Setelah selesai berolah raga dengan Papa mertuanya, Ava kembali masuk ke dalam ruangan kamarnya. Ia melihat ke arah Tuan Ansell yang saat ini sedang duduk di balkon kamar seraya menyeruput satu cangkir yang Ava percayai isinya adalah kopi. Lelaki itu melirik ke arah Ava dan membuat Ava buru-buru melangkah masuk ke dalam kamar mandi guna untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket karena habis olah raga pagi.
Kini Ava, Tuan Ansell dan juga Tuan Sam sedang duduk di meja makan, tak ada perbincangan yang terjadi diantara ketiganya hingga terdengar suara garpu dan juga sendok yang saling bersentuhan satu sama lain. Tuan Sam sudah menghabiskan makanan dalam piringnya dan begitu juga dengan Ava, kemudian Tuan Ansell juga menghabiskan makanan yang ada di dalam piringnya hingga tak tersisa lagi.
“Makanan kali ini terasa lezat sekali tak seperti biasanya, padahal jika dilihat bahan yang digunakan juga tak terlalu banyak,” kata Ansell jujur.
“Ava, kalau begitu kamu nanti buatkan makanan untuk suami kamu dan antar langsung ke perusahaan, nanti akan ada supir yang langsung mengantarkan kamu ke perusahaan,” pinta Tuan Sam pada Ava.
Ansell langsung melihat ke arah Ava dengan mengerutkan keningnya. “Kenapa dia harus mengantarkan makanan untukku? Aku juga tak mau melahap masakannya, pasti rasanya tidak akan seenak makanan buatan koki rumah kita,” kata Ansell menolak secara terang-terangan jika ia tak mau makanan buatan istrinya sendiri.
Tuan Sam menarik seringainya lalu berkata, “makanan yang ada di atas meja ini adalah buatan istri kamu, dia bahkan membagikan resep rahasiannya pada koki rumah kita,” jawab Tuan Sam. Ada senyuman puas si wajah Tuan Sam sekarang ketika melihat Ansell membulatkan kedua matanya seakan tak percaya dengan apa yang barusan Papanya itu dengar.
“Papa jangan bercanda dengan Ansell, mana mungkin dia yang membuat makanan ….” Ucapan Ansell terhenti ketika ia melihat ke arah Ava yang menganggukkan kepalanya seakan wanita itu mengiyakan jika masakan yang ada di atas meja adalah buatannya.
Semalam Ava meracik semua masakan itu hingga pagi hari para koki hanya tinggal membuatnya saja. Dan pagi hari tadi setelah olah raga dengan Tuan Sam, Ava langsung pergi ke dapur untuk mengecek hasil masakan para koki apakah sesuai dengan yang ia inginkan. Ternyata semuanya sempurna bahkan rasa makanan itu mirip seperti apa yang Ava buat ketika masih berada di rumah Mama tirinya.
“Papa tak akan pernah salah memilihkan kamu seorang istri, karena papa ingin kamu mendapatkan wanita yang terbaik dan contohnya seperti Ava,” kata Tuan Sam sembari mengulas senyuman manis ketika ia melihat ke arah Ava yang kini sedang menundukkan kepalanya.
Ansell hanya diam tak membuka suara. Karena Ava memang berbeda dengan wanita lain, ia bisa menjaga kesuciannya, bahkan Bar-bara, wanita yang Ansell cintai pun tak bisa menjaga kesuciannya, hanya saja Ansell terlalu mencintai wanita itu hingga ia tak mempermasalahkan semuanya dan tak perduli dengan masa lalu kelam Bar-bara.
***
Dengan mengenakan dress rumahan, Ava menenteng rantang makanan di tangannya. Ia melangkah keluar dari rumah ini tapi suara Ani mengurungkan niatnya itu. Ava menghentikan langka kakinya, menoleh ke arah Ani yang sudah berada di belakangnya.
“Ada apa?” tanya Ava sembari melihat ke arah Ani dengan tatapan bingung.
“Apakah Nona akan pergi ke perusahaan sekarang?” tanya Ani dengan kepala yang tertunduk.
“Ya, memangnya kenapa?” tanya Ava balik pada Ani.
