Tubuh Ava mulai bergetar sekarang, ia tak berani mengangkat pandangannya sedikitpun seakan lantai marmer hotel ini lebih menarik untuk ia pandangi. Suara sepatu pantofel berjalan semakin mendekatinya, Ava ingin mengangkat kakinya dan berlari keluar dari ruangan ini, tapi hal itu tak akan mungkin karena ada sekitar 3 lelaki dengan tubuh kekar menjaga pintu itu, ketiganya seakan ingin memastikan jika Ava tak bisa kabur dari ruangan terkutuk ini.
Mata Ava tertutup dengan sempurna sesaat ketika ia melihat sepasang sepatu pantofel berwarna hitam mengkilat berhenti tepat di hadapannya.
“Tu-tuan, saya akan lakukan apapun, menjadi pelayan Anda pun akan saya lakukan, tapi mohon jangan sentuh saya,” pinta Ava dengan suara yang bergetar di ujung lidahnya. Ia tak berani membuka mata ataupun mengangkat pandangannya, kepalanya tertunduk dan bulir air mata itu jatuh di kedua pipinya, lalu di susul dengan isak tangis yang terdengar memilukan sekali.
“Aku tak akan menyentuh kamu,” kata lelaki paruh baya itu dengan mengusap kepala Ava dengan gerakan yang lembut. Tuan Sam merasa kasihan dengan Ava.
Ava membuka mata, mengangkat pandangannya hingga bertemu tatap dengan Tuan Sam. “Ap-apa maksud Anda, Tuan?” tanya Ava pada Tuan Sam ketika ia sudah mendapatkan keberaniannya untuk buka suara. Ava melihat Tuan Sam tersenyum manis padanya, senyuman itu terasa begitu menenangkan hati dan tak seperti senyuman mesum pada lelaki hidung belang di luar sana, semoga saja firasat Ava ini benar adanya.
“Aku memang mencari seorang gadis untuk menikah, tapi bukan untuk menikah denganku melainkan dengan putraku,” kata Tuan Sam pada Ava.
Sebenarnya apa yang terjadi pada lelaki paruh baya ini? Kenapa ada linangan air mata yang seketika menyelimuti manik mata indah itu ketika ia menyebutkan kata ‘putraku’ ataukah anak Tuan Sam adalah lelaki lumpuh? Sehingga harus di jodohkan seperti ini, ataukah mungkin putra Tuan Sam adalah seorang lelaki cacat? Demi apapun semua pertanyaan itu terngiang-ngiang di benak Ava, tapi ia tak bisa menemukan jawabannya.
Beberapa jam kemudian.
“Ma, kita mendapatkan begitu banyak uang sekarang, kita tak perlu bekerja di club malam lagi karena uang ini sudah akan membuat kita hidup enak selamanya,” kata Emma setelah membuka koper berisikan uang di dalamnya.
“Mama akan memanjakan diri mulai sekarang dan Mama akan membeli apapun yang di inginkan, tidak disangka jika Ava laku dengan harga yang mahal, jika tahu kalau gadis itu bisa menghasilkan uang sebanyak ini, maka akan Mama jual sejak dari dulu,” kata Maria dengan pemikiran rakusnya. Hanya uang saja yang ada didalam pikiran Mama dan juga anak itu. Memalukan sekali.
‘Tuan Ansell Amero merupakan anak tunggal dari Tuan Sam Amero melangsungkan pernikahan hari ini di salah satu gedung pencakar langit yang ada di negara ini, seorang perempuan cantik yang namanya tidak pernah disebutkan di media manapun menjadi pengantin Tuan Ansell, kabar terbaru yang kami dapatkan mengatakan jika nama mempelai wanita Tuan Ansell bernama Nona Ava Charolline,’ itulah berita yang terdengar di televisi yang ada dalam ruangan tamu rumah Maria.
Maria dan juga Emma saling menatap satu sama lain ketika mereka mendengarkan nama yang tidak asing di telinganya kini. Keduanya pun segera menyentak pandangan mereka ke arah televisi yang ada di hadapannya, gambaran Ava bersanding dengan seorang lelaki tampan nan gagah di pelaminan, terdapat Tuan Sam juga di arah lain yang kini sedang tersenyum pada kedua mempelai.
