Gradasi senja mulai nampak menghiasi di pagi hari ini, suara nyanyian burung terdengar begitu merdu sekali hingga membangunkan Ava yang sedang terlelap didalam tidurnya. Ava merasakan jika ada yang menindih perut dan juga dadanya hingga terasa berat, perlahan tapi pasti ia mulai membuka kedua manik mata indah itu, kedua maniknya seketika langsung membola penuh ketika menyadari jika kepala Tuan Ansell kini sedang berada di bagian atas tubuhnya dan kaki lelaki itu menimpa kedua kaki jenjangnya dengan begitu nyaman.
“Beginilah sikap lelaki, semalam dia sendiri yang mengatakan jika aku tak boleh mendekatinya, tapi malah dia yang memelukku bak guling pribadinya,” umpat Ava didalam hati menggerutu kesal.
Tangan Ava sudah berniat untuk menjauhkan kepala Tuan Ansell, tapi tiba-tiba terpikirkan suatu ide didalam benaknya hingga membuat Ava mengurungkan niatnya itu.
Beberapa menit berselang. Tuan Ansell mulai mengerjapkan kedua matanya, tangannya menyentuh sesuatu yang terasa empuk dan juga begitu familiar di ingatannya, ia langsung mendongakkan kepala, melihat seorang wanita menatapnya dengan kedua mata yang sudah melebar sempurna, mata itu mirip seperti burung hantu.
Ansell menurunkan pandangannya dan alangkah terkejutnya ia ketika mengetahui jika tangan dan juga kakinya dengan kurang ajar menyentuh tubuh Ava. Tuan Ansell segera menggeser tubuhnya menjauhi Ava.
“Sial! Kenapa aku bisa terbangun dengan posisi yang memalukan seperti ini,” umpat Tuan Ansell merasa marah pada dirinya sendiri. Pantas saja semalam tidurnya terasa begitu nyenyak sekali nggak tahunya jika lelakinya kambuh dan mencari sesuatu hanya hangat.
Ava tersenyum puas di dalam hati melihat sikap Tuan Ansell yang malu sekarang, tapi disisi lain Ava juga merasa marah karena lelaki itu menyentuhnya begitu saja tanpa ijin. Dan entah apa saja yang sudah lelaki itu lakukan padanya, bahkan Ava juga tak bisa merasakan sentuhan lelaki itu pada tubuhnya, karena bagi Ava tidur dan juga mati hampir sama mirip namun bedanya ia masih bisa bernafas dan bangun lagi.
“Kenapa wajah Tuan Ansell memerah begitu? Malu!” hardik Ava dengan kata-kata.
“Aku tidak sengaja memeluk kamu, jangan menanggapinya secara berlebih begitu,” gerutu Tuan Ansell mencoba untuk menyelamatkan harga dirinya yang sudah terlanjur jatuh di hadapan Ava. Usai bicara Tuan Ansell begitu saja melangkah menuju ke kamar mandi, ia merasakan wajahnya akan meledak karena tak bisa menahan rasa malunya sekarang.
***
Setelah membersihkan tubuhnya Ava keluar dari kamar, ia melihat Tuan Sam sedang duduk di ruangan tengah rumah ini, lelaki itu sedang mengunakan baju olah raga, Ava buru-buru menghampirinya.
“Pa, mau olah raga pagi?” tanya Ava dengan kedua pipi yang memerah. Panggilan Papa untuk Tuan Ansell masih membuat Ava merasa canggung.
“Iya, setiap pagi Papa selalu olahraga sendiri, kau mau ikut dengan Papa olahraga bersama?” tanya Tuan Sam.
“Tentu saja, tapi Ava harus ganti baju dulu,” jawab Ava.
“Ganti baju di ruang tamu saja, di sana ada baju olahraga yang cocok untuk kamu,” jawab Tuan Sam. Lelaki itu memang sudah membelikan Ava baju olahraga setelah pernikahan Ansell dengan Ava. Tuan Sam merasa kasihan dengan Ava yang selama ini selalu memakai baju bekas kakak tirinya yang memang kurang layak untuk di kenakan dan lebih pantas di buang karena sudah terdapat begitu banyak jahitan dimana-mana.
