Aku tergeletak di jalan penuh darah, nafas ku tersengal sengal dan seluruh tubuh ku terasa nyeri yang teramat sangat. Aku tidak mungkin selamat pikir ku, badan ku mulai dingin dan aku sudah tidak bisa mengangkat tangan ku. Di saat aku sekarat, aku merenungi hidupku, salah dimana aku, kenapa semua menjadi begini, sudah berapa lama aku di kerjai istri dan anak anak ku, semuanya terlintas di benak ku. Tapi bukannya sedih,
“Hahahahaha......terima kasih, hidupku sangat menyenangkan, saking senang nya aku sampai tidak bisa tertawa hahahaha....kalau saja, kalau saja aku bisa mengulang semuanya.”
Aku histeris, tertawa seperti orang gila, pandangan mataku sudah gelap, aku tidak bisa melihat. Aku pasrah dan terpejam, aku sudah tidak bisa lagi membuka mata,
“Selamat tinggal dunia...” Aku meninggal dengan tangisan menyusul anak ku.
Tenyata seperti ini yang namanya kematian, kita terasa mengambang tak menentu dengan mata terpejam. Entah berapa aku merasakan diriku terombang ambing kesana kesini dengan tujuan tidak jelas, sama seperti hidupku sebelum nya. Di saat saat hening inilah, aku mengulang seluruh kehidupan ku di benak ku. Aku melihat diriku sendiri seperti menonton film kualitas rendah karena aktor nya jelek, yaitu aku. Ternyata benar, semua yang aku alami terjadi karena sifatku dan diriku sendiri, aku terlalu cuek, pengecut, selalu mencari jalan aman, tidak berani maju dan lain sebagainya.
Ketika menyadarinya, aku menjadi benci pada diriku sendiri, tapi apa penyebab nya, rupanya ada, aku pernah jatuh cinta. Odasiga Ayame, siswi pindahan pada waktu aku kelas dua sma, hanya dia yang mau bicara dengan ku saat di kelas walau duduk berjauhan, setiap hari selalu bersama karena kita berdua adalah anggota club yang sama yaitu club literature dan kita berdua tidak punya teman. Tapi cinta ku pupus, karena Ayame chan meninggal secara tragis, keluarganya di bantai oleh pesaing nya, ya benar, Ayame chan berasal dari keluarga yakuza, dia hidup di dunia yang keras, jauh berbeda dengan ku yang selalu hidup di alam damai. Andai saja saat itu aku punya kekuatan, mungkin aku bisa menyelamatkan nya, tapi semua sudah terlambat, aku hanya berharap aku bisa bertemu nya di alam kematian. Atau seperti itu pikiran ku. Tapi ternyata semua berbeda.
***
“Masa kun, bangun Masa kun.”
Suara lembut seorang wanita memanggil ku, aku tidak ingat suara siapa itu, tapi suara itu terasa hangat. Karena aku tidak bangun bangun, sebuah tangan lembut, halus dan hangat memegang tubuh ku dan mulai mengguncang guncang tubuh ku.
“Bangun Masa kun, kamu mau sekolah tidak.”
Sekolah ? aku sekolah ? di surga ada sekolah ? apa maksudnya ? karena penasaran, aku membuka mata. Ternyata yang mengguncang tubuh ku dan membangunkan ku adalah mama ku yang sudah meninggal. Eh, sudah meninggal ? kenapa dia ada di depan ku, sepertinya benar ini surga.
“Ayo, kamu sudah bangun barusan, kenapa terpejam lagi. Bangun Masa kun, kalau tidak di tinggal papa loh.”
Hah, papa ? benarkah papa masih hidup ? aku mau bertemu papa. Mata ku langsung terbuka lebar dan aku duduk di tempat tidur. Aku mengucek mataku dan melihat tanganku. Loh, kenapa tangan ku jadi kecil, aku melihat sekeliling dan aku melihat kamar ku sewaktu papa dan mama ku masih tinggal di apartemen. Aku menoleh dan melihat diri ku di cermin yang ada di lemari ku. Hah, aku jadi kecil waduh, memang kalau di surga seperti ini ya, pikirku. Aku turun dari tempat tidur dan keluar dari kamar, ruangan di depan kamar ku sangat sumpek, dengan sebuah televisi tabung menyala dan aku melihat papa ku sedang membaca surat kabar sambil duduk di meja dengan dandanan kantornya.
“Pa..pa....”
Tanpa sadar air mataku mengalir deras dan aku menangis tersedu sedu. Melihat diriku menangis, papa ku langsung menaruh surat kabarnya dan menghampiriku, dia langsung mengangkatku dan menggendong ku.
“Kenapa kamu, mimpi buruk ya, papa di sini, tenang ya....” Ujar papaku sambil mengelus punggung ku.
“Iya, papa, aku habis mimpi buruk.” Ujar ku.
