Bak Burung Di Sangkar Emas

Ansell segera beranjak berdiri dari posisi duduknya setelah ia mendengarkan Ava menyetujui pulang bersama dengan Mark.

"Siapa yang mengizinkanmu pulang bersama dengan lelaki lain?" tanya Ansell pada Ava. Rahang lelaki itu terlihat mengeras kedua matanya juga melihat sang istri dengan penuh intimidasi.

Ava mengalihkan atensinya menatap ke arah Tuan Ansell, Ava mengerutkan keningnya ketika melihat tanggapan yang suaminya itu berikan. Bukankah lelaki itu tidak menyukainya Lalu kenapa dia merasa terganggu ketika mengetahuinya akan pulang bersama dengan sahabatnya? Pertanyaan itu terpikirkan begitu saja di dalam hati Ava.

"Kau jangan salah paham dengan ucapanku," jelas Ansell. "aku hanya tak ingin jika sampai Papa marah ketika mengetahui diriku membiarkanmu pulang bersama dengan lelaki lain," sambung Ansell.

"Ansell aku bukanlah orang lain tetapi aku sahabatmu dan aku juga percaya jika Tuan Sam pasti tak akan pernah mempermasalahkan hal ini," sambung Mark. "teruslah kau berusaha mengelak dari perasaanmu pada wanita itu Ansell, tapi lambat laun kau juga akan mengutarakan perasaanmu dan aku percaya hal itu tiba tak akan lama lagi," batin Mark di dalam hatinya.

"Sudah jangan banyak bicara! Mark keluarlah kau dari ruangan kerjaku apakah kau tak memiliki urusan lain sehingga bisa bersantai-santai di sini seperti pengangguran," hardik Ansell yang langsung mengusir sahabatnya itu.

"Baiklah aku akan pulang ke rumah dan bersantai, padahal tadinya aku berniat mengajak si cantik ini berjalan-jalan terlebih dahulu sebelum aku antarkan dia kediaman Almero." Mark berbicara sembari melambaikan tangannya dan keluar dari ruangan ini begitu saja.

Mark keluar dari ruangan Ansell dengan wajah yang nampak begitu puas sekali, Mark Baru kali ini melihat sahabatnya itu bucin setengah mati. Ketika masih menjalin hubungan dengan Bar-bara, Ansell tak pernah memiliki rasa cemburu yang sebesar ini bahkan sahabatnya itu membiarkan saja jika ada lelaki yang jika dengan Bar-bara tepat di hadapannya. Rasanya Mark sudah tidak sabar melihat sahabatnya itu mengungkapkan isi hatinya kepada wanita polos itu.

Di dalam ruangan Ansell.

"Lain kali jika ada lelaki yang memberikan tumpangan padamu maka jangan pernah kau setujui karena aku tidak mengizinkannya!" kata Ansell sembari melangkah mendekati Ava.

"Saya pikir tidak akan masalah karena dia adalah teman baik Anda, Tuan," jawab Ava.

"Tidak perduli itu teman baikku ataupun keluargaku yang lain asalkan dia Lelaki maka aku melarangmu untuk pergi bersama dengan mereka! Kau itu istriku jadi jangan pernah mencoba untuk menggoda lelaki lain dan tersenyum di hadapan mereka seperti apa yang tadi kau lakukan." Ansell menarik pinggang Av hingga kini jarak diantara keduanya mulai terkikis dengan begitu sempurna.

Tubuh Ava bergetar ketika jarak diantara keduanya melebur. Ia tidak sanggup bersitatap dengan lelaki di hadapannya ini jadi lebih memilih menundukkan kepalanya, menatap lantai marmer berwarna putih ruangan ini jauh lebih menarik baginya.

Ansell mengangkat dagu sang istri menggunakan satu jari telunjuknya, sorot matanya tajam melihat ke arah wanita di hadapannya ini.

"Aku berada di sini dan tidak di bawah sana," tegur Ansell pada Ava.

"Sa-saya tahu Tuan," jawab Ava gugup.

"Jika sampai kau berani mengabaikan perkataanku maka tanggunglah sendiri akibatnya, kau harus ingat jika Papaku membelimu dan sejak saat itu kau menjadi milikku." Ada rasa nyeri yang teramat sangat menusuk relung hati Ava sekarang ini, lelaki itu mengingatkan akan posisinya yang sebenarnya dan Ava kurang menyukai hal itu. Tapi iya hanya bisa diam menelan semua ucapan yang Ansell katakan begitu saja.

