Singkat cerita, keesokan harinya aku sudah berada di fukuoka kembali bersama Ayame dan Hikari. Ketika keluar stasiun, kita memanggil taksi dan langsung menuju alamat yang di berikan baasan kepada ku. Suasana kota siang itu ramai lancar, tidak ada tanda tanda gangster yang berkeliaran yang membuat parno, paling hanya ada anak anak yankee yang berkeliaran dengan geng nya di setiap arcade dan convini, tidak ada yang perlu di khawatirkan. Tapi walau begitu, aku tetap waspada, kita tidak tahu apa yang terjadi selanjut nya. Setelah 20 menit perjalanan, akhirnya kita sampai di alamat yang di tuju, ternyata yang ada di alamat itu adalah sebuah pub biasa yang siang hari pun buka. Tanpa ragu lagi, aku masuk ke dalam bersama dengan Ayame dan Hikari. Tapi ketika mau naik lift untuk menuju tempatnya, seorang penjaga mencegah Ayame dan Hikari ikut naik ke atas. Aku protes, memang nya kenapa kalau mereka ikut.
“Maaf tuan, bukan nya tidak boleh, tapi madam sekarang lagi banyak pikiran, kami hanya takut mereka berdua jadi sasaran.” Ujar penjaga itu sopan walau tampang nya seram.
“Hah...hanya alasan itu ?” Tanya ku kesal.
“Sudah tidak apa apa onii chan, aku dan Hikari tunggu di sini saja.” Ujar Ayame menengahkan.
“Iya benar Ma kun, aku akan jaga Ayame onee san di sini.” Tambah Hikari.
“Ya sudah, tolong jaga mereka.”
“Baik tuan.” Jawab penjaga itu.
Aku melihat seorang penjaga itu membawa Ayame dan Hikari ke ruang tunggu tamu di depan yang memang di sediakan khusus untuk yang menjemput tamu. Aku melangkahkan kaki masuk ke dalam lift, hanya ada satu tombol di panel yang betuliskan angka 2, aku menekan nya dan naik ke atas. Apa juga alasan nya kedua gadis itu tidak di ijinkan naik, memang ini pub apa, pikir ku dalam hati. Lift berhenti dan langsung terbuka, aku keluar dan melihat suasana pub di depan ku yang sepi dan tidak ada orang sama sekali. Aku mulai waspada dan bersiaga, jaga jaga kalau aku di sergap secara mendadak. Aku melangkah menuju kantor yang berada di samping bar dengan perlahan dan sebisa mungkin tanpa suara. Ketika sudah mendekat ke pintu, tiba tiba kaca di pintu pecah dan dua buah kunai melesat ke arah ku, karena reflek dan sudah siap sebelum nya, aku bersalto ke belakang menhindari dua buah kunai itu dan bersiap ketika mendarat, menunggu apa yang akan keluar dari kantor. Pintu di buka, seorang berbadan tegap keluar, dia berlari menghampiri ku, tapi,
“Ara..ara ra ra...yada, bocchan, maaf aku pikir siapa...”
Pria itu berlari ke arah ku dan gayanya itu loh, imut dan menjijikkan, makhluk apa ini, kenapa makhluk ini memanggil ku bocchan dan wajah nya, make up ? aduh ga banget deh. Haiz kenapa juga aku malah jadi banci seperti yang lari menuju kesini. Pria itu langsung memeluk ku dan minta maaf, ampun deh, walau banci tenaganya kuat banget, susah untuk lepas dan dia bisa melemparkan kunai seperti itu. Tentunya bukan orang sembarangan. Aku berusaha melepaskan diri dari nya, bau parfum menyengat campur baru rokok dan minuman keras membuat ku jadi sedikit pusing.
“Le..lepas ossan....” Teriak ku.
“Ara bocchan...yang bener nee chan....nee chaaaan.” Ujar nya dengan menaruh jari di pipinya yang kotak dan mengedipkan mata.
