Setelah pintu ruangan ini tertutup, Ansell dan juga Mark saling menatap satu sama lain kemudian mereka melihat bersamaan ke arah posisi keduanya yang memang terlihat tidak pantas. Mark buru-buru beranjak berdiri dari posisi duduknya kemudian lelaki itu membenarkan bajunya dan begitu juga dengan Ansell.
“Kau kalau bercanda jangan keterlaluan, dia pasti sangat ketakutan sekarang,” kata Ansell pada Mark dengan mengajak langkah kakinya untuk keluar dari ruangan ini, tapi suara Mark menghentikan niat awalnya itu.
“Kenapa kau perduli dengan apa yang wanita itu pikirkan? Bukankah kau bilang tidak menyukainya?” tanya Mark.
Ansell melirik ke arah Mark kemudian berkata, “Aku hanya tidak ingin kalau sampai wanita itu mengadu pada Papa.” Setelah bicara Ansell melangkah keluar dari ruangan ini.
“Ansell kau tahu kau pasti mulai merasa kasihan padanya, aku tahu kau akan melawan papamu jika perlu sama seperti ketika kau mempertahankan Bar-bara dahulu, tapi sayangnya wanita gila harta itu justru meninggalkanmu begitu saja,” batin Mark dengan mengarahkan tangannya untuk mengusap bakal janggutnya.
Di sisi lain.
Setelah keluar dari pintu ruangannya Ansell mengedarkan pandangan ke sekitar tapi tidak menemukan siapapun, Ansell hendak berlari mengejar Ava tapi maniknya melihat ke arah rantang makanan yang ada di saling pintu ruangannya, ia tahu pasti karena ketakutan Ava sampai meninggalkan makanan itu di luar tanpa menemuinya terlebih dahulu.
“Dia pasti ketakutan sekarang,” batin Ansell dengan tangan yang meraih rantang makanan itu.
***
“Astaga, kenapa aku ahrus melihat adegan gila seperti itu! Seharusnya tadi aku tidka melihatnya, bagaimana nanti aku bertemu dengannya? Dia pasti marah karena aku mengetahui semuanya rahasia nya jika ia ternyata menyukai sesama jenis,” gerutu Ava sembari terus mengajak kaki jenjangnya melangkah keluar dari perusahaan ini. Ava menghentikan langkah dan melihat ke lantai atas, ia bisa melihat dengan begitu jelas jika Tuan Ansell kini sedang memperhatikannya dari lantai atas dan di tangan lelaki itu membawa rantang makanan miliknya tadi, Ava mengedikkan kedua bahunya kemudian berlari keluar dari perusahaan ini.
Semua orang yang melihat ke datangan Ava langsung membungkukkan tubuhnya, para wanita menatap iri ke arah Ava karena dia begitu cantik meskipun hanya menggunakan make up natural.
Di dalam mobil.
Ava terus saja melamun memikirkan apa yang terjadi tadi, entah mengapa bayangan akan kejadian itu terus saja berputar di memori internal otaknya seakan kejadian itu terulang berkali-kali hingga ia hafal setiap adegan yang sang suami dan juga lelaki itu lakukan, adegannya cukup sederhana saling menatap dengan berpangkuan, tapi itu membuat Ava merinding.
Ava mulai merasa sesak nafas ketika mengingat kejadian itu, ia buru-buru membuka jendela mobil lalu menghirup udara sebanyak-banyaknya.
Di tempat lain.
“Mama, Emma ingin membeli tas tadi,” rengek Emma pada Maria yang sedang duduk di kursi kemudi. Ya, Maria baru saja membeli mobil abru dengan uang yang ia dapatkan dari menjual anak tirinya sendiri.
“Emma, kamu jangan berlebihan, kita bisa langsung jatuh miskin jika kamu membeli tas semahal itu,” bentar maria pada putrinya. Maria menghentikan mobilnya di lampu merah, melihat ke arah Emma yang enggan untuk menatapnya. “Emma, lihat Mama,” pinta Maria setelah menurunkan satu oktaf suara nya.
Emma terpaksa melihat ke arah sang Mama dengan malas. Maniknya menembus luar jendela mobil. Bibirnya terbuka dengan mata yang membulat penuh saat ia melihat siapa gadis yang persis ada di samping jendela mobil sang Mama.
“Ava,” kata Emma lirih tapi masih bisa didengar oleh Maria.
“Ava?” tanya Maria. Ia menoleh ke arah samping dan langsung terkejut saat melihat ke arah Ava yang kini sama persis ada di sampingnya.
“Mobil yang Ava tumpangi adalah mobil yang kemarin Emma inginkan,” kata Emma. “Kenapa nasib wanita sialan itu bisa seberuntung ini,” umpat Emma yang mulai merasa geram dan juga iri dengan penampilan Ava sekarang.
Dahulu saudara tirinya itu hanya mengenakan barang-barang bekas miliknya, tapi sekarang Ava menjelma menjadi wanita cantik jelita dan menjadi menantu orang terkaya di negara ini.
“Jika di lihat dari penampilan dan juga wajahnya yang nampak terawat, pasti Tuan Sam memperlakukannya dengan sangat baik sekali,” kata Maria.
“Mama, Emma ingin berada di posisi Ava,” rengek Emma. “kenapa Mama masih juga belum mencari cara agar aku bisa bertukar posisi dengannya,” sambung Emma sembari mengacak rambutnya sendiri karena merasa frustasi melihat sadara tirinya hidup dengan bahagia bak putri raja.
Maria hendak membuka kaca mobilnya dan secara kebetulan rambu lalu lintas berubah warna menjadi hijau, mobil yang membawa Ava melesat menjauh. Suara klakson mobil terdengar beruntun di belakang mobil milik Maria, semua pengemudi marah karena mobil Maria tak kunjung berjalan ketika rambu lalu lintas sudah berubah warna.
“Mama, kejar mobil yang membawa Ava,” teriak Emma pada Maria.
***
Sore hari ini Ava memilih berjalan-jalan di halaman rumah menikmati pemandangan sekitar, rumah ini begitu besar sekali membuat Ava seakan seperti tinggal di negri dongeng. Sejak Kecil Ava selalu bermimpi memiliki rumah sebesar ini dan akhirnya jadi kenyataan. Suara Tuan Sam menghentikan lamunan Ava.
“Ava, kamu sedang memikirkan apa hingga mobil Papa melewatimu kau sampai tak menyadarinya?” tanya Tuan Sam yang sekarang sudah berdiri di samping Ava.
“Astaga,” kata Ava kaget dengan tangan memegangi dadanya yang sekarang sedang berdetak tak stabil. “Pa, maaf, Ava tak menyadarinya,” kata Ava dengan wajah malu karena ketahuan melamun di sore hari ini.
“Tidak perlu meminta maaf, ayo kita masuk ke dalam rumah,” kata Tuan Sam.
“pa, bair Ava bawa tasnya,” kata Ava dan Tuan Sam tersenyum lalu memberikan tas kerjanya pada Ava.
“Sejak kamu tinggal di dalam rumah ini, rumah yang dulunya terlihat membosankan mulai menjelma menjadi rumah impian, Papa sungguh bahagia sekali karena kau ada diantara kami,” kata Tuan Sam sembari mengusap rambut Ava sama seperti membelai rambut putri kandungnya sendiri.
“Ava juga merasa beruntung sekali karena papa ada di samping Ava,” jawab Ava. “Pa, bolehkan jika malam ini Ava tidur di kamar tamu?” tanya Ava pada Tuan Sam.
“Apakah Ansell mengusir kamu dari kamarnya?” tanya Tuan Sam.
Ava menggelengkan pelan kepalanya lalu menjawab, “Tidak. Tapi Ava masih merasa tidak nyaman jika satu kamar dengan seorang lelaki,” kata Ava mencoba untuk mencari alasan. Ia takut sekali jika harus berbagi kamar dengan lelaki yang menyukai sesame jenis.
“Kamu juga nanti akan terbiasa,” kata seorang lelaki yang tidak lain adalah Ansell.
Ava begitu terkejut hingga wajahnya memucat ketika ia menyadari Ansell sejak dari tadi ternyata berjalan di belakang mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
May Yadi
ck ck ck ck ketauan kan 🤣🤣🤣🤣
2023-05-16
1