Chapter 16

Bagaimana ini, aku kembali mengecek bawaan ku, benar aku hanya membawa sejumlah uang di dompet ku dan kartu kredit saja yang kalau di pakai akan ketahuan kita ada di mana. Untung saja, Hikari sempat mengambil buku tabungan yang ada di tas dan di selipkan di pinggang nya, masalah uang aman. Sekarang yang paling penting, kita mau kemana, tidak mungkin kembali ke rumah keluarga Haruka, bukan karena mencurigai mereka, tapi kita bisa ketahuan di kabin saja itu sebuah tanda tanya besar. Sebelum tahu apa yang terjadi sebenarnya, kita tidak boleh gegabah dan tidak boleh mudah percaya kepada siapapun. Aku mendiskusikan nya pada Ayame dan Hikari mengenai hal ini,

“Gimana menurut pendapat kalian, apa kita harus kembali atau sementara menghilang.” Tanya ku kepada keduanya.

Wajah keduanya bingung, ah tentu saja, mereka hanya anak 15 tahun dan anak 13 tahun, tidak ada jalan lain, aku yang harus mengambil keputusan. Pertama yang kita butuhkan adalah tempat bernaung. Ryota mengatakan soal gua, tapi aku rasa kita jangan kesana, untung aku menemukan kuil terbengkalai itu, kita kesana saja. Aku langsung menggendong Ayame dan berlari menuju kuil, sementara Hikari mengikuti ku. Masalah lain nya kita pikirkan nanti, yang penting ada tempat dulu untuk sementara. Setelah berlari menembus hutan, kita sampai di depan kuil, tapi kita belum turun dari pohon, aku menurunkan Ayame dan melompat turun menuju kuil untuk melihat situasi dan menyelidiki sekitar.

Beruntung sekali dulu aku penggemar manga dan light novel bahkan sampai saat berumur 40 tahun yang saat ini belum terbit dan bahkan mungkin pengarang nya saja belum lahir, contoh nya seperti seorang yang mati bereinkarnasi ke isekai tanpa tau apa apa mengenai dunia itu dan menjadi slime, kemudian harus mencari cara untuk selamat mengandalkan dirinya di dalam gua sampai akhirnya menjadi demon lord hehe dan masih banyak kisah lain nya. Terima kasih para mangaka dan penulis, berkat kalian aku jadi selamat dan kalau sekarang aku selamat aku akan menampung bakat kalian dan membiayai nya. Setelah mengelilingi komplek kuil yang sudah hancur dan memastikan aman, aku kembali ke atas pohon dan mengajak Ayame dan Hikari turun, kita memakai rumah yang masih bisa di pakai di belakang kuil walau atap nya sudah berlubang separuh.

“Sementara kita di sini dulu.” Ujar ku sambil menurunkan Ayame.

“Iya Masa kun.....” Balas Ayame.

“Lalu selanjutnya gimana onii chan ?” Tanya Hikari.

“Kita pikirkan pelan pelan yang penting sekarang kita selamat dulu.”  Balas ku menjawab pertanyaan Hikari.

Keduanya akhirnya menempel padaku yang sedang menyalakan api. Wajar saja, aku merasakan tubuh mereka gemetar, tentunya keduanya takut karena masa depan kita tidak jelas saat ini. Walau Hikari sudah terlatih untuk survive, tapi tetap saja dia baru berumur 13 tahun, aku bisa memaklumi nya. Setelah api menyala, barulah aku berpikir untuk langkah selanjutnya, tidak mungkin kita terus berada di kuil ini pikir ku. Selagi aku berpikir, tiba tiba Hikari berdiri,

“Onii chan, aku pergi sebentar, aku mau ke convini beli makanan dan minuman untuk kita sekalian lihat situasi.”

Aku berpikir di antara kita bertiga, memang Hikari yang bisa keluar, sebab dia bukan lah target utama, memang berat, tapi terpaksa aku ijinkan.

“Baiklah, tapi ingat hati hati dan cepat kembali.” Balas ku.

“Sip onii chan, tunggu ya.....” Hikari langsung berlari keluar dan melompat lompat.

