Angga berbagi makanan yang dia bawa dengan tetangga di sebelahnya. Mereka dua anak kecil yang ditinggal bekerja oleh ibu mereka setiap harinya. Jadilah kedua anak itu menyiapkan makanan untuk diri mereka sendiri.
Kedua bocah itu tentu menyambut dengan cepat ajakan Angga. Mereka bahkan memikirkan sang ibu yang sibuk bekerja untuk mencukupi hidup mereka. Angga mengatakan kalau mereka berdua boleh membawakan ibu mereka makanan dan memberikannya saat sudah pulang nanti. Hal itu membuat kedua anak tadi tersenyum senang dan kembali menikmati makan malam mereka dengan sangat lahap.
"Terima kasih makanannya, om," tukas kedua anak itu seraya tersenyum sangat lebar. Terlampau bahagia karena bisa menyantap makanan nikmat untuk makan malam mereka malam ini.
"Sama-sama. Ayo, biar om antar pulang. Nanti ibu kalian nyariin lagi," tukas Angga mengingatkan kalau mungkin saja ibu mereka akan pulang lebih cepat.
"Biar saya cuci ini dulu, om. Habis itu baru balik," ucap Lia mengangkat piring-piring bekas pakai mereka.
"Bocah! Dengarkan kata-kata orang yang lebih dewasa, oke!. Om bisa kok nyuciin itu nanti. Jadi kalian pulang aja, belajar biar makin pintar di sekolah. Dan untuk Tio, langsung sikat gigi lalu tidur,"
Lia mengangguk, tak ingin membantah ucapan orang yang lebih tua baginya. Apa lagi perkataan tersebut untuk kebaikan dirinya sendiri, jadi sudah pasti dirinya harus menuruti. "Kalau begitu, selamat malam, om. Selamat tinggal dan terima kasih sekali lagi untuk makanan enaknya," ucap keduanya berpamitan.
Angga mengantar kedua bocah itu pulang. Meski bersebelahan, siapa yang tahu kalau dada orang jahat yang mungkin saja lewat. Selesai mengantar kedua bocah itu sampai di rumah mereka, Angga kembali dan mengurus sisa pekerjaan yang dia miliki. Membersihkan meja serta mencuci piring bekas makan menjadi prioritas paling pertama yang dia kerjakan.
...ೋ❀❀ೋ═══ • ═══ೋ❀❀ೋ...
Sejak saat itu, Angga sering diberikan makanan rumahan. Bosnya dan Rika bergantian memberikan makanan, seolah keduanya janjian menentukan hari bagi mereka mengirim makanan kepada pemuda itu. Angga sedikit bingung di awal, tetapi lama-kelamaan dia terbiasa juga. Tak ada salahnya menerima semuanya, dia juga tak pernah minta dan kelihatannya kedua orang itu bukan tipe orang yang akan memberi hanya untuk mendapatkan pujian atau ajang pamer-pameran.
Kalau bosnya jelas, semua makanan yang diterima Angga pasti merupakan titah dari sang nyonya rumah yang pikun akut itu alias sang nenek bosnya. Bosnya sendiri pernah mengatakan kalau neneknya hanya ingin meminta maaf, berterima kasih, sekaligus mengenyangkan perut Angga saja. Pemuda itu terlalu kecil menurut neneknya, jadilah sang nenek tergerak untuk menggemukkan badan angga tanpa diminta.
Lalu untuk Rika. Gadis itu mengaku akhir-akhir ini gemar belajar memasak melalui internet. Dia selalu kebablasan kalau memasak dan berakhir dengan banyaknya hidangan tanpa ada yang bisa menghabiskan. Hasilnya, Rika memutuskan untuk mengemas semuanya dan memberikan pada Angga. Yah, anggap saja pemuda itu sebagai penguji hasil masakan yang dia masak dengan modal nekat dan nonton doang.
"Ang, liburan jalan-jalan yuk?" ajak Rika saat mereka berdua bertemu setelah sekian lamanya sibuk dengan urusan masing-masing. Rika sudah tak merasa risih lagi kalau berasa di tengah keramaian. Dirinya tak lagi gugup sama sekali.
"Jalan-jalan? Ke?" Angga memang tak pernah liburan. Setiap waktu yang dia miliki dulu selalu diisi dengan mengetik naskah. Jadi kalau diajak liburan, dia tak bisa memberi masukan harus kemana yang bagusnya.
"Pantai? Hutan? Apa ke pulau?" tukas Rika terlihat belum memutuskan tujuan sama sekali.
"Pantai aja. Hutan aku nyerah. Kalau pulau, pasti juga sama ada hutannya. Jadi skip aja," timpal Angga cepat sebelum Rika sempat memutuskan.
"Oke," sekarang Rika hanya perlu mencari pantai mana yang bagus buat mereka kunjungi.
"Boleh ngajak temen aku, gak?" tanya Angga ragu sambil menggaruk pipinya. Dia yakin kalau Rika pasti akan membayar semua pengeluaran, jadi dia akan membayari temannya itu kalau memang diperbolehkan untuk ikut.
"Gak masalah, ajak aja yang kamu mau. Bebas!" tukas Rika tanpa ragu.
"Biar aku yang tanggung biaya untuk mereka," ucap Angga menyela.
"Biaya apaan? Gak usah, mending kamu simpan aja buat beli apa gitu yang lebih guna," sanggah Rika dengan cepat. Tak berharap Angga mengeluarkan uang sepeser pun selama perjalanan untuk liburan mereka.
"Tapi ... kan aku yang pengen ajak mereka, Rik?" tukas Angga tak enak hati selalu membebankan soal uang pada Rika. Memang penghasilannya tak terlalu besar, bahkan setelah ditambah dengan hasil dari saham yang Rika berikan. Tapi, bukan berarti itu menjadi alasan dirinya tak boleh mengeluarkan uang kalau memang diperlukan. Angga sadar kalau uangnya tak akan pernah bisa sama banyaknya dengan milik Rika, tapi dia juga mampu kalau hanya sebatas ini.
"Kan, aku yang bolehin. Aku juga yang ngajakin liburan. Jadi udah pasti aku juga yang bayar!" tukas Rika yang terdengar masuk akal.
Angga tak lagi membantah, dia juga tak merasa kesal karena tak diizinkan membayari pengeluaran untuk temannya. Dia yakin Rika tak bermaksud buruk apa lagi ingin merendahkan dirinya. Gadis itu pasti memikirkan keadaan Angga yang terlihat sangat pas-pasan saja.
Dengan persetujuan Angga, akhirnya diputuskan kalau mereka akan liburan ke pantai bersama dengan dua orang tambahan. Itu pun kalau keduanya mau ikut saat diajak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments