Setelah mendengarkan ucapan Ava Tuan Ansell langsung mengusap wajahnya sendiri, ia merasa geram kepada tingkahnya dan yang pasti dirinya bukanlah sedang cemburu melainkan hanya mencoba untuk mengingat jikalau perempuan yang ada di atas ranjang itu adalah istrinya. Entahlah semakin hari Tuan Ansell semakin tidak bisa mengerti akan perubahan sikapnya ini.
"Aku tidak mungkin cemburu kepada wanita sepertim Aku mencintai wanita lain dan jangan pernah mengatakan jika aku cemburu untuk yang kali kedua," kata Tuan Ansell pada Ava.
Jantung Ava berdetak dengan begitu kencang sekali ada perasaan yang tidak nyaman bagaikan benda tajam baru saja melukai hatinya begitu dalam, rasa sakit itu bisa dirasakannya dengan begitu nyata hingga bulir bening sudah mulai memenuhi kornea matanya membuat pandangan Ava nampak kapur. Ava tidak ingin meneteskan air mata dan buru-buru ia memutar kedua bola matanya ke kanan dan juga ke kiri hingga akhirnya air mata itu pun tidak jadi tumpah membasahi kedua pipinya.
"Cepat bukalah bajumu biar aku lihat luka di punggungmu!" titah Tuan Ansell setelah lelaki itu mendudukkan tubuhnya di belakang Ava.
Tanpa bicara Ava mengikuti apa yang suaminya itu perintahkan. Tuan Ansell langsung menggertakkan giginya dengan kedua tangan yang terkepal kuat ketika netralnya melihat dengan begitu jelas kalau kini punggung istrinya memar begitu besar.
"Lain kali jika sampai kau bertemu dengan mereka maka langsung bunuh saja ataukah perlu aku menyiapkan pistol untukmu dan mengajarimu secara langsung cara untuk melesatkan timah itu kepada musuh," kata Tuan Ansell. Darah di dalam tubuhnya mendidih seketika, iya bisa membayangkan bagaimana rasanya menjadi Ava yang selalu mendapatkan perlakuan kasar dari saudara tirinya.
"Aku tidak mungkin melakukan hal kecil seperti itu, cukup bantu menghalangi mereka mendapatkan pekerjaan, itu sudah hukuman yang pantas untuk mereka," kata Ava.
"Itu hanya hukuman ringan bagaimana jika aku memasukkan mereka ke dalam penjara dan biarkan para narapidana yang ada di dalam penjara itu menyiksa mereka seumur hidupnya?" tanya Tuan Ansell. Lelaki ini tidak memiliki begitu banyak kesabaran berbanding terbalik dengan Ava.
"Jangan lakukan itu, siapa tahu mereka berdua bisa berubah seiring dengan berjalannya waktu," pikir Ava dengan naif.
"Nona jangan terlalu naif jadi wanita, nanti kau akan dimanfaatkan oleh semua orang," kata Ansell.
Ava melirik ke arah Tuan Ansell yang saat ini sedang sibuk mengoleskan salep di punggungnya dengan gerakan perlahan. "Aku tidak peduli jikalau banyak orang yang memanfaatkan aku, karena yang terpenting bagiku. Aku tulus melakukan semua kebaikan pada mereka tanpa menginginkan imbalan ataupun balasan." Ava mengajarkan kepada Tuan Ansell jika keburukan tak harus dibalas dengan keburukan tetapi jauh lebih baik jika dibalas dengan kebaikan karena dengan begitulah baru menunjukkan perbedaan antara orang jahat dan juga orang tulus. Kira-kira seperti itulah yang sekarang sedang ada di dalam pikiran naif Ava.
"Terserah kau saja! Tapi jika sampai mereka berulah satu kali lagi maka aku tidak akan memberikan toleransi untuk yang kali kedua." Setelah bicara Tuan Ansell beranjak berdiri dari posisi duduknya, meletakkan salep yang sempat ia gunakan untuk mengobati punggung apa di atas meja.
Ava ikut beranjak berdiri membuat langkah Tuan Ansell terhenti dan kini lelaki itu sedang menatap ke arah istrinya.
"Kau mau ke mana?" tanya Tuan Ansell.