Papa ku tersenyum, senyuman yang sudah lama sekali tidak aku lihat dan membuatku kangen. Mama ku yang lagi memasak juga menghampiri ku, papa langsung memeluk kita berdua. Ketika di peluk, tanpa sengaja aku melihat tanggal di jam tangan papa. Aku menangis sekencang kencang nya, karena tanggal itu bertuliskan 29 July 1991, hari dimana papaku meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Setelah melepaskan pelukan nya, papa langsung melihat jam tangannya.
“Wah sudah jam segini, papa pergi dulu ya Masa, nanti papa belikan mainan kalau papa libur.”
Aku melihat kantung di bawah mata papaku, dia lembur, sama seperti ku waktu berkerja di perusahaan yang memecatku itu. Tanpa ragu lagi, aku memeluk erat kaki papa ku dengan harapan dia tidak pergi. Mamaku sepertinya menyadari nya, dia langsung meminta papa ku naik kereta saja dan jangan membawa mobil. Papa sempat berdebat dengan mama sebentar, tapi karena papa selalu kalah kalau berdebat dengan mama, akhirnya dia menaruh kunci mobil nya dan pergi berjalan kaki. Mama bersiap siap untuk mengantar aku ke sekolah lalu pergi ke kantor. Singkat cerita, aku sudah berada di sekolah, seperti biasa, aku pendiam di sekolah, aku tidak berteman dan juga tidak di rundung, aku biasa biasa saja, tidak menonjol dan juga tidak tenggelam.
Hari itu aku yakin tidak ada yang menelpon pihak sekolah dan menyuruhku pulang karena papa kecelakaan di rumah sakit, tapi ternyata aku salah. Seorang sensei masuk ke kelas ku dan berbicara dengan sensei pembimbing ku. Di kehidupan lalu, sensei itu menyampaikan kalau papa ku kecelakaan dan aku akan di jemput mama. Tapi kali ini lain dan jauh lebih mengerikan, sensei itu mengatakan papa terjebak di tengah tengah perang antar geng dan mama kecelakaan dengan mobil meledak karena dia yang menggunakan mobil untuk mengantar ku sekolah. Tubuh ku langsung lemas, dalam satu hari aku kehilangan kedua orang tua ku. Aku menyesal karena menghentikan papa tadi pagi, paling tidak mama selamat dan menjemputku, tapi kali ini lain.
Aku terduduk lemas, kehidupan kedua apanya, aku malah di tinggal pergi kedua orang tua ku di saat aku berumur 8 tahun. Teman teman sekelas menghiburku dan menangis bersama dengan ku, para sensei juga menghampiri ku dan langsung memeluk ku, aku tidak di suruh keluar dan tetap harus berada di kelas. Tapi namanya kehidupan kedua, hal yang tidak terduga terjadi, seorang pria tua yang besar tinggi berjanggut dan memakai yukata datang ke sekolah ku. Dia berbicara dengan sensei di kelas ku, aku melihat sensei menunjuk ku. Pria itu menoleh dan langsung menghampiri ku, dia berlutu di hadapan ku yang duduk di kursi dan langsung memeluk ku.
“Maaf....”
Hanya kata itu yang di utarakan oleh nya, aku yang bingung melihat di belakang ossan yang sedang memeluk ku, dua orang pengawal berbadan tegap sedang mengawal seorang anak perempuan lucu yang kira kira seumuran dengan ku. Setelah ossan melepaskan pelukan nya, anak itu maju berdiri di hadapan ku sambil tersenyum, tangannya menghapus air mataku, dia memiringkan kepala nya melihat wajah ku dan kembali tersenyum. Kemudian dia memegang tangan ku dan menarik ku turun dari kursi. Aku yang sudah tidak bisa berkata apa apa dan tidak tahu ada kejadian ini di kehidupan sebelum nya, menurut saja di tarik oleh anak perempuan itu. Aku melihat ossan tadi berbicara pada sensei dan sensei menunduk berkali kali di depan ossan yang hanya mengangkat tangan sambil tersenyum.
Sensei langsung menghampiri ku dan memeluk ku dengan banjir air mata, dia berbisik di telinga ku,
“Syukurlah Masamune kun, syukurlah....”
“Syukur sensei ?”
“Jisan mau mengadopsi mu, kami dari pihak sekolah akan mengurus surat surat nya, sekarang kamu ikut jisan ya, ke rumah sakit ya, melihat orang tua mu.”
Aku tidak menjawab dan hanya mengangguk. Anak perempuan itu langsung memeluk ku dengan wajah tanpa ekspresi dan menarik ku keluar kelas bersama dengan pria yang memeluk ku dan kedua pengawal nya. Aku benar benar tidak mengerti, aku tidak tahu perkembangan ini arah nya kemana. Ketika di luar aku kaget, karena melihat mobil hitam panjang terparkir di luar dan di kawal. Pria itu langsung naik ketika di bukakan pintu, kemudian anak perempuan itu juga mengajak ku naik. Apa ini, siapa sebenarnya pria dan anak perempuan ini, tidak mungkin mereka orang biasa kalau bisa naik mobil seperti ini, pikirku. Karena sebenarnya pikiran ku adalah pikiran ossan berumur 40 tahun, tanpa ragu lagi aku bertanya kepada pria di depan ku.