Sekujur tubuh ku merinding, rasanya super mual. Aku mengacungkan tangan untuk mencegah nya mendekat. Seumur hidup baik di kehidupan lalu maupun di kehidupan ini, baru kali ini aku bertemu secara langsung makhluk seperti ini.
“Nee.. san...siapa huff ?” Tanya ku terbata bata.
“Ara..eike Enmado Youko, eike sudah menunggu bocchan lamaaa banget tapi bocchan tidak datang datang dan membuat eike khawatir.”
Geh, orang inikah yang kucari, jisaaaan kenapa tidak bilang ada makhluk semacam ini di anak buah kita dan baasaaaan kenapa juga tidak bilang kalau yang ku cari itu adalah makhluk ini. Haaaah, aku menarik nafas panjang untuk menenangkan diri. Kemudian aku minta supaya Ayame dan Hikari boleh naik ke atas. Youko langsung berjalan ke bar dan menelpon penjaga di bawah untuk membiarkan Ayame dan Hikari naik. Lalu dia bercerita kalau beberapa hari lalu, dia mendapat telepon dari jisan yang menanyakan aku dan Ayame sudah kesana atau belum, karena dia bilang belum, dia di marahi habis habisan dan di suruh mencari aku dan Ayame. Dia lega sekali aku datang kesana di tambah lagi aku membawa Ayame juga. Ketika ku tanya kenapa dia bisa tahu kalau aku adalah Masamune, dia bilang dia juga dulu di desa dan shishou sudah memberitahu nya dengan mengirimkan foto diriki dan Hikari.
Selain itu, dia juga mengatakan kalau situasi di tokyo semakin gawat dan jisan di ungsikan ke osaka, tempat pengobatan nya. Manabu san ikut bersama jisan ke osaka dan mencoba menghubungi ku berkali kali, maaf handphone dan pager ku hancur bersama dengan kabin. Jisan minta kalau aku dan Ayame tetap di fukuoka dan Hikari harus ke osaka membantu jisan. Tentu saja aku protes keras, aku tidak bisa berpisah dari Hikari. Akhirnya aku menceritakan kepada Youko hubungan ku dengan Hikari.
“Tapi bocchan, Hikari chan harus bertugas, ini perintah desa dan tidak bisa di langgar.”
“Kalau Hikari pergi, aku pergi, mana bisa aku biarkan dia pergi sendirian ke tempat yang belum tahu bahaya atau tidak nya.”
“Bocchan, Hikari chan itu ninja clan Kagenuma, mau tidak mau dia harus mengikuti kode ninja nya. Maafkan aku bocchan, bukan nya eike mau memisahkan kalian, tapi ini perintah.”
“Tidak apa apa Ma kun...aku akan pergi.” Terdengar suara Hikari di belakang ku.
Aku langsung menoleh dan berjalan menuju Hikari yang berdiri diam di sebelah Ayame. Aku langsung memeluk Hikari dan dia juga memeluk diriku. Aku tidak mau lagi terpisah dari nya, sudah cukup, di kehidupan lalu aku mengalami hal hal tragis yang membuat ku menyesal, sekarang tidak lagi, mau dia ninja kek atau apa kek aku tidak perduli. Melihat ku kehilangan kesabaran yang biasanya tidak pernah, Ayame maju menghampiri Youko yang juga sebenarnya tidak tega melihat ku.
“Youko san, bisa tidak aku bicara dengan jisan ?” Tanya nya.
“Ojouchan, ini bukan kemauan bos, ini tugas dari desa, bicara dengan bos tidak akan merubah apa apa.” Jawab Youko.
“Tapi bisa kan jangan Hikari chan yang di utus kesana ?” Tanya Ayame dengan nada tinggi.
“Tidak bisa....” Jawab seorang pria dengan tegas dan kencang.
