Kemarahan Tuan Ansell

Ansell melihat ke arah Ava yang terus saja dipukuli oleh kedua wanita itu secara membabi buta, Ansell mengeraskan rahangnya dengan kedua tangan yang terkepal begitu kuat, iya tak bisa membiarkan hal ini berani sekali ada orang yang mencoba untuk melukai istrinya.

Ansell berlari mendekati kedua wanita itu ia langsung menarik tangan salah satu wanita kemudian mendorongnya lalu menarik salah satu wanita yang jauh lebih tua dari usia wanita sebelumnya agar menjauhi istrinya. Ansell kini bisa melihat dengan begitu jelas jika Ava menatapnya dengan wajah datar, tubuh wanita itu bergetar dengan begitu hebat tetapi ia tidak meneteskan air matanya seakan sang istri sudah terbiasa mendapatkan pukulan semacam ini sebelum menikah dengannya.

Ansell mengalihkan atensinya melihat ke arah kedua wanita yang tadi sempat memukuli istrinya, kilatan api emosi tergambar dengan begitu jelas dari kedua manikmatannya yang seakan mengeluarkan laser yang siap mencabik-cabik tubuh wanita di hadapannya.

"Berani sekali kalian menyentuh istriku!" bentak Ansell dengan nada suara setengah tertahan di tenggorokan. Rahang lelaki itu mengetap terlihat urat nanti berdenyut di keningnya menandakan emosi yang coba ia tahan karena mengingat kedua wanita yang ada di hadapannya adalah bukan seorang lelaki.

Emma dan juga Maria saling menatap satu sama lain, jantung mereka berdetak dengan begitu kencang sekali karena tak pernah terpikirkan oleh keduanya jika Tuan Ansell akan muncul dan membela wanita sialan itu!

"Gunakan kecantikanmu untuk memikat hati Tuan Ansell, kau jauh lebih pantas mendapatkannya daripada wanita sialan itu, jika kau bisa merebut hati Tuan Ansell maka semua masalah ini akan terselesaikan begitu saja," bisik Maria di dekat telinga putrinya.

Tubuh Emma masih bergetar karena kaget tetapi ia tentu bisa mencerna apa yang sang Mama katakan padanya barusan. Emma segera mengubah air mukanya yang judes menjadi sedih, bahkan bulir air mata juga turun dari kedua pipinya dengan begitu mudah.

"Tuan, aku begitu merindukan adikku, aku datang untuk menyapanya tetapi dia bersikap kasar padaku, lihatlah dia bahkan sempat mencakar lengan tanganku hingga berdarah," ujar Emma sembari menunjukkan lengan tangannya yang berdarah dan itu memang bekas cakaran Ava.

Tuan Ansell menatap dengan wajah datar bibir lelaki itu juga tak terbuka lama sekali seakan ia mencoba untuk mendengarkan apa yang Emma coba jelaskan padanya.

"Tuan, aku memang melakukan hal itu tetapi percayalah jikalau mereka yang lebih dahulu menyerangku bahkan mendorongku," kata Ava. Hatinya tak terima difitnah seperti ini di hadapan suaminya, tidak masalah jikalau Tuan Ansell tidak mencintainya tetapi bagi Ava pernikahan ini sah secara agama dan juga hukum di negara ini maka ia akan memperlakukan suaminya dengan sangat baik meskipun lelaki itu ingin selalu menjauh darinya.

"Aku percaya padamu dan kau tak perlu menjelaskan apapun," jawab Tuan Ansell sembari melirik ke arah Ava.

"Tuan, bagaimana mungkin anda percaya dengan wanita sialan itu begitu saja," kata Emma mencoba untuk mempengaruhi pikiran Tuan Ansell.

"apakah aku harus percaya kepada kedua wanita berhati iblis yang sudah tega menjual anak tirinya sendiri kepada seorang lelaki paruh baya.

Pernahkah kalian berpikir jikalau sampai Ava jatuh ke tangan lelaki hidung belang maka kehidupannya akan hancur." Ansell berbicara sembari menatap tajam ke arah kedua wanita yang ada di, ingin sekali rasanya ia melayangkan tinjunya di wajah kedua wanita itu tetapi Ansell tidak bisa melakukannya.