Ayame yang sudah agak sedikit tenang, mulai duduk di depan perapian yang ku buat. Dia menoleh ke arah ku,

“Setelah ini, kita kemana Masa kun ? seperti katamu, kita tidak bisa ke tempat Haruka chan lagi. Kita tidak bisa merepotkan mereka lagi.” Ujar nya.

“Kita lihat situasi kota dulu.....” Balas ku.

Kemudian Ayame melihat kembali ke perapian, kedua lutut nya di lipat dan dia memeluk nya sambil terus melihat api yang menari nari di depan nya. Tiba tiba dia bicara,

“Aku....merepotkan ya. Maaf....” Gumam nya.

Aku langsung menoleh melihat wajah nya yang terlihat murung dengan mata berlinang. Aku paham perasaan nya, aku pernah merasakan berada di posisi nya, walau saat berada di posisi nya mungkin aku tidak menyadari kalau aku merepotkan orang lain. Aku bergeser dan menempelkan tubuh ku ke tubuh nya.

“Tidak, kamu tidak merepotkan...tenang saja dan jangan berpikir yang aneh aneh.” Ujar ku.

“Tapi, aku tidak bisa apa apa, kamu bisa bertindak cepat, melihat semua situasi dan melihat ke depan, juga ahli bertarung, Hikari chan hebat dalam bertarung, begitu juga Haruka chan. Sedangkan aku, giliran kamu tanya tadi, aku hanya bisa bengong dengan pikiran yang kosong. Aku benar benar menyedihkan dan merepotkan.” Ujar nya sambil menunduk membenamkan wajah nya di tangan nya yang melipat di atas lutut nya.

“Aku tidak pernah berpikir begitu, kamu lah yang membuat ku bisa berpikir cepat dan bertekad menjadi kuat, jadi tanpa ada kamu aku juga tidak bisa berbuat apa apa.” Jawab ku untuk menghiburnya.

Apa yang ku katakan memang benar, aku sudah merasakan nya sejak awal ketika di adopsi oleh jisan, kalau bukan karena Ayame chan, mungkin diriku tidak akan berubah menjadi seperti sekarang ini. Seharusnya aku malah berterima kasih pada nya bukan menjadikan nya beban kan. Ayame juga tidak seperti anak anak dari keluarga kaya yang lain, dia lebih dewasa dan mandiri untuk anak seumuran nya. Sifat nya yang baik dan mau menolong adalah salah satu hal yang kukagumi, sifat nya inilah yang membuat ku jatuh cinta pada nya di kehidupan lalu, selagi semua merundungku dan tidak ada yang mau menolong ku, hanya dia yang mau mengajak ku berbicara dan membela ku, sampai akhirnya dia sempat di rundung, walau kemudian perundung nya di habisi pengawal nya. Tapi akibat kejadian itu dia tidak di rundung lagi, malah di jauhi, tidak ada yang berani mendekat padanya, kecuali aku. Dia menolong ku dulu, jadi wajar saja aku menolong dia saat ini.

Ayame yang mendekar ucapan ku, langsung menoleh perlahan dan memandangi ku, dia menarik nafas dan tiba tiba mendekatkan wajah nya ke wajah ku.

“Ajari aku bela diri....” Ujar nya.

“Eh...” Balas ku sambil mundur.

“Ajari aku bela diri, aku tidak mau melihat kamu atau siapapun di sekitar ku terluka.” Tambah nya sambil maju mendekat.

“Eh...kamu yakin Ayame chan, lagipula kamu terlalu dekat.” Balas ku sambil mundur pelan pelan.

“Aku yakin.” Jawab nya dengan mata yang tajam. Sepertinya memang hatinya sudah bulat.

“Kalau bela diri sulit, aku ajari kamu menembak, bagaimana ?” Tanya ku.

“Baiklah, ajari aku, pokok nya aku harus bisa membantu.” Jawab nya sambil terus berada di depan ku, wajah nya.

“Baik baik....” Ujar ku karena terdesak.

“Um...kalian sedang apa ?” Tanya Hikari yang tiba tiba di belakang ku sambil membawa dua buah kantung belanja.

“Waaa....Hikari, jangan suka mengagetkan seperti itu.” Teriak ku.

