Aku Takut Mencintaimu Tuan

Keringat jagung seketika langsung membasahi kening asisten malang itu setelah mendengarkan permintaan dari Nona mudanya. Jeff tidak berani mengangkat pandangannya melihat ke arah sang majikan karena saat ini lelaki itu pasti menatapnya tajam.

"Berani sekali meminta orang kepercayaanku untuk membantunya!" maki Ansell di dalam hati karena merasa geram melihat sang istri.

"Asisten Jeff apakah kamu tidak mendengar permintaanku barusan?" tanya Ava.

Rahang Tuan Ansell semakin mengeras lelaki itu melirik ke arah asisten handalnya lalu berkata, "Jeff! Pergilah perusahaan lebih awal aku akan berangkat sendiri nanti!" perintah Tuan Ansell.

"Baik Tuan," jawab asisten Jeff. Asisten Jeff langsung menghela nafas lega setelah mendengarkan perintah dari majikannya, hatinya merasa sangat bahagia seakan baru saja lolos dari hukuman mati.

Ava yang melihat Asisten Jeff masuk ke dalam mobil segera menatap ke arah Tuan Ansell dengan berkata, "Jika Asisten Jeff pergi lalu siapa yang akan membantu aku? Jarak dari tempat ini ke rumah sangatlah jauh sekali, aku tak mungkin merayap seperti cicak ke sana," ujar Ava dengan kepala yang tertunduk.

"Astaga si bodoh ini benar-benar tidak menganggap keberadaanku," umpat Tuan Ansell di dalam hatinya.

Lelaki itu buru-buru membungkukkan sedikit tubuhnya lalu membopong sang istri. Ava begitu terkejut sekali ketika mengetahui jika tubuhnya melayang di udara dan ia pun bisa menebak siapa yang melakukannya, hanya saja Ava tidak menyangka jika Tuan Ansell mau membantunya.

"Kenapa kau tadi tidak meminta bantuanku?" tanya Tuan Ansell dengan melangkahkan kakinya dan menatap lurus ke depan.

beberapa wanita yang melewati mereka pun merasa iri sekali karena melihat keromantisan keduanya. Para wanita itu tidak tahu jikalau ada tragedi yang terjadi sebelum keromantisan itu mereka lihat.

"Saya sempat berpikir untuk meminta bantuan kepada anda, tetapi ketika melihat wajah Anda nampak datar seakan tidak peduli dengan apa yang saya rasakan. Pun Saya tidak berani meminta bantuan kepada anda karena takut ditolak," jawab Ava jujur.

Tuan Ansell hanya diam, mendengarkan apa yang Ava ucapkan tanpa menjawabnya.

"Sikap Tuan Ansell, sungguh terlihat begitu aneh sekali," batin Ava.

setelah sampai di rumah Tuan Ansell langsung meminta pada Ani untuk menghubungi dokter kepercayaan keluarga Almero. Ava menolak untuk diperiksa karena menurutnya hanya butuh istirahat beberapa hari saja maka kakinya akan bisa digerakkan kembali, tetapi Ansell tentu saja tidak menggublis apa yang istrinya itu katakan.

2 jam kemudian.

Kaki Ava yang terluka kini sudah diperban dan wanita itu duduk berselonjor di atas ranjang. Dokter mengatakan jika kaki Ava baik-baik saja, kondisi kakinya tidak terlalu parah jadi tak perlu dibawa ke rumah sakit dan hanya perlu melakukan istirahat. Kaki Ava hanya terkilir saja.

Ava mulai mengibas-ngibaskan baju olahraga yang masih ia kenakan, iya ingin sekali melangkah ke kamar mandi tetapi sang dokter mengatakan jikalau kakinya yang terluka tidak boleh sampai menumpang berat badannya karena hal itu malah akan menjadi lukanya bertambah parah dan bukannya sembuh.

Tuan Ansell sudah nampak rapi dengan jas kerjanya, lelaki itu melangkah mendekati Ava dan ia melihat jika sang istri merasa tidak nyaman mengenakan baju olahraga.

"Tubuhnya pasti merasa lengket," batin Tuan Ansell yang seakan sudah bisa menebak pemikiran istrinya.

"Apakah kau mau pergi ke kamar mandi?" tanya Ansell setelah berdiri di samping ranjang sang istri.

