Ava membuka kedua kelopak matanya, lamat-lamat ia melihat seorang lelaki tampan kini sedang tidur di sampingnya dan itu adalah Tuan Ansell. Ava buru-buru menggeser posisi tidurnya menjauh karena ia tidak ingin berada di dalam jangkauan lelaki itu.
Tidak disangka Tuan Ansell justru membuka kedua kelopak matanya lalu lelaki itu menarik tangan Ava hingga kini posisi keduanya saling berdekatan satu sama lain. Ava mencoba menjauh tapi tak bisa karena Tuan Ansell mendekapnya dengan begitu erat.
"Kau mau kabur?" tanya Tuan Ansell.
"Tidak," dusta Ava sembari mengarahkan pandangan ke arah lain.
"Apakah sekarang kau masih berpikir jika aku dan juga Mark memiliki hubungan khusus?" tanya Tuan Ansell pada Ava. "Apakah perlu aku mengulang beberapa ronde lagi melebihi yang semalam supaya kau percaya padaku?" tanya Tuan Ansell untuk yang kali kedua setelah ia tidak mendapatkan jawaban dari Ava.
"Aku bisa mati di atas ranjang ini jika ia mengulanginya lagi," batin Ava. Sekujur tubuhnya saja sekarang sudah mulai remuk redam bagaikan habis jatuh dari lantai atas rumah ini.
"Sa-saya percaya dengan apa yang Anda katakan, kemarin memang saya salah sangka dan jangan diambil hati, Tuan Ansell maafkan saja," ujar Ava.
"Baiklah, aku akan memaafkan kamu," jawab Tuan Ansell.
"Dia sudah memaafkan aku, tapi kenapa masih belum melepaskan aku," batin Ava. Ava merasa jika Tuan Ansell tak ada itikad untuk melepaskannya jadi lelaki itu mulai menarik pandangannya melihat ke arah suaminya. "Kenapa dia sejak dari tadi mengusap pipinya sendiri?" tanya Ava pada dirinya sendiri. "Apalah dia sedang memberikan isyarat supaya aku menciumnya?" ya, sepertinya memang begitu ketika melihat Tuan Ansell tak kunjung melepaskan tangannya dari pinggang Ava.
Ava yang ingin segera lepas dari dekapan suaminya buru-buru mengecup pipi lelaki itu sekilas. Dan benar saja Tuan Ansell langsung melepaskan pinggangnya begitu saja.
"Kau sekarang sudah mulai berani mencuri ciuman dariku," ucap Tuan Ansell menuduh Ava menciumnya. Padahal tadinya dia sendiri yang memberikan isyarat seperti itu kepada sang istri.
Ava yang mendengarkan ucapan suaminya hanya bisa mencebikkan bibirnya tanpa mengucap satu kata pun. Sabar itu subur, jadi biarkan saja suaminya berbicara seenaknya sendiri asal Ava bisa lekas lolos dari dekapannya.
"Astaga dia lelaki yang begitu menakutkan sekali," batin Ava.
Setelah bangkit dari atas ranjang, Ava langsung berlari cepat masuk ke dalam kamar mandi. Tuan Ansell yang melihat tingkah Ava sampai mengigit bibir bagian bawahnya sendiri karena merasa gemas.
"Aku tidak menyangka jika akan terhibur melihat sikap malu-malunya itu," tutur Ansell sembari menatap plapon kamar ini yang berwarna putih tulang.
***
Saat ini Ava sedang sibuk membantu para pelayan di rumah ini untuk menyiapkan sarapan pagi. Ava sampai tidak menyadari jika sekarang Tuan Sam sedang mengamatinya dari depan pintu dapur ini. Tuan Sam tersenyum ketika melihat menantunya sibuk membantu para pelayan ke sana ke mari, iya memang tidak pernah salah memilih seorang menantu dan lihatlah itu sekarang.
"Kenapa Papa senyum-senyum sendiri sejak dari tadi?" tanya Ansell yang sekarang sudah berdiri di samping sang Papa.