"Saya mau sarapan pagi, perut saya sangat lapar sekali," kata apa sembari berjalan terbincang-bincang dengan satu tangan memegang dinding kamar ini untuk ia jadikan penopang supaya tidak menjejakkan kakinya yang sedang sakit di lantai.
Tuan Ansell melangkah menghampiri Ava, membopong tubuh istrinya itu hingga kembali berada di atas ranjang. "Tetaplah di sini aku akan mengambilkan sarapan pagi untukmu tetapi sebelum itu biarkan aku mengganti baju kerjaku ini dengan baju yang lebih santai," kata Tuan Ansell.
"Baiklah, Tuan," jawab Ava. Jantungnya berdetak dengan begitu kencang sekali ketika berada di dekat Tuan Ansell jika terus seperti ini maka dirinya akan jatuh ke cinta pada lelaki yang ada di hadapannya.
Selang beberapa waktu kemudian akhirnya Tuan Ansell masuk ke dalam ruangan kamar ini dengan tangan membawa nampan yang berisikan satu piring nasi dan juga satu gelas air mineral, lelaki itu menaruh nampan yang ia bawa di atas meja lalu mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang.
"Kau mau makan di sini atau perlukah aku menggendongmu ke sofa?" Tanya Tuan Ansell.
"Di sini saja, Tuan," jawab Ava tanpa berani menatap ke arah suaminya. Wajah tampan lelaki itu sungguh membuat Ava takut tak bisa melupakannya karena bisa saja lelaki itu menceraikannya setelah merasa bosan main drama rumah tangga dengannya.
Tangan Ava terulur hendak mengambil piring yang ada di atas nampan, tetapi tangan Tuan Ansell mendahuluinya.
"Aku akan menyuapimu karena kau sedang sakit sekarang jadi jangan pernah berpikir macam-macam," kata Tuan Ansell. Lelaki itu ingin berbuat baik kepada Ava tetapi ia juga tidak lupa memberikan penjelasan di balik sikap baiknya itu.
"Yang sakit adalah kaki saya dan juga punggung saya, sedangkan tangan saya masih bisa bergerak seperti biasa Tanpa rasa sakit sedikitpun jadi saya akan makan sendiri," tolak Ava yang merasa tidak nyaman jikalau disuapi oleh suaminya. Lebih lagi dirinya tidak ingin merepotkan lelaki itu.
"Aku sedang memberikan perintah dan tidak meminta izin padamu! Jadi diamlah dan ayo buka mulutmu!" Perintah Tuan Ansell.
Tanpa mereka berdua sadari jika sekarang Tuan Sam sedang memperhatikan mereka berdua dari pintu yang sedikit terbuka, Ansell tidak menutup pintu ini dengan rapat ketika ia masuk membawa makanan untuk istrinya tadi.
Tuan Sam minta orang kepercayaannya untuk menyelesaikan meeting di perusahaan yang sempat tertunda, lelaki paruh baya itu ingin melihat secara langsung bagaimana putranya mencoba untuk menjaga menantunya yang sedang sakit. Tuan Sam memang merasa kasihan melihat menantunya dianiaya oleh saudari dan juga mama tirinya, tetapi di sisi yang lain musibah ini juga terdapat hikmah yang begitu besar contohnya sang putra mulai menunjukkan kepeduliannya kepada menantu kesayangannya itu.
"Ava sejak dari awal aku percaya jika kau pasti bisa merubah Ansell dan sekarang hal itu terbukti," kata Tuan Sam sembari berbalik arah dan melangkah menjauhi ruangan kamar itu.
"Tuan Ansell sepertinya sudah jatuh cinta kepada Nona, ketika menggendong Nona Ava masuk ke dalam rumah Tuan Ansell langsung berteriak dan meminta dokter pribadi keluarga Almero datang secepat mungkin, wajah beliau nampak begitu cemas sekali melihat kondisi Nona waktu itu," lapor Ani yang selama ini memang ditugaskan oleh Tuan ansel untuk memata-matai gerak-gerik sepasang suami istri itu.
"Jagalah menantuku baik-baik dan jangan sampai ia terluka lagi!" Perintah Tuan Sam kepada Ani.
Asisten rumah tangga itu menganggukkan kepalanya seraya berkata, "Saya akan berusaha semampu saya untuk menjaga, Nona Ava."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
May Yadi
dan saya akan sebaik mungkin mengikuti cerita avansell 👍👍😍😍😍
2023-05-21
1