“Hehe maaf, tapi kalian sedang apa ? onii chan, kamu ga macam macam kan ?” Tanya nya.

“Tidak....aku tidak macam macam, oh ya gimana keadaan di kota ?” Tanya ku untuk mengalihkan perhatian Hikari.

Hikari langsung bercerita kalau kondisi kota ramai, sepertinya banyak orang yang berpenampilan gangster berkeliaran di kota, sepertinya mereka mencari orang karena bertanya kepada pedagang, pejalan kaki, bahkan mengetuk pintu rumah. Berarti di dalam kota kita sudah tidak aman, walau belum tentu kita yang di cari, tapi tidak boleh mengambil resiko. Aku berencana untuk ke luar kota menggunakan bis pagi pagi sekali besok, aku menyampaikan nya pada Ayame dan Hikari yang sedang makan dan minum. Mereka setuju untuk pergi keluar kota, setelah itu, keduanya tidur dan aku terus berjaga.

Pagi pagi sekali, karena aku sebenarnya tidak tahu rute rute di sana dan daftar nya hanya rute bus dalam kota, akhirnya kita bertiga pergi ke stasiun kereta menggunakan bus dan naik ke kereta yang kemana saja asal jangan kembali ke fukuoka. Setelah berjalan seharian tak menentu arah, kita ber tiga tiba di stasiun tara, stasiun sebuah kota kecil di pesisir pantai, di prefektur saga, berarti sudah pindah prefektur. Begitu sampai, hal pertama yang kita lakukan adalah mencari penginapan. Setelah mendapat penginapan di pinggir kota yang di kelilingi bukit dan lahan pertanian, kita pergi mencari toko untuk membeli pakaian yang di beritahu oleh orang di penginapan. Untuk sementara, kita bisa tinggal di sana sampai suasana tenang dan sedikit bernafas lega.

Paling tidak suasana di sini sudah seperti liburan, kita bertiga bisa bermain main di pantai, mengunjungi gerbang kuil (torii) yang ada ditengah tengah pantai. Makan seafood di pinggir pantai dan tidak lupa mengajari Ayame cara menggunakan pistol dan senapan yang sudah tersedia di dalam pakaian ku dan Hikari. Ayame sangat antusias mempelajari nya, Hikari juga mengajari nya belajar menembak sambil bergerak seperti yang biasa dia lakukan waktu latihan di desa dulu. Dalam tiga hari saja, Ayame sudah lumayan bisa menggunakan senjata walau mungkin setiap menembak masih berteriak haha. Tapi masa masa itu berakhir, setelah lima hari kita menetap di kota, datang sebuah mobil hitam menyebarkan foto di cari kepada para penduduk. Wajah ku dan Ayame terpampang di pamflet itu, para penduduk mulai melihat kita bertiga dengan pandangan yang lain. Akhirnya kita pergi lagi ke stasiun dan kembali naik kereta yang entah kemana membawa kita. Di dalam kereta,

“Sekarang kita kemana lagi ?” Tanya Ayame.

“Kita harus cari cara menghubungi Youko san, penghubung jisan di fukuoka.”  Balas ku.

“Jadi kita kembali ke kota ?” Tanya Hikari.

“Sepertinya, tapi kita jangan langsung, kita memutar, toh liburan musim panas masih lama kan.” Jawab ku.

“Kereta ini sepertinya ke kota saga.” Ujar Ayame sambil menunjuk peta jalur kereta.

“Ya, tidak apa apa, kita kesana dulu. Cari informasi. Saga kota yang lumayan besar kan.” Balas ku.

“Ok setuju hehe...” Teriak Hikari.

“Ah dasar Hikari chan....” Ujar ku sambil mengelus kepala Hikari yang terlihat ceria.