Tuan Sam melihat ke arah putranya dengan wajah datar. "Aku sedang memperhatikan apa yang istrimu itu lakukan, dia sungguh berbeda dengan wanita yang kau cintai." setelah bicara Tuan Sam melangkah masuk ke dalam dapur meninggalkan putranya begitu saja.
Ansell hanya diam membeku di posisinya, bibirnya tidak bergerak untuk menjawab perkataan sang Papa. Menurutnya apa yang sang Papa itu katakan adalah benar Bar-bara tidak akan mungkin mau mengotori tangannya untuk menyentuh peralatan dapur, bahkan membuatkan satu cangkir kopi untuknya saja wanita itu tidak pernah selama berhubungan dengannya.
Saat ini Ansell sedang melihat ke arah istrinya yang sedang berbicara dengan sang Papa. Keduanya terlihat begitu akrab sekali bahkan sesekali terdengar canda tawar renyah keluar dari bibir keduanya di sela-sela perbincangan mereka.
"Papa dan juga Ava akan berolahraga pagi, apakah kau mau ikut?" tanya Tuan Sam pada Ansell ketika lelaki itu sudah ada di depan sang putra.
"Tidak, tadi pagi Ansell sudah berolahraga sendiri." Setelah bicara Ansell langsung melenggang pergi begitu saja.
"Dasar anak kurang ajar, kau tidak tahu malu atau mungkin urat malumu itu sudah putus sehingga bisa mengatakan hal seperti itu di depan orang tuamu sendiri, Ansell kemari kau," teriak Tuan Sam. Tapi Ansell hanya melambaikan tangan padanya tanpa menoleh sama sekali.
Saat ini wajah Ava sudah merah pada bak kepiting rebus yang baru saja dimasukkan ke dalam air yang mendidih. Sepertinya benar apa yang Papa mertuanya ini katakan barusan, suaminya sudah kehilangan urat malu.
"Jangan hiraukan ucapan anak sialan itu, ayo kita pergi berolahraga sekarang," ajak Tuan Sam pada Ava.
***
Saat ini Ava sudah berdiri di depan ruangan suaminya berada, Tuan Sam memintanya untuk mengantarkan makanan ke kantor Ansell. Sebenarnya Ava ingin menolak jika teringat apa yang terjadi kemarin ketika ia tiba-tiba membuka pintu ruangan ini, tetapi Ava merasa tidak enak hati jika harus menolak permintaan Papa mertuanya tersebut karena lelaki itu sudah bersikap baik padanya dan menganggapnya seperti putri kandung sendiri.
Ava memejamkan kedua kelopak matanya kemudian tangannya terangkat dan punggung tangannya mengetuk pintu bercat coklat tua di hadapannya sebanyak tiga kali. Terdengar suara seorang pria yang menyahut dari belakang pintu dan itu adalah suara Ansell memangnya siapa lagi.
Ava sudah masuk ke dalam ruangan suaminya, netral wanita itu menyapu sekitar ruangan ini dan di dalam ruangan hanya ada suaminya saja. Ava menghela nafas perlahan seakan merasa lega karena tidak ada sosok yang kemarin membuatnya kabur menjauh dari pintu ruangan ini. Ava melihat ke arah suaminya yang sedang duduk di kursi kerjanya, lelaki itu terlihat tampan sekali jika sedang ada di kantor, tapi jika ada di rumah maka ketampanan itu melebur dengan sendirinya.
"Kamu datang kemari apa di suruh Papa?" tanya Ansell sembari beranjak berdiri dari posisi duduknya.
"Ya, Papa yang meminta aku untuk datang mengantarkan makanan," jawab Ava.
Setelah mendengarkan jawaban dari Ava entah mengapa hati Ansell merasa kecewa. Untuk apa ia merasa kecewa karena dirinya tidak mencintai Ava dan hanya menikah dengan wanita itu karena takut kehilangan warisan saja dan tidak lebih.
Ava masih mengedarkan pandangannya mencoba mencari keberadaan Mark satu kali lagi, Ava mulai memutar tubuhnya dan ia begitu terkejut ketika mengetahui Mark sudah bersih dibelakangnya dan lelaki itu mendekatkan wajahnya ke arah Ava. Ava spontan langsung mundur karena takut Mark menciumnya.
"Hua ...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments