Bantuan Penuh Hinaan

Ava dan juga Tuan Ansell melangkah menuruni anak tangga rumah ini, keduanya tak saling menatap seakan seperti orang yang tidak saling mengenal. Ava berjalan dengan begitu pelan sekali karena menahan luka robek di area itu, lelaki ini benar-benar menghajarnya semalaman dan beruntung Ava tidak mati karena menahan rasa lelah dan juga sakit yang teramat sangat ketika lelaki itu merenggut kasar kesuciannya.

Tuan Ansell melirik ke arah Ava yang berjalan sangat pelan sekali, dengan sangat jelas Tuan Ansell bisa melihat jika Ava mengigit bibir bagian bawahnya seakan sedang menahan rasa nyeri yang coba ia sembunyikan dari tatapan siapa saja, tapi Ansell tahu itu dengan sangat jelas.

“Kalau susah berjalan lebih baik kau jatuhkan saja tubuhmu hingga langsung sampai di bawah anak tangga.” Bukannya membantu lelaki tak punya hati ini malah menyuruh Ava bunuh diri secara tidak langsung.

Ava tak berani melihat ke arah Tuan Ansell, ia hanya diam berpura tak mendengarkan ucapan lelaki gila itu. Padahal sesungguhnya didalam hati Ava ingin sekali mencakar wajah lelaki menyebalkan itu sekarang juga agar kelak ia tak berani berbicara seperti itu lagi di hadapannya. Tapi apa daya, Ava tak berani melalukan hal itu, ia tak mau mati  konyol sebelum membalas dendam pada Maria dan juga Emma terlebih dulu.

Tuan Ansell begitu gemas melihat sikap Ava yang hanya diam tanpa mau menangapi apa yang ia ucapkan.

Ava begitu terkejut sekali ketika ia mengetahui tubuhnya diangkat oleh seseorang dan orang itu adalah sang suami-Tuan Ansell lah pelakunya.

“Tu-tuan apa yang kau lakukan, cepat turunkan aku," kata Ava pada Tuan Ansell. Ava mengedarkan pandangannya ke sekitar dan ia melihat jika para pelayan yang ada di lantai bawah rumah ini sedang memperhatikan ke arah mereka berdua, Ava begitu malu sekali sekarang.

Mata setajam belati itu memperhatikan Ava dengan tatapan membunuh, seakan lelaki itu hendak membunuh Ava mengunakan tatapannya. "Jika kau terus bergerak, maka bisa aku pastikan jika aku sendiri yang akan melempar kamu dari posisi sekarang!” ancam Tuan Ansell pada Ava dengan rahang yang mengeras.

Ava langsung diam. Tak berani memprotes ataupun berniat untuk membuka suara, terserahlah jika lelaki ini mau menggendongnya karena yang terpenting Ava tidak di lempar dari anak tangga.

Di tempat lain.

Tuan Sam yang sudah sejak dulu duduk di meja makan menarik salah satu senyuman di bibirnya ketika melihat sang putra melangkah masuk menuju meja makan sembari mengendong menantunya, hal ini sungguh tidak di duga oleh Tuan Sam, jika sang putra dengan sangat mudah bersimpati dengan menantunya, apakah semalam mereka habis melakukan malam pertama, atau itu hanya pemikiran Tuan Sam saja?

Ansell melihat ke arah sang Papa dengan wajah datar. “Jangan sering-sering tersenyum sendiri karena itu tidak baik,” kata Ansel pada sang Papa.

Senyuman Tuan Sam melebur seketika, ia menatap bengis ke arah Ansell kemudian berkata, “Anak kurang ajar, tidak tahu sopan! Mana pantas kau berbicara seperti itu pada Papa,” hardik Tuan Sam secara langsung.

“Ja-jangan bertengkar,” kata Ava yang kini sudah duduk di meja makan.

Kemarahan Tuan Sam pada Ansell langsung melebur ketika mendengarkan suara lembut Ava yang seakan sedang mencoba membantunya untuk menurunkan kadar emosinya.

“Sayang, kenapa pedebah itu mengendong kau?” tanya Tuan Sam pada Ava dengan nada suara terdengar lembut tapi penuh akan wibawa.

