Penindasan

Ava membuka kedua kelopak matanya ia melihat ke arah sisiranjangnya Tuan Ansell terlihat sudah tidak ada di sana, Ava menatap ke arah jam dinding dan seketika kedua matanya membelah penuh saat ia menyadari di jam seperti ini biasanya dia sudah berlari pagi bersama dengan Papa mertuanya.

"Kenapa aku bisa terlambat bangun seperti ini komat pasti gara-gara semalam aku tidur hampir dini hari," gerutu Ava seraya berlari masuk ke dalam kamar mandi guna untuk membersihkan tubuhnya.

"Ani," panggil Ava pada asisten rumah ini yang sedang sibuk membersihkan meja di ruangan tamu dari debu-debu.

"Ya, ada apa Nona Ava memanggil saya?" tanya Ani yang saat ini sudah berdiri di hadapan Ava dengan kepala yang tertunduk hormat.

"Di mana Tuan Sam?" tanya Ava sembari celinguk kan ke sana kemari.

"Tuan Sam sekitar 5 menit yang lalu sudah pergi lari pagi bersama dengan Tuan Ansell," jawab Ani dengan kepala yang masih tertunduk dan tangan wanita itu menggenggam serbetnya begitu erat.

"Baiklah terima kasih kamu boleh melanjutkan tugasmu lagi dan aku akan menyusul mereka." Astra bicara apa berlari keluar dari rumah ini.

Ani barulah mengangkat pandangannya melihat ke arah punggung majikannya itu yang berlari menjauhi pintu utama rumah ini.

"Nona Ava selalu bersikap baik kepada semua pekerja di rumah ini, ia bahkan tak pernah membeda-bedakan status kami, semoga anda selalu mendapatkan kebahagiaan di dunia ini karena anda pantas mendapatkannya, Nona." Ani berdoa di dalam hatinya.

Ava berlari kecil menyusuri jalanan berkomplekan rumahnya terlihat rumah-rumah besar yang megah berjejer dengan begitu rapi sekali terdapat mobil-mobil yang terparkir di setiap halaman rumah yang ia lewati dan terdapat juga taman-taman yang terdapat di setiap rumah yang ia lewati, Ava selalu menyukai tempat ini karena memiliki pemandangan yang begitu asri sekali.

"Ke mana perginya mereka berdua, cepat banget sih kalau lari, mereka itu kan sedang lari pagi bukannya lari maraton tapi kenapa tadi aku tak bisa menemukan keberadaan mereka bukankah biasanya Papa akan kembali melalui jalur yang sama ketika ia keluar dari rumah," gerutu Ava yang merasakan jika kakinya sudah mulai lelah.

Ava yang sudah tak memiliki tenaga lagi untuk terus berjalan memilih Untuk menghentikan langkahnya dan mendudukkan tubuhnya di pinggir jalan, Ava mengarahkan tangannya untuk memijat kedua kakinya sendiri dengan gerakan yang perlahan indah terlihatlah dua pasang kaki kini berdiri di hadapannya.

Ava lihat ke arah sepasang sepatu cantik yang dipakai oleh orang di hadapannya tanpa menatap wajahnya sekalipun ia sudah bisa merasakan jika ini pastilah seorang wanita, dengan perlahan tapi pasti Ava mulai mengangkat pandangannya dan ia bisa melihat jika kini Maria dan juga Emma menatapnya dengan seolah senyuman manis. Senyuman itu terlihat begitu menakutkan sekali bagi Ava, karena masih teringat jelas di dalam benaknya ketika kedua wanita itu tersenyum seperti itu maka mereka menginginkan sesuatu darinya.

Ava buru-buru beranjak berdiri dari posisi duduknya, kedua netralnya menatap ke arah Maria dan juga Emma cara bergantian.

"Ava, kau terlihat begitu cantik sekali bahkan dirimu juga mengenakan baju-baju branded pengeluaran ternama, baju yang aku kenakan kalah mahal denganmu padahal dahulu kamu selalu menggunakan barang pemberian dariku," kata Emma seraya menatap dari ujung kaki sampai naik ke atas kepala saudari artinya itu.

