Aku Tidak Akan Meninggalkanmu Ava

Satu minggu kemudian.

Kaki Ava yang terkilir beberapa hari yang lalu sudah mulai kembali bisa ya gunakan untuk berjalan kembali meskipun masih dengan langkah yang perlahan, hubungannya dengan Tuan Ansell semakin hari semakin membaik saja bahkan lelaki itu juga mulai memperlakukannya. Selama satu minggu ini Tuan Ansell selalu menjaga Ava dengan sangat baik dan juga penuh perhatian.

"Nanti aku akan mengantarkan makan siang untuk anda," kata Ava sembari memberikan tas kerja milik Tuan angsa.

"Tidak perlu, aku bisa membeli makanan di restoran kamu tidak perlu repot-repot untuk datang karena kakimu itu masih belum bisa digerakkan sempurna seperti sedia kala jadi banyak-banyak lah beristirahat di rumah," kata Tuan Ansell.

"Tapi saya merasa bosan sekali berada di rumah, jika saya pergi ke perusahaan anda maka saya bisa melihat-lihat di sepanjang perjalanan menuju perusahaan itu hal tersebut sudah membuat saya sangat bahagia sekali dan menghilangkan semua kebosanan saya," kata Ava. Wanita itu sedang menunjukkan wajah memohon hingga membuat lelaki yang ada di hadapannya hanya bisa mendesahkan nafasnya di udara.

"Baiklah terserah kamu saja, tetapi pastikan kalau kakimu akan baik-baik saja, jika tiba-tiba kakimu terasa nyeri maka tidak perlu datang ke perusahaan cukup kirimkan makanan itu kepada pengawal biar dia yang mengantarnya padaku," jelas Tuan Ansell.

"Kalau begitu berangkatlah sekarang dan hati-hati di jalan," kata Ava pada Tuan Ansell. 

Ansell menganggukkan kepalanya kemudian berjalan masuk ke dalam mobil. Ava melambaikan tangannya sampai mobil yang membawa sang suami berjalan keluar dari pekarangan rumah ini.

***

Dua orang pengawal langsung melangkah menghampiri Ava yang saat ini baru saja turun dari dalam mobil. Ava memutar kedua bola matanya malas karena para pengawal tidak mau membiarkannya berjalan sendiri mereka berjalan di belakang Ava, bahkan rantang berisikan makanan yang tadi sempat dibawa oleh Ava kini sudah berpindah tangan pada salah satu pengawal yang mengikuti di belakangnya.

Tuan Ansell benar-benar sangat keterlaluan sekali, yang terluka adalah kakinya dan bukan kedua tangannya lalu kenapa meminta para pengawal untuk membawakan rantang makanan itu. Ava benar-benar merasa kesal sekali tetapi ia mencoba menahan emosinya dan terus berpikir positif.

"Sekarang saya sudah berada di depan ruangan Tuan Ansell, kalian berdua bisa kembali melanjutkan aktivitas masing-masing," kata Ava dengan tangan meraih rantang yang tadi sempat dibawa salah satu pengawal di hadapannya sekarang.

"Kami akan pergi ketika melihat Nona sudah masuk ke dalam ruangan Tuan Ansell," jawab salah satu pengawal.

"Astaga kenapa mereka semua sangat berlebihan sekali," gerutu Ava. 

Tuan Ansell saat ini sedang fokus melihat ke arah tumpukan berkas-berkas yang ada di hadapannya, itu sampai tidak menyadari jikalau Ava masuk ke dalam ruangan ini. Ava tidak mengetuk pintu terlebih dahulu hal itu membuat Tuan Ansell tidak menyadari keberadaannya sekarang.

Ava menaruh rantang yang ia bawa di atas meja dengan sangat hati-hati sekali agar tidak menimbulkan bunyi yang nantinya akan membiarkan konsentrasi suaminya, Ava mendudukkan tubuhnya di sofa manik matanya tidak lepas menatap ke arah lelaki tampan yang saat ini sedang berkutat pada pekerjaannya. 

Ava tersenyum beberapa kali setelah ia melihat ke arah kacamata yang digunakan oleh Tuan Ansell melorot sampai ke hidungnya, lelaki itu membenarkan posisi kacamatanya kembali. Tidak lama kemudian kacamata itu kembali melorot sampai ke hidungnya hingga membuat Ava tidak bisa mengendalikan tawanya.