Gambaran di televisi menunjukkan jika altar pernikahan di hias dengan begitu indah dan juga glamor serta gaun pernikahan yang Ava kenakan kini digadang-gadang memiliki harga di atas 3 milliar. Sungguh pernikahan yang begitu megah dan juga indah, pernikahan orang terpandang di negara ini langsung menjadi tranding topik di media sosial.
“Ma, apakah Emma sekarang sedang salah lihat?” tanya Emma pada Maria sembari mengucek matanya dengan posisi yang masih tidak bergeming menatap ke arah televisi di hadapannya.
“Tidak, Sayang. Mama juga melihat hal yang sama,” jawab Maria. Anak dan juga Mama itu saling menatap satu sama lain dengan wajah yang masih nampak begitu shock.
***
Ava masuk ke dalam kamar pengantin, maniknya menyusuri setiap sudut ruangan ini. Terdapat kelopak bunga mawar merah yang menghiasi bagian atas ranjang, terdapat juga sepasang angsa putih mainan di atas ranjang itu, seakan menunjukkan jika sepasang pengantin baru akan melakukan hal semestinya di atas sana, lilin aroma terapi dengan bentuk love juga nampak menghiasi bagian bawah jendela.
Semua ini seperti mimpi, pernikahan ini bagaikan mimpi. Impian Ava sejak kecil adalah menikah dengan seorang pangeran tampan dan di saksikan oleh begitu banyak orang serta akan menjadi pernikahan paling berkesan yang pernah ada, kini semua itu sudah terwujud dalam sekejap mata, tapi ada yang aneh! Lelaki paruh baya itu membelinya tadi pagi dan siang harinya seluruh acara pernikahan telah di gelar dengan begitu sempurna bagaikan telah di rancang jauh-jauh hari. Ava merasa ada yang ganjil dengan pernikahan ini, tapi ia tak tahu itu apa.
“Apa yang sedang kau lakukan di dalam kamarku? Sekarang keluarlah!” suara bariton penuh perintah itu membuat lamunan Ava buyar seketika.
Ava memutar tubuhnya, melihat ke arah seorang lelaki tampan yang masih mengenakan tuxedo berwarna hitam. Ya, itu adalah lelaki yang mengucapkan janji pernikahan bersamanya tadi. Wajah lelaki itu begitu datar sekali, sorot mata dingin itu mampu membekukan semua benda yang ada di dalam ruangan ini, membuat sekujur bulu halus yang ada di tubuh Ava meremang dengan begitu sempurna.
“Tu-tuan Sam yang mengantarkan saya masuk ke dalam ruangan ini,” jawab Ava. Kedua tangannya saling menggenggam satu sama lain, bulir keringat dingin mulai keluar dari pori-pori kulitnya dan membuat buku-buku tangannya basah.
“Aku bilang keluar, ya keluar sekarang!” suara teriakan lelaki itu mengguncang telinga Ava hingga membuatnya terjingkat dan semakin gemetar.
“Sa-saya akan segera keluar sekarang, Tuan,” kata Ava dengan tubuh yang bergetar tak karuan. Suaranya sampai terdengar gagap karena rasa takut yang begitu besar sedang menyelimuti tubuhnya.
Ava berjalan cepat menuju pintu, ia tak memperhatikan jika kakinya menginjak gaun yang sedang ia kenakan hingga membuatnya hampir saja terjatuh dan beruntung Tuan Ansell langsung meraih pinggangnya. Rahang kokoh yang nampak begitu tegas dengan bakal janggut yang nampak samar bisa Ava lihat begitu jelas, wajah lelaki itu begitu tampan sekali bak dewa yunani, mungkin Ava salah mengira jika lelaki ini begitu kejam, buktinya Tuan Ansell menyelamatkannya ketika hendak terjatuh
“Kalau jalan itu hati-hati! Kau bukan anak kecil yang baru saja belajar berjalan.” Sembur Tuan Ansell sembari menghempaskan tubuh Ava menjauh darinya.
“Aku bakar semua pemikiran yang tadi sempat memenuhi benakku, sikapnya bukan seperti dewa yunani, tapi lebih pantas di sebut dewa maut," maki Ava pada sosok tampan di hadapannya dalam hati. Ava yang sabar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
andiva putri
awasss nanti kau jatuh cinta, cinta kepadanya tuan sombong
2023-08-10
0