"Panggilkan Ani saja, biar dia yang membantuku nanti," jawab Ava. Ia ingin merepotkan suaminya karena sekarang lelaki itu sudah siap berangkat kerja dan penampilannya juga sudah nampak rapi sekali.

"Biar aku saja yang membantumu," jawab Tuan Ansell.

Tanpa menunggu sahutan dari Ava. Lelaki itu langsung membopong istrinya kemudian membawa sang istri menuju lemari pakaian, Ava membuka lemari pakaian itu lalu mengambil baju ganti dan juga pakaian dalam, dengan kedua pipi yang sudah merona merah wanita itu menyembunyikan pakaian dalamnya di dalam baju ganti karena tidak ingin sang suami melihatnya.

"Aku sudah pernah melihat setiap inci tubuhmu jadi tak perlu menutupi benda-benda itu di hadapanku lagi karena aku sudah pernah melihat isinya berkali-kali bahkan sampai tak bisa ku hitung," ujar Ansell. Entah mengapa ia merasa sangat senang sekali ketika menggoda Ava, wajah sang istri yang nampak malu-malu sungguh menggemaskan sekali.

"Tuan, jangan bicara seperti itu," kata Ava dengan kepala yang tertunduk.

"Kau manis sekali," puji Tuan Ansell.

Ava mengangkat pandangan melihat ke arah suaminya semenjak mereka menikahi ini untuk kali pertama Tuan Ansell memujinya seperti itu bahkan akhir-akhir ini sikap Tuan Ansell juga nampak jauh lebih baik dari sebelumnya.

"Tuan, jika Anda p terus bersikap seperti ini maka saya takut akan jatuh cinta pada anda dan nantinya cinta itu akan membuat saya terkubur di dalam kesedihan, Anda menikah dengan saya karena terpaksa dan orang seperti saya tak akan pernah bisa bersanding dengan anda apalagi mendapatkan cinta anda," batin Ava dengan kepala yang tertunduk sedih.

"Ansell melihat ke arah sang istri wajahnya pun kembali datar seperti biasanya. Apakah kedua wanita itu sering menyiksamu dan juga menghukum mu?" tanya Tuan Ansell.

"Ya, aku menjadi pelayan di rumahku sendiri sejak Papaku menikah dengannya," jawab Ava. Air matanya jatuh menetes di pipi. Ansell yang melihat akan hal itu menggertakkan giginya seakan ia siap mengoyak tubuh kedua wanita itu ketika ada di hadapannya.

"Pantas saja dia tadi tidak menangis ketika mendapatkan perlakuan kejam dari kedua wanita sialan itu, tapi kini Dia meneteskan air matanya di hadapanku," batin Tuan Ansell.

Di sisi lain.

"Mama bagaimana ini? Tuan Ansell ternyata membela wanita sialan itu dia bahkan mengabaikan aku begitu saja," kata Emma sembari menghempaskan tubuhnya di sofa ruangan tamu rumahnya. "Aku ingin menggantikan posisi wanita sialan itu, tetapi sekarang harapanku semakin menjauh setelah aku tahu jika ternyata Tuan Ansell justru malah membela Ava," sambung Emma.

"Sayang, kau lupakan saja untuk memiliki Tuan Ansell, apakah kau tidak tahu jika tadi lelaki itu meminta pada apa untuk balas dendam pada kita bahkan wanita kurang ajar itu juga ingin menjadikan kita gelandangan dan hidup terlunta-lunta di jalanan," kata Maria mencoba mengulangi perkataan anak tirinya tadi.

"Apakah Mama takut dengan ancaman wanita sialan itu?" tanya Emma seraya beranjak berdiri dari posisi duduknya dengan gerakan yang kasar. Emma menatap ke arah sang Mama dengan penuh selidik.

"Jika Ava tiada maka kau memiliki kesempatan bersanding dengan Tuan Ansell," ucap Maria dengan kedua tangan yang terkepal kuat.

"Kalau begitu Mama rencanakan sesuatu, Emma ingin bersama dengan lelaki itu dan hanya dia saja yang Emma mau."

Terpopuler

Comments

May Yadi

May Yadi

dasar ulet keket 🙄🙄🙄

2023-05-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!