Aku menoleh dan melihat guruku ada di belakang ku, sejak kapan dia ada di sana aku tidak tahu, Hikari langsung berlutut di hadapan guruku. Tanpa basa basi, tangannya terangkat dan menampar Hikari sampai Hikari terjatuh menghantam kursi di belakang nya, tapi Hikari kembali bangun dan berlutut menundukkan kepala walau aku tahu dia menahan sakit di wajah nya. Ketika tangan nya terangkat lagi, aku langsung menangkap tangan guru ku.
“Stop shishou, bukan Hikari yang salah, aku....” Teriak ku.
Guru ku menoleh melihat ku, dia melihat ku dari ujung kepala ke ujung kaki kembali lagi ke ujung kepala. Aku tidak melepas tangan nya dan terus mencengkram nya, aku sudah kalap, apapun yang terjadi terjadilah, guruku tidak tahu apa yang aku alami di kehidupan lalu, jangan macam macam denganku.
“Baik kalau itu maumu, aku akan membiarkan Hikari berada di samping mu selamanya, asal kamu bisa mengalahkan aku.” Ujar guru ku.
“Ok shishou. Aku setuju.”
“Ma kun...jangan.” Teriak Hikari.
“Tidak apa apa...kamu diam.” Balas ku.
“Onii chan....jangan kalah.” Tambah Ayame yang terlihat geram.
“Ya...aku tidak akan kalah.”
Singkat cerita, aku dan shishou pergi ke basement yang kosong dan langsung saling berhadapan. Hikari menonton nya dengan cemas dan Ayame memeluk nya. Youko juga terlihat cemas. Tentu saja cemas, aku tahu sekuat apa guruku, aku sendiri tidak yakin akan menang, tapi aku harus menang, minimal sampai dia mengakui hubungan aku dan Hikari cucu nya.
Pertarungan di mulai, setelah mengenakan pakaian aku langsung menyerang maju menuju guruku, pukulan dan tendangan aku layangkan kepada nya, tapi dia dengan mudah menangkis nya dan bahkan memejam kan mata. Sial juga orang tua ini, dia meremehkan ku. Dengan penuh emosi, aku menyerang nya membabi buta, yang ada di pikiran ku, Hikari harus ada di samping ku, aku tidak perduli aku egois dan tentunya tidak rasional, ini hidupku dan aku yang menentukan hidupku. Dia terus menangkis ku dan masih tidak membuka matanya, aku melompat mundur dan melemparkan dua buah shuriken padanya, dengan mudah dia menangkap shuriken itu dan mengembalikan nya pada ku, shuriken pertama berhasil aku hindari tapi shuriken kedua menancap di paha ku. Aku terjatuh dan langsung mencabut katana ku di punggung.
“Raaaaaaaah......” Aku berteriak dan maju menghunus katana ku langsung ke wajah nya.
Hanya dengan dua jari dia menangkap katana ku dan langsung menamparku, tapi dia membuka sebelah matanya. Aku terpental ke dinding dan menjejakkan kaki di dinding untuk melompat kembali menyerang nya.
“Cukup....” Teriaknya sambil menangkap tangan ku dan membanting ku ke tanah.
Gah, rasanya nyeri sekali, punggung ku menghantam lantai beton sampai membuat beton nya retak, rasanya mungkin beberapa tulang iga ku patah, aku susah bernafas karena di banting kencang, tapi aku belum menyerah, dengan tubuh hancur, aku berusaha bangkit dan kembali berdiri tapi tidak kuat, Hikari menangkap tubuh ku yang jatuh.
“Sudah Ma kun, biar aku teruskan.” Hikari menitipkan ku pada Ayame yang langsung memeluk dan menjaga ku.
Aku melihat Hikari mengambil dan menggantikan posisi ku melawan shishou dengan mata berlinang. Tapi,
“Hahahaha....luar biasa. Bahkan sampai cucuku sendiri menentang ku, baiklah, kalian menang, Hikari, kamu tidak perlu pergi, rawatlah calon suami mu.”
