Tuan Apakah Anda Cemburu

Ansell sudah bersiap-siap untuk melangkah keluar dari ruangan kamar ini tetapi tidak disangka jika seseorang langsung membuka pintu di hadapannya begitu kasar, jidat Ansell seketika langsung membentur pintu kamar ini dengan cukup keras sekali membuat lelaki itu mengumpat berkali-kali akibat rasa nyeri yang teramat sangat di keningnya sekarang.

Ansell menatap tajam ke arah seseorang yang sudah membuka pintu ruangan ini dengan begitu keras, lelaki itu lagi itu segera mendecakkan lidahnya saat menyadari jikalau sang Papa lah dalang dibalik benturan pintu tersebut.

"Ansell kenapa berdiri di belakang pintu seperti itu?" tanya Tuan Sam. "jika merasa pusing kepala maka minumlah obat dan jangan membenturkan kepalamu di pintu," goda Tuan Sam yang memang selalu menyukai menggoda putranya seperti ini.

"Bisakah lain kali jika masuk ke dalam kamar itu ketuk pintu," gerutu Tuan Ansell tangan masih mengucap perlahan kelilingnya yang masih berdenyut nyeri.

"Buahahahahaha." tanya sadar Ava justru tertawa terbahak-bahak setelah melihat air muka Tuan Ansell yang menurutnya begitu lucu sekali.

Kedua lelaki itu langsung mengalihkan atensinya menatap ke arah seorang wanita yang kini sedang terbaring di atas ranjang-itu adalah Ava.

"Maaf," kata Ava ketika ia menyadari jikalau lelaki yang ada di hadapannya sedang memperhatikan dirinya.

Tuan Sam buru-buru melangkah mendekati menantunya itu dengan wajah yang nampak cemas sekali. "Ava bagaimana dengan kondisi kamu?" tanya Tuan Sam setelah lelaki itu duduk di sisi ranjang menantunya.

"Papa tidak perlu merasa cemas karena kondisi Ava baik-baik saja, hanya kaki Ava yang terkilir. dokter juga mengatakan jikalau beberapa hari pasti rasa sakit di kaki Ava akan membaik dan bisa berjalan seperti sedia kala," jelas Ava pada Papa mertuanya. Ava melihat dengan sangat jelas jikalau kini lelaki itu sedang mencemaskannya bahkan dirinya seakan bisa melihat sosok almarhum Papa kandungnya di wajah Papa mertuanya itu.

Ansell merasa sedikit cemburu melihat kedekatan Papanya dengan sang istri. Ansell merogoh ponsel yang ada di saku celananya kemudian membaca pesan singkat yang asisten handalnya kirimkan, setelah membaca isi dari pesan tersebut lelaki itu kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku celana dan berjalan menuju ke ranjang istrinya berada.

"Papa membatalkan semua meeting penting di pagi hari ini hanya untuk pulang ke rumah dan melihat kondisinya, apakah itu tidak terlalu berlebihan?" tanya Ansell. Lelaki itu menatap ke arah istrinya dan membuat kepala Ava langsung tertunduk.

Tuan Sam menatap ke arah putranya dengan berkata, "Ansell apakah kau lupa pesan singkat yang telah kau kirimkan pada Papa tadi, kau mengatakan akan terlambat datang ke kantor karena ingin memastikan kondisi istrimu baik-baik saja," hardik Tuan Sam tidak mau kalah. "kau itu sebenarnya merasa cemas pada kondisi istrimu hanya saja kamu lebih memilih untuk jual mahal tidak seperti papa yang secara terang-terangan menunjukkan kekhawatiran di hadapan Ava."

Tuan Sam sengaja berbicara seperti itu agar Ava mengetahui jikalau putranya sudah mulai memperhatikannya secara diam-diam.

"Pa, lain kali jangan pernah meninggalkan pekerjaan hanya karena mengetahui Ava dalam musibah," kata Ava dengan menundukkan kepalanya. Ia hanyalah orang biasa dan tidak pantas mendapatkan kasih sayang berlebihan seperti ini.

"Ava, kamu adalah Putri Papa. jika sampai kau terluka maka papa akan langsung datang padamu tanpa peduli ada begitu banyak pekerjaan yang harus Papa selesaikan di kantor, meskipun orang yang menyakitimu adalah suamimu sendiri maka Papa tidak akan segan-segan mengeluarkannya dari daftar ahli waris." Tuan Sam sengaja berbicara seperti itu agar Ansell mendengarnya.