Kereta terus berjalan dan singkat cerita kita sampai di stasiun, begitu hampi keluar stasiun, aku melihat beberapa orang orang yang sepertinya sedang mengamati para penumpang yang sedang keluar dari stasiun di luar. Aku menarik Ayame dan Hikar, lalu kita mengenakan jaket dengan kerudung dan masker, kemudian menunggu di dalam stasiun, begitu ada kereta berhenti dan gerombolan penumpang mulau berjalan ke arah pintu keluar, kita bertiga menyelinap keluar bersama para penumpang yang banyak dan terburu buru itu. Tentu saja beberapa orang itu kesulitan melihat penumpang sebanyak itu yang keluar dari stasiun sekaligus. Kita menyelinap lewat gang gang kecil dan tiba di sebuah bagunan apartemen yang sudah bobrok dan kurang terawat. Daripada mencari hotel atau penginapan, mungkin apartemen lebih cocok buat kita bertiga, selain daerah nya sepi dan tidak banyak orang, sepertinya di dalam ada televisi dan radio dengan biaya tambahan. Begitulah yang di tulis di pagar nya. Aku masuk ke dalam dan bertemu dengan pemilik nya yang kebetulan tinggal di bawah. Setelah membayar untuk 1 bulan, pemilik mengantar kita ke unit kosong di atas nya.

“Nah silahkan, kalau ada perlu apa apa aku di bawah ya.” Ujar basan pemilik kepada kita bertiga.

Melihat kamarnya, wow sama sekali tidak layak huni haha. Kotor di sana sini, hanya ada satu futon yang bersih, yang lainnya yah begitulah, toilet yang kotor dan berjamur sehingga menimbulkan bau tidak sedap, dapur yang sudah tidak bisa di bilang dapur dan ruang tengah yang perlu di sapu, sebaik nya tatami nya di buang haha. Wajar lah, harga murah dan aman, walau sebenarnya uang ku masih mampu untuk menyewa hotel bintang lima berkat penghasilan yang terus masuk setiap bulan nya. Mulailah kita bertiga bergerilya membersihkan nya, Ayame sekali sekali berteriak karena melihat binatang hitam kecil yang bergerak sangat cepat dan tidak hanya satu, untung saja, Hikari tidak terpengaruh dengan hal itu, walau dia tidak mendekat dan tidak berbuat apa apa melihat nya.

Setelah semua bersih, aku keluar untuk belanja keperluan seperti futon baru, makanan, minuman, perlengkapan makan, perlengkapan mandi dan lainnya. Di sebuah tempat perbelanjaan, ketika aku sedang berbelanja, tiba tiba saja beberapa orang bersenjata menembakkan senjata ke langit langit dan berteriak,

“Mall ini sudah kita kuasai, semua pengunjung diam dan tiarap di tanah atau kita habisi.”

Halah, apa lagi nih, kenapa juga ada gangster berkelakuan seperti ******* di sini dan di saat aku lagi kabur kaburan kayak gini lagi, bikin parno saja. Tentu saja semua pengunjung takut dan langsung tiarap mendengar teriakan itu. Gerombolan gangster itu melihat satu demi satu pengunjung seperti sedang mencari seseorang, waduh, jangan jangan mencari ku, pikir ku dalam hati. Aku berusaha merangkak untuk masuk ke toilet di depan ku untuk bersembunyi di dalam karena kebetulan aku sedang di lantai 2. Tapi, tiba tiba,

“Kyaaaaa lepas, lepas.....” Terdengar suara teriakan wanita di bawah.

Eh, kenapa suaranya kok rasanya aku sering dengar ya ? apa yang terjadi. Aku merubah arah merayap ku, dari menuju toilet jadi menuju railing dan melihat ke bawah. Hah, Ayame, apa yang dia kerjakan di sini ? pikirku setelah melihat seorang wanita mirip Ayame di bawah dan sedang di tarik tarik oleh seorang gangster dari kejauhan. Otak ku langsung berputar, aku harus menyelamatkan nya, tapi tidak mungkin aku memakai pakaian ku di sini, pikirku. Aku bergegas kembali menuju toilet dan masuk ke dalam, aku naik ke saluran udara dan mengenakan pakaian ku. Aku berjalan di dalam, saluran udara dan meluncur turun ke bawah mengikuti arah saluran udara itu. Dari kisi kisi, aku melihat para gangster itu meninggalkan mall dan keluar membawa gadis mirip Ayame tadi.

Terpopuler

Comments

mochamad ribut

mochamad ribut

up

2023-07-28

0

mochamad ribut

mochamad ribut

lanjut

2023-07-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!