“Sebaiknya Anda ikut saya sebentar Nona, karena ini perintah sari Tuan Sam secara langsung,” kata Ani seraya mengharapkan tangannya supaya Ava kembali masuk ke dalam rumah.
“Nanti aku bisa terlambat mengantarkan makanan ini, Ani.” Ava menolak.
“Saya mohon,” ujar Ani semakin membungkukkan badannya.
Di tempat lain.
Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Mark langsung saja masuk ke dalam ruangan Ansell. Mark melihat jika kini Ansell sedang sibuk berkutat dengan setumpuk berkas yang ada di atas mejanya, terlihat beberapa kali lelaki itu memijat pelipisnya karena merasa pusing ketika melihat begitu banyak angka yang berjejer memusingkan di setiap berkas yang ia buka.
“Ansell, kau tak ingin menawarkan minuman padaku? Aku adalah tamu,” kata Mark pada Ansell setelah lelaki itu menghempaskan pantatnya di sofa.
Ansell mulai mengangkat pandangannya melihat kea rah Mark lalu berdecih, “Kau tak pantas di sebut sebagai tamu, tapi paling tepatnya kau jauh lebih pantas disebut sebagai pengganggu,” kata Ansell dengan tatapan tak ramah. Sahabatnya itu selalu saja datang di saat yang tidak tepat contohnya seperti sekarang ini ketika Ansell lagi pusing karena terlalu banyak kerjaan.
“Ayolah Ansell, kau jangan bekerja termasuk bak kuda yang sedang di pacu oleh sang empunya, perusahaan ini adalah milik Papa kau, kenapa ahrus bekerja seserius itu. Santai sajalah,” kata Mark seraya beranjak berdiri kemudian lelaki itu melangkah menuju ke kulkas yang ada di dalam ruangan ini kemudian mengambil satu kaleng minuman beralkohol dari dalam sana.
“Aku bukan seperti kau, yang selalu mengandalkan semua pada bawahanmu,” kata Ansell.
Mark melangkah mendekat ke arah Ansell, lalu duduk di meja Ansell dan mereka saling berhadapan, “Sudah hampir tiba waktunya jam makan siang, ayo kita makan terlebih dahulu,” ajak Mark. Mark menggoyangkan botol kaleng yang ada di tangannya kemudian meneguk isinya hingga tandas dan membuangnya ke segala macam arah.
“Mark, ini bukanlah kantor kau yang penuh dnegan sampah, ini adalah kantorku jadi cepat pungut kaleng itu dan buanglah ke tempat yang seharusnya!” perintah Ansell yang memang trak pernah suka jika ruangan kerjanya kotor.
Mark bukannya marah lelaki itu malah tertawa terbahak setelah melihat Ansell marah padanya. Mark mencondongkan tubuhnya ke arah Ansell hingga membuat Ansell langsung bergidik jijik dan memundurkan kursi kerjanya. Mark yang melihat wajah jijik sahabatnya bukannya berhenti malah semakin ingin menjahili Ansell.
“Sayang, kenapa kau menjauh, ayo kita bermain, sepuluh atau dua puluh ronde juga aku sanggup melayani,” kata Mark dengan menirukan gaya wanita jadi-jadian. Mark dengan iseng langsung beranjak berdiri dari posisi duduknya, ia segera duduk di pangkuan Ansell.
“Ya, Tuhan. Dosa apa aku di masa lalu sehingga memiliki sahabat yang gila sepertinya,” kata Ansell meratapi nasibnya yang memiliki setengah gila seperti ini.
Ansell hendak menjatuhkan Mark yang dengan berani duduk di pangkuannya, tapi di saat yang sama pintu ruangan ini terbuka. Mark dan juga Ansell menatap ke arah pintu ruangan ini yang terbuka lebar.
Ava melongo dengan kedua mata yang mengerjap-ngerjap ketika melihat sang suami sedang memangku seorang lelaki dengan begitu mesra.Ava membanting pintu ruangan ini hingga tertutup kembali karena takut melihat apa adegan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
andiva putri
GK kebayang pas ava ngelihat itu
2023-08-10
0