"Aku akan pergi ke perusahaan sekarang." Pamit Ansell.

"Auch sakit," pekik Ava ketika ia bergerak sedikit saja.

Ansell yang sudah siap melangkahkan kakinya keluar dari ruangan ini pun buru-buru menghentikan langkahnya, lagi itu menoleh ke atas ranjang dan ia bisa melihat dengan begitu jelas jikalau sang istri merasa kesakitan, tangan wanita itu mengusap perlahan punggungnya.

Ansell kembali teringat di mana wanita paruh baya itu mendorong Ava begitu keras hingga punggung istrinya terkena undakan pinggir jalan dengan begitu kasar.

Tuan Sam memperhatikan ke arah putranya yang tidak jadi berangkat ke kantor tetapi lelaki itu justru melangkah mendekati ranjang ini.

"Ava, apakah punggung kamu terasa sakit?" tanya Tuan Sam sembari melirik ke arah putranya.

"Tidak terlalu sakit Papa Tak perlu merasa cemas," dista Ava agar lelaki paruh baya itu tidak mencemaskan kondisinya. Ia tidak mau merepotkan lebih banyak orang lagi.

"Kalau begitu biar Papa lihat, mungkin saja ada luka di balik punggung kamu." Tuan Sam sengaja berbicara seperti itu karena ia ingin melihat ekspresi putranya, sampai sang putra tak memberikan respon apapun maka lelaki itu benar-benar tidak memiliki perasaan kepada menantunya namun, jika yang terjadi adalah hal yang sebaliknya maka sudah dipastikan jikalau Ansell menyukai Ava.

"Tunggu!" teriak Ansell panik.

Tuan Sam dan juga Ava saling menatap satu sama lain kemudian mereka berdua melihat ke arah Ansell yang sekarang sudah ada di dekatnya.

"Ada apa?" tanya Tuan Sam. "katanya tadi kehendak berangkat bekerja lalu kenapa masih di sini?" tanya Tuan Sam lagi.

"Papa kembalilah ke kantor dan handle lah meeting itu, Ansell akan tetap di rumah menemani Ava," kata Ansell.

"Papa sudah tua dan sudah waktunya pensiun sebaiknya kamu saja yang menghadiri rapat itu dan biarkan Papa menjaga istrimu," jawab Tuan Sam. melihat ekspresi putranya yang nampak gelisah seperti ini entah mengapa membuat Tuan Sam semakin ingin menggoda Ansell.

Wajah Ansell yang seperti ini sudah mirip sekali dengan lelaki yang sedang cemburu dan juga gelisah ketika melihat istrinya bersama dengan lelaki lain meskipun itu adalah Papa kandungnya sendiri.

"Papa, pergilah ke kantor sekarang dan selesaikan meeting itu jangan sampai Papa mewariskan perusahaan yang sudah bangkrut padaku." Ansell bicara sembari menarik tangan Papanya hingga beranjak berdiri dari atas ranjang kemudian mendorong perlahan lelaki paruh baya itu hingga keluar dari pintu ruangan ini. Setelah sang Papa berada di luar ruangan ini, Ansell buru-buru mengunci pintunya.

Ava yang melihat hal itu hanya punggung saja kemudian netranya bertatapan dengan sang suami.

"Kenapa Anda mengusir Papa seperti itu? Hal itu sangat tidak sopan sekali," kata Ava pada suaminya.

"Jangan banyak bicara! Aku tak akan pernah membiarkan istriku dilihat oleh orang lain sekalipun itu adalah Papaku sendiri." Ansell bicara sembari melepaskan jas hitam yang tadi sempat melekat sempurna di tubuhnya.

"Tuan, apalah anda sedang cemburu?" tanya Ava sembari melihat ke arah Tuan Ansell.

Terpopuler

Comments

andiva putri

andiva putri

wkwkwk situsn mulai cemburu

2023-08-10

0

Mamanya Raja

Mamanya Raja

ini cerita nya bagus thor...lnjut dong...klo smpai mntan nya bar-bra itu dteng jngan buat balikan lg thor...

2023-06-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!