Setelah menganti bajunya Ava dan juga Tuan Sam berlari pagi di jalanan dekat rumah. Baru saja berlari kecil beberapa meter saja, Ava sudah merasa lelah. Tuan Sam tersenyum melihat Ava yang berkali-kali mengusap keringatnya dan menantunya itu juga tak henti meminum air di botolnya hingga tandas.
“Kamu sudah merasa lelah, kalau begitu kita istirahat dulu saja,” pinta Tuan Sam. Ia mendudukkan tubuhnya di pinggir jalan tanpa takut kotor.
Ava ikut duduk di samping Tuan Sam, “Pa, maaf jika Ava malah menggangu olahraga Papa, Ava belum terbiasa melakukan olahraga pagi,” jawab Ava jujur.
“Biasanya setiap pagi apa yang kamu lakukan,” tanya Tuan Sam. Sebenarnya ia sudah mengetahui semuanya hanya saja berpura-pura tak tahu karena ingin mendengarkan langsung dari cerita Ava.
“Setelah bangun tidur, Ava akan langsung pergi ke pasar tradisional untuk membeli bahan-bahan untuk dimasak, sepulangnya tentu Ava akan langsung memasak sarapan pagi untuk Mama dan juga Emma,” cerita Ava jujur. Ava menahan rasa nyeri di bagian dadanya ketika ia mengingat jika dirinya menjadi pelayan di rumahnya sendiri sejak sang Papa menikah dengan Maria-mama tirinya.
“Sekarang kau tak perlu melakukan semua itu lagi,” kata Tuan Sam sembari mengusap puncak kepala Ava. “anggaplah Papa sama seperti Papa kandung kamu sendiri,” kata Tuan Sam.
“Terima kasih Pa, Ava sungguh merasa bahagia karena Papa memilih Ava menjadi menantu dan maafkan atas sikap Mama Maria dan juga Emma karena bersikap kurang sopan pada Papa waktu itu,” kata Ava dengan kepala yang tertunduk malu akan sikap keluarga tirinya.
“Kau tak perlu meminta maaf, karena semua bukan kesalahan kau. Papa sengaja mengatakan jika kau menjadi milik Papa maka mereka tak ada sangkut pautnya lagi denganmu, karena Papa tahu dengan sangat jelas jika orang-orang serakah seperti mereka akan kembali mengusik kehidupan kau ketika mengetahui jika aku menikahkan kamu dengan putraku.” Tuan Sam sudah memperkirakan ini sebelumnya.
“Pa, terima kasih, Ava tidak tahu bagaimana cara membalas semua kebaikan Papa pada Ava," kata Ava dengan hati yang tulus.
“Bertahanlah dengan Ansell dan perlakukan dia sangat baik, hanya itulah yang Papa inginkan. Papa ingin memiliki cucu dari kalian berdua,” kata Tuan Sam.
Ava terdiam tak bisa menjawab, melihat akan hal itu Tuan Sam kembali mengajak Ava untuk berjalan-jalan kembali. Tuan Sam tak ingin membebani Ava dengan keinginannya karena biarlah itu berjalan dengan waktu. Tuan Sam dan juga Ava kembali melanjutkan lari pagi dan sesekali keduanya berbincang bersama layaknya Papa dan juga anak kandung.
Ansell keluar dari persembunyiannya. Ia menatap teduh ke arah Ava yang kini sedang berlari dengan Papanya. Sudah sejak lama Ansel tak melihat Papanya tersenyum sebahagia ini semenjak meninggalnya sang Mama. Kedatangan Ava seakan seperti suatu pelita yang menerangi kehidupan Papanya.
“Ava, ternyata aku sudah salah sangka padamu, kau ternyata wanita baik-baik yang di jual oleh keluarga tirimu, jika tadi aku tak mendengarnya sendiri maka aku tak akan pernah percaya dengan ucapan orang lain,” batin Ansell. Ada perasaan menyesal ketika ia mengingat sikapnya yang sangat buruk pada Ava, ia bahkan merenggut paksa mahkota wanita itu, tapi Ava tak pernah bersikap buruk padanya. “Ada apa ini, kenapa aku merasakan jantungku berdebar, ataukah karena rasa bersalah? Ya, pasti begitu karena cintaku hanya untuk Bar-bara.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
andiva putri
udah mulai jatuh cinta kan tuan ansell?😂
2023-08-10
0