Emma dan juga Maria Hanya Dia membeku di posisinya mereka tidak menduga jikalau Tuan Ansell ternyata sudah mengetahui semuanya.

Hati Ava seketika menghangat setelah ia mendengarkan apa yang suaminya itu katakan, sekujur tubuhnya terasa remuk redam akibat pukulan Emma dan juga Maria, tapi hatinya justru berbunga-bunga karena suaminya membela dan juga percaya padanya bahkan kini lelaki itu juga mulai memikirkan tentang nasibnya.

"Untuk kali pertama aku melihat ada orang yang menghawatirkanku seperti ini semenjak mendiang Papaku meninggal dunia," batin Ava dengan tatapan mata yang tidak lepas menatap sang suami.

"Ava," panggil Tuan Ansell.

"Ya," jawab Ava dengan posisi yang masih duduk di aspal karena kakinya terasa sangat sakit sekali untuk digerakkan bahkan mungkin ia tak bisa berdiri menggunakan kedua kakinya sekarang.

"Aku tak bisa membalas mereka," kata Tuan Ansell ambigu, sekarang bisakah kau yang melakukannya." Tuan Ansell kembali teringat gumaman Ava waktu itu. Pasti ini adalah nama yang pernah Ava sebutkan 'Emma, Maria aku akan membalas dendam padamu' itulah kata yang pernah Ansell dengar hingga membuatnya merasa penasaran Dan kini ia sudah melihat sendiri kekejaman yang telah kedua wanita itu lakukan pada istrinya.

"Aku akan melakukannya!" jawab Ava sembari menatap tajam ke arah Emma dan juga Maria.

"Kau ingin aku melakukan apa pada mereka?" tanya Tuan Ansell.

Emma dan juga Maria hampir tak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang, lelaki itu membela Ava bahkan mau diperintah olehnya sungguh hal ini tidak pernah ada dalam rencana kedua wanita itu. Sepertinya Emma hanya akan bisa memiliki Tuan Ansel di dalam mimpinya saja karena kenyataannya lelaki itu tak mau menatapnya satu detik pun.

"Aku ingin mereka tidak mendapatkan pekerjaan dan hidup terunta-runta di jalanan," kata Ava. "Aku ingin mereka mendapatkan hinaan jauh melebihi apa yang pernah mereka lakukan padaku," sambung Ava dengan nada suara bergetar di ujung lidahnya.

"Jeff apa kau mendengar ucapan istriku?" tanya Ansell.

"Akan saya laksanakan," jawab Jeff yang ternyata kini sudah berdiri di belakang Tuan Ansell. Netra tajam Jeff melihat ke arah kedua wanita yang ada di hadapannya ini bak musuh bebuyutan.

"Ava kau tak bisa melakukan ini kepada kami, Ava kami minta maaf," kata Maria dan juga Emma mencoba untuk merayu Ava agar mencabut ucapannya sebelumnya.

"Jika kalian tidak renyah dari tempat ini maka aku akan memilih menjebloskan kalian ke dalam penjara, kalian akan membusuk di dalam penjara selama-lamanya," ancam Tuan Ansell.

Maria dan juga Emma tidak berpikir kedua kali. Kedua wanita itu langsung berlari menjauh dengan kebencian yang semakin bertambah besar pada Ava.

Ava menatap nanar ke depan berulang kali ia mencoba mengecat mengerjap-ngerjapkan kedua matanya supaya bulir bening itu tak sampai jatuh di kedua pipinya. Ava mencoba untuk beranjak berdiri tetapi ia tak bisa melakukannya, bergerak sedikit saja kakinya yang sempat diinjak oleh Emma berdenyut nyeri sekali.

Ava mengangkat pandangannya melihat ke arah Tuan Ansell, lelaki itu menatapnya dengan wajah yang datar dan ia tak mungkin meminta bantuannya, pun Ava mulai mengalihkan atensinya pada seorang lelaki yang berdiri satu langkah di belakang sang suami.

"Jeff, tolong bantu aku untuk beranjak berdiri," pinta Ava dengan polos.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!