 Tuan Ansell mengangkat pandangannya dan ia melihat ke arah sang istri yang kini sedang duduk di sofa, wanita itu tertawa sampai kedua bahunya berguncang dengan satu tangan memegangi perutnya. Tuan Ansell beranjak berdiri dari posisi duduknya lalu melangkah menghampiri sang istri yang kini sudah mulai berhenti tertawa.

"Tuan, maaf jika saya mengganggu Anda. Saya akan menunggu di luar ruangan ini dan Setelah tiba jam istirahat maka saya akan masuk ke dalam ruangan ini dan menyiapkan makan siang untuk anda," kata Ava sembari beranjak berdiri dari posisi duduknya.

Tuan Ansell menjatuhkan tubuhnya kasar di sofa kemudian lelaki itu menarik tangan apa hingga membuat sang wanita jatuh di dalam pangkuannya. Ava yang Ansell sembari mengerutkan keningnya bingung akan sikap sang suami yang spontan ini.

"Siapa yang menyuruhmu keluar dari ruangan ini?" tanya Tuan Ansell.

"Tidak ada, saya berniat keluar sendiri," jawab Ava jujur.

"Ketika aku lapar maka tidak memerlukan jam istirahat, apakah kau lupa jikalau suamimu pemilik perusahaan ini," kata Tuan Ansell. Lagi itu menekankan kata 'suami' untuk membuat Ava ingat pada posisinya sekarang yang menjadi istri dari CEO perusahaan ini.

Ava diam sesaat dengan kepala yang tertunduk, wanita itu menarik garis lengkung pada bibirnya ketika mendengarkan Tuan Ansell menyebut dirinya sebagai seorang istri. Ava mulai berpikir jika iya dan juga Tuan Ansell saling mencintai maka kehidupannya akan sempurna sekali. 

Tuan Ansell memperhatikan ke arah wajah Ava yang tadinya tersenyum tipis dan sekarang wanita itu nampak murung. Tuan Ansell menerka-nerka apa yang sedang istrinya itu pikirkan hingga wanita itu bisa membalikkan mood-nya dengan sangat mudah.

Tuan Ansell menarik dagu apa hingga wanita itu menatap ke arahnya, mereka berdua beradu pandang. "Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Tuan Ansell.

"Saya tidak sedang memikirkan apapun, Tuan," jawab Ansell.

"Jangan bohong padaku dan katakan yang sejujurnya!" Kali ini Tuan Ansell memberikan nada perintah dalam kata-katanya.

"Saya ingin mencari pekerjaan," dusta Ava. Yang tak mungkin menceritakan isi hatinya yang sekarang sedang gelisah.

"Kenapa harus bekerja jika aku bisa memberikan apapun yang kau inginkan," kata Tuan Ansell.

"Saya tidak mungkin bergantung kepada Anda selamanya. Tuan jikalau anda sudah merasa bosan pada saya maka anda akan mencampakkan saya begitu saja, tidak mungkin saya mengemis di jalanan hanya untuk sesuap nasi," kata Ava. Hatinya merasa sangat sakit sekali ketika ia mengucapkan semua ini, tapi inilah kenyataannya. 

Tuan Ansell mengangkat tubuh Ava dan menaruhnya di sofa. Kedua tangan Tuan Ansell memegangi pundak istrinya itu. Mata lelaki itu macam lihat ke arah sosok wanita cantik yang ada di depannya, Tuan Ansell bisa melihat kegelisahan yang ada di pikiran istrinya.

"Ava angkat pandanganmu sekarang dan lihatlah aku," pinta Tuan Ansell.

Ava mulai mengangkat pandangannya, netra wanita itu bergerak ke sana kemari mencoba untuk mencari tahu kira-kira apa yang akan Tuan ansell katakan padanya, tapi wajah lelaki itu terlalu datar hingga membuat Ava tidak bisa membaca apa yang sedang lelaki itu pikirkan.

"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu sampai kapanpun," kata Tuan Ansell.

"Kenapa anda tidak meninggalkan saya, Tuan. Sedangkan saya tahu jikalau Anda menyukai wanita lain?" tanya Ava. Iya harus memperjelas semuanya meskipun itu mungkin hanya akan membuat sakit hatinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!