Dasar orang tua, kalau kamu bilang dari tadi, aku tidak perlu sampai hampir mati begini. Hikari langsung berbalik dan berlari ke arah ku. Kemudian dia memeluk ku yang sudah tidak bisa bergerak. Dia menekan ikat pinggang ku untuk membuka pakaian ku karena nafas ku memburu di balik masker, aku tersenyum melihat wajah Hikari yang menangis tersedu sedu sambil memandang ku. Ayame memeluk kita berdua dan ikut menangis bersama Hikari, walau badan ku sakit, aku senang dan bahagia di saat ini, tapi kesadaran ku semakin menjauh, akhirnya aku memejam kan mata. Aku hanya mendengar Hikari dan Ayame memanggil namaku sambil menangis sebelum aku benar benar tidak sadarkan diri.
***
“Pip...pip....pip...” Itulah suara yang kudengar sebelum aku membuka mata, ketika aku membuka mata, ternyata aku ada di sebuah ruangan yang sepertinya rumah sakit, aku masih hidup pikir ku. Aku menoleh, Ayame sedang tidur sambil memegang buku dan duduk di dekat jendela, kemudian aku menoleh ke sisi yang lain, aku melihat Hikari sedang tidur di sisi tempat tidur ku dengan kepala di atas tangan ku. Aku ingin mengusap kepalanya, tapi tangan sebelah ku tertahan oleh infus, aku memaksanya dan tiang infus itu jatuh menimbulkan suara kencang.
“Ma kun.....” Teriak Hikari yang bangun.
“Masa kun.....” Teriak Ayame yang berdiri dan langsung menghampiri ku.
Keduanya menangis dengan tersenyum, mereka lega aku kembali sadar. Mendengar keduanya berteriak, Haruka, Ryota, Keiko, Shizuka dan Youko masuk ke dalam. Eh kok semuanya ada di sini ? yang paling mengejutkan adalah ossan dan obasan orang tua Haruka juga ikut masuk ke dalam, obasan sepertinya membawa balsem yang katanya obat warisan keluarga. Semua terlihat lega ketika aku bangun, kecuali Keiko dengan sifat tsun tsun nya haha. Aku mencoba duduk, eh kok rusuk ku tidak sakit lagi, aku memegang rusuk ku dengan heran, Hikari menjelaskan kalau guruku mengobati ku dengan ramuan nya sebelum aku di bawa ke rumah sakit. Syukurlah semua berakhir baik, begitu pikiran ku, sebelum Youko membisikkan sesuatu di telinga ku.
“Manabu membawa bos yang terluka ke tempat persembunyian di osaka.” Ujar nya.
“Apa ? kapan terjadinya, sudah berapa lama aku pingsan ?” Tanya ku panik.
“Kamu pingsan selama 5 hari bocchan, eike di beritahu Manabu, di malam kamu pingsan dan sampai hari ini belum ada kabar apa apa lagi.” Jawab Youko.
“Tau tempat persembunyian nya dimana nee san ? aku kesana.”
“Yadaaa...tidak boleh bocchan, eike harus menjaga mu di sini.” Balas Youko.
“Biarkan dia pergi, Ayame tetap di sini bersama Keiko dan Shizuka.”
Baasan masuk ke dalam ruangan dan di sebelah nya shishou, hah mereka kenal satu sama lain rupanya. Shishou berkata, aku sudah meningkat karena bisa memaksanya membuka sebelah mata dan sedikit serius ketika membanting ku, jadi aku boleh pergi. Tapi Ayame bersikeras untuk pergi bersama ku dan Hikari mendukungnya sebab dia ingin pergi bersama ku. Mereka sampai berlutut di hadapan baasan dan shishou. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi hasil nya mereka di ijinkan pergi bersama ku. Baiklah, berikut nya osaka, setelah aku boleh keluar dari rumah sakit, aku akan langsung berangkat, bersama Ayame dan Hikari menyusul jisan, yang waktu kematian nya berdasarkan kehidupan lalu ku sudah semakin dekat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
mochamad ribut
up
2023-07-28
0
mochamad ribut
lanjut
2023-07-28
0