Ansell memutar kedua bola matanya malas setelah mendengarkan ucapan sang Papa. Ia begitu jengah sekali ketika melihat Papanya mencoba memerankan mertua yang baik pada wanita yang baru genap satu hari ia nikahi ini.

“Dia habis jatuh,” jawab Ansell mendahului Ava berbicara, entah mengapa Ansell merasa tidak yakin saja jika Ava bisa berbohong. “Sebenarnya aku ingin mematahkan kedua kakinya, hanya saja aku takut Papa marah jadi aku menggendongnya menuju ruangan ini,” kata Ansell.

“Lelaki macam apa yang aku nikahi ini, bisa-bisanya ia berkata seperti itu. Tapi aku sangat beruntung sekali karena bukan Tuan Sam yang menikahi aku,” batin Ava di dalam hati.

“Ansell, sekali lagi kau berani bicara kurang ajar seperti itu maka Papa akan langsung mengeluarkan kamu dari rumah ini,” maki Tuan Sam yang sudah tak bisa menahan emosinya lagi.

Kedua tangan Ava menggenggam erat dress yang sedang ia kenakan sekarang, entah mengapa ia sudah bisa menduga jika hubungan antara Papa dan juga anak ini pasti tidak terlalu bagus.

“Ava, Papa berangkat bekerja sekarang, jika terlalu lama berada satu ruangan dengan anak kurang ajar ini, maka Papa bisa terkena tekanan darah tinggi,” pamit Tuan Sam pada Ava.

Tuan Sam memang membeli Ava dari Maria. Tapi ia tetap saja memperlakukan Ava dengan sangat baik, karena Tuan Sam sudah menyelidiki semuanya tentang Ava dan ia justru merasa kasihan melihat keadaan Ava selama ini, Tuan Sam yang memang sejak dari dulu menginginkan anak perempuan kini akhirnya mendapatkannya juga, ya Tuan Sam mengganggap Ava seperti anak kandungnya sendiri.

“Tuan hati-hati di jalan,” kata Ava dengan kepala yang masih tertunduk.

“Tuan,” kata Tuan Sam mengulangi ucapan Ava barusan. Mulai sekarang panggil aku dengan sebutan sama dengan Ansell, sekarang panggil aku dengan sebutan Papa,” pinta Tuan Sam sedikit memaksa.

Ava mengangkat pandangannya, melihat ke arah Tuan Sam. Lidahnya terasa begitu keluh sekali hingga tak bisa mengeluarkan satu patah pun. “Pa-pa.” Ava masih terbata ketika memanggil Tuan Sam dengan sebutan itu karena ia belum terbiasa.

“Berpura tak bisa menyebutkan kata itu, padahal di dalam hati ia merasa sangat senang sekali. Hei kau apakan uang 2 miliar yang Papaku berikan.” Ansell melihat ke arah Ava dengan tatapan sinis, netranya dengan sangat jelas melihat Ava langsung menundukkan kepalanya dengan air muka yang sulit untuk bisa di tebak.

“Ansell! Jaga ucapan kamu itu, kau tahu Ava adalah ....” belum sempat Tuan Sam menyelesaikan kata-katanya Ansell sudah menyelanya terlebih dahulu.

“Aku tak perduli dengannya, tapi Papa harus tetap menempati janji kita.” Usai bicara Ansell pergi begitu saja.

"Ansell, kemarilah! Ansell ... berani sekali kau meninggalkanku Papa ketika sedang bicara, apakah Papa pernah mendidik mu seperti ini!" teriak Tuan Sam pada Ansell.

Tapi putranya itu tetap melangkah pergi seakan ia tak mendengarkan teriakan sang Papa.

Tuan Sam mendudukkan tubuhnya, kepalanya langsung terasa berdenyut nyeri ketika melihat sikap Ansell masih saja tak berubah, mencoba menentang apapun yang ia perintahkan. Sejak mengenal Bar-bara sikap Ansell semakin jauh berubah. Beruntunglah sekarang Ansell sudah menikah dengan Ava.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!