"Emma, itu hanyalah pemikiranmu saja karena aku hanya memakai barang yang Tuan Sam berikan padaku dan aku juga tidak pernah peduli dengan barang mewah yang terpenting bagiku baju hanyalah untuk menutupi tubuhku saja dan tidak lebih," jawab Ava dengan nada suara terdengar biasa saja padahal di dalam hati ia sangat takut sekali ketika bertemu dengan kedua orang di hadapannya ini.

"Kau sombong sekali sekarang, jika bukan karena aku maka kau takkan pernah mendapatkan semua kemewahan ini, Ava," bentak Maria. Wanita itu mengarahkan tangannya untuk mendorong tubuh Ava, tetapi dengan sikap Ava segera menepis tangan Maria karena ia tidak mau ditindas lagi.

"Jangan coba untuk menyentuhku, apakah kau sudah lupa setelah kau menandatangani surat perjanjian itu maka sejak saat itu hubungan diantara kita sudah musnah dan aku sangat bersyukur sekali," kata Ava mulai melawan Maria. Ia tidak bisa ditindas seperti ini bahkan dirinya juga sudah berjanji akan memberikan pelajaran dan juga membalas dendam, sikap ibu dan juga anak tidak bisa ditoleransi lagi karena semua kesabarannya sudah musnah bersama dengan perginya mendiang Papanya.

"Wanita sialan! Berani sekali kau menepis tangan Mamaku seperti itu." Emma tidak terima melihat sikap Ava yang semena-mena pada mereka hingga ia pun mengarahkan tangannya untuk mendorong adik tirainya itu sampai jatuh tersungkur di aspal.

"Auch, sakit sekali, Emma apa yang kau lakukan," teriak Ava. Ava mengarahkan tangannya untuk memegangi pinggangnya yang terasa nyeri akibat berbenturan dengan undakan di pinggir jalan dengan begitu keras.

"Kau baru saja mendapatkan semua kemewahan ini dan sekarang sudah berani bersikap kurang ajar kepada kami!" Emma masih tersulut api emosi. Wanita itu tanpa ragu langsung mengangkat kakinya kemudian menginjak kaki adik tirinya itu dengan begitu keras sekali.

Ava hendak mengarahkan tangannya untuk memukul kaki Emma, tapi yang tidak terduga Maria justru langsung mendorong tubuh Ava dan buru-buru memegangi kedua tangan anak tirinya itu.

Di sisi lain.

"Ansell, kamu langsung kembali ke rumah saja karena Papa akan langsung berangkat ke kantor," kata Tuan Sam setelah menghentikan langkahnya.

"Apakah Papa tidak ganti baju terlebih dahulu ataupun mandi?" tanya Ansell.

"Sejak kapan kau peduli dengan apa yang Papa lakukan, Papa adalah pemilik perusahaan jadi mau pergi dengan mengenakan baju olahraga sekalipun mana ada orang yang melarang," jawab Tuan Sam mencoba menyombongkan diri di hadapan putranya sendiri.

"Sebentar lagi perusahaan itu akan menjadi milikku dan nanti akan kupastikan jika lupa pada datang harus mengenakan baju formal," jawab Ansell dengan candaan renyah.

Tuan Sam mengulas senyuman manisnya ketika melihat sikap Ansell yang seperti ini, untuk kali pertama dirinya dan juga sang putra aku kan lari pagi bersama dan mereka juga berbincang-bincang di sepanjang perjalanan tadi hal ini sungguh tak pernah terjadi paling tepatnya setelah putranya itu menjalin hubungan dengan sang model ternama yang bernama Bar-bara.

"Papa menyukai sikapmu ini Ansell dan jangan pernah berubah lagi." Tuan Sam bicara dengan menepuk pundak putranya kedua kali lalu melangkah masuk ke dalam mobil.

Ansell memutar tubuhnya dan kembali berlari pagi menuju kediamannya, langkahnya terhenti ketika melihat pertengkaran di pinggir jalan dan kedua manik matanya itu langsung membulat penuh ketika melihat siapa wanita yang ditindas oleh kedua orang itu.

"Ava."

Terpopuler

Comments

May Yadi

May Yadi

alahhhh nangung bngt, up lg yaa thor 🙏🙏🙏

2023-05-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!