampai kau tidur dengan posisi mendekati aku! Aku tak suka dekat-dekat dengan wanita seperti kau,” ujar Tuan Ansell memberikan peringatan keras untuk Ava.

“Tapi pas kemarin malah nyosor gitu aja,” gerutu Ava dengan suara yang lirih, tapi ternyata Ansell masih bisa mendengarnya.

“Kemarin Papa sengaja memasukkan obat kedalam minumanku, jadi kau jangan salah sangka," jelas Ansell.

"Oh ...." jawab Ava ber’o ria. “Moga saja kau tak ingkar janji, Tuan,” batin Ava dengan posisi tidur yang sudah membelakangi Tuan Ansell sekarang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!