"Kenapa ia terlihat sedih? Apakah aku sudah keterlaluan dalam berbicara?" tanya Ansell pada dirinya sendiri.

"Ayo, aku antarkan kamu pulang sekarang." Setelah bicara Ansell langsung melepaskan tangannya dari pinggang Ava, lelaki itu berjalan keluar dari ruangan ini begitu saja.

Ava menyeka satu tetes bulir bening yang lolos dari pelupuk matanya.

***

Ava melangkah masuk ke dalam rumah besar dan megah itu Setelah turun dari dalam mobil milik suaminya. wanita itu berjalan perlahan menaiki anak tangga rumah ini untuk menuju ke lantai atas. Saat ini Ava sudah berdiri di atas balkon kamarnya netranya menyisir setiap inci halaman rumah yang nampak begitu luas sekali seperti apa yang selama ini selalu ada di dalam mimpinya.

Semua kemewahan dan juga kemegahan yang ia dapatkan sekarang nyatanya tidak bisa membuat hatinya tenang dan juga merasa bahagia, Ava justru menginginkan hidup yang sederhana bersama dengan lelaki yang ia cintai namun, kenyataan itu berbanding terbalik dengan apa yang ia rasakan sekarang! Tidak ada lelaki yang ia cintai hanya ada rumah mewah dan juga bergelimang harta tetapi dirinya bagaikan burung yang hidup di sangkar emas.

Setelah merasa lelah karena berdiri terlalu lama akhirnya Ava melangkah masuk ke dalam ruangan kamarnya kemudian membaringkan tubuhnya di atas ranjang.

Beberapa jam kemudian.

Ava mengucap kedua matanya, iya begitu terkejut sekali setelah mengetahui jika kini Tuan Ansell sudah berbaring di sampingnya, lelaki itu nampak sibuk sekali melihat ke arah layar laptop yang ada di pangkuannya sekarang.

"Apakah kau sangat lelah, hingga sampai tak menyadari keberadaanku di sampingmu?" tanya Ansell tanpa mengalihkan tatapannya dari benda pipi yang ada di hadapannya sekarang.

"Bukankah tadi Tuan Ansell kembali ke perusahaan?" tanya Ava seraya mendudukkan tubuhnya.

Tuan Ansell menghentikan jemari tangannya yang tadi sempat menari di atas keyboard, lelaki itu kini melihat ke arah sang istri dengan satu alis yang dinaikkan ke atas. "Ini sudah hampir tiba jam makan malam," jawab Tuan Ansell.

"Astaga, aku ketiduran," jawab Ava. "Kenapa Tuan tidak membangunkan aku? Aku harus membantu para koki untuk membuat makan malam," kata Ava.

"Apakah kau adalah pelayan di rumah ini? Kau adalah istriku, tidak perlu membantu para koki ataupun pelayan untuk mengurus semua kebutuhan rumah ini," kata Ansell. Lelaki ini mungkin melupakan apa yang sempat ia katakan pada Ava sebelumnya.

Seperti Tuan Ansell memiliki kepribadian yang ganda karena sikap lelaki itu berubah-ubah membuat apa bingung sekali menebak isi hatinya. Tapi satu hal yang apa ketahui jikalau lelaki itu tidak menyukainya dan tak akan pernah.

"Tadi siang anda sendiri yang mengatakan jikalau Tuan Sam membeli saya dan karena hal itulah terjadi pernikahan yang tidak kita inginkan, tetapi percayalah andaikan saya bisa memilih sungguh saya tak akan pernah bermimpi untuk menikahi lelaki yang tidak saya kenal dan juga tidak saya cintai." Setelah bicara Ava segera menarik tubuhnya dari atas ranjang mengajak kaki jenjangnya melangkah menyusuri ruangan ini dan menghilang di dalam kamar mandi.

Ansell menatap teduh sisa-sisa jejak bayangan istrinya itu, terdapat rasa tidak nyaman di hatinya sekarang tetapi kenapa? Dan karena hal apa hatinya merasa seperti ini?

Terpopuler

Comments

andiva putri

andiva putri

mulai jatuh cinta kan tuan??? rasakan itu

2023-08-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!