“Jisan siapa ?” Tanya ku sepolos mungkin dan sesedih mungkin.
“Oh maaf, namaku Odasiga Takeuchi dan di sebelah ku ini cucuku Odasiga Ayame.”
Jegeeer, petir langsung menyambar kepala ku, sama sekali aku tidak menyangka, kalau orang di depan ku ini adalah pimpinan clan Odasiga, yaitu Odasiga Takeuchi, nama yang sering ku dengar di masa depan, dan di sebelah nya, Odasiga Ayame, Ayame chan, cinta pertamaku semasa sma. Air mata ku mengalir, tapi bukan karena sedih loh ya, aku sudah terbiasa tanpa mama dan papa, tapi ini jelas air mata bahagia. Melihat ku menangis, jisan langsung berpindah tempat duduk ke sebrang dan memeluk ku, begitu juga Ayame chan.
“Kamu yang tenang ya, jisan akan mengadopsi mu, tidak mungkin jisan menelantarkan anak penyelamat jiwa jisan dan cucu jisan.”
Hah anak penyelamat ? siapa ? aku ? apa maksudnya ? rasa penasaranku memuncak, tapi aku takut ketahuan, jadi aku hanya mengangguk saja. Tapi, karena rasa penasaran ku sudah sangat tidak terbendung, aku pun bertanya,
“Memang apa yang terjadi jisan ?”
Jisan langsung menjelaskan, kalau dirinya yang sedang mengantar Ayame ke sekolah menggunakan mobil di kepung oleh mobil dari keluarga yakuza lain. Jisan di bawa keluar dari mobil bersama Ayame yang di gendong nya oleh para pengawal nya. Ketika sedang lari, papaku keluar stasiun dan sudah di tunggu oleh mama ku karena bento nya ketinggalan. Melihat ada baku tembak di depan mereka, papa yang melihat ada orang tua berlari ke arah nya sambil menggendong anak kecil langsung menarik nya dan menyembunyikan nya di gang, mama menghalangi gang itu dengan mobil. Tapi para pengepung itu mengetahui kalau jisan di tarik oleh papa ke dalam gang, mereka langsung mengepung gang itu dan menembaki jisan, tapi papa menghalangi tembakan nya dan dia lah yang di hujani peluru. Sebelum meninggal dia sempat menyuruh mama pergi dan akhirnya mama pergi sambil menangis kemudian menabrak mobil pengepung itu sampai meledak.
Benar juga, bento papa bukannya ketinggalan, tapi memang di letakkan di mobil karena papa seharusnya pergi naik mobil dan mama jadi mengantarkan bento nya. Aku jadi bingung harus senang atau sedih, di satu sisi aku bangga pada papa dan mama ku, tapi di lain sisi aku sedih kehilangan mereka. Akhirnya kedua sisi itu kalah, karena di masa depan aku akan kehilangan keduanya juga di saat smp. Aku malah berterima kasih dan bersyukur, mungkin dengan begini aku bisa melindungi Ayame chan. Sampai di rumah sakit, aku di ajak menjenguk jenazah papa dan mama yang sudah terbujur kaku, papa di tutupi wajahnya dengan kain dengan tubuh penuh darah, sedangkan mama sudah tidak di kenali lagi karena terbakar dalam ledakan. Aku menangis tersedu sedu sambil memeluk jisan dan kepala ku di elus elus oleh Ayame chan.
“Papa dan mama mu pahlawan kami, jadi tenang saja, aku tidak akan menelantarkan mu.”
Aku hanya mengangguk dan tidak bicara apa apa. Setelah itu, jisan meminta anak buah nya untuk mengumpulkan semua kepala keluarga untuk menghadiri pemakaman papa dan mama. Pemakaman di adakan di rumah duka khusus bagi keluarga dan di hadiri oleh sanak saudara jisan, aku mendadak jadi keluarga yakuza yang saat itu sangat berpengaruh, walau aku tahu bagaimana akhirnya. Setelah jisan meninggal nanti, kira kira 8 tahun dari sekarang, keluarga ini hancur dan Ayame chan sebagai pewaris satu satu nya di bunuh. Seluruh bisnis Odasiga berpindah tangan ke clan Nabeyoshi. Aku harus mencegahnya jangan sampai hal itu terjadi. Aku harus melindungi keluarga ini dan Ayame chan, untuk itu aku harus jadi kuat. Rupanya inilah tujuan nya aku di beri kehidupan kedua. Dengan tekad yang kuat dan pengetahuan ku di masa depan, aku memberanikan diri berbicara kepada jisan setelah selesai pemakaman.
“Jisan, mohon latih aku, aku ingin menjadi kuat dan melindungi jisan, aku harus membalas budi jisan padaku.”
Jisan menoleh dan tersenyum melihat ku. Dia langsung jongkok di depan ku dan mengelus kepalaku, orang yang di katakan bengis dan paling jahat di antara yakuza yang ada di masa depan, jongkok di depan ku dengan wajah ramah yang tersenyum.
“Baiklah kalau memang itu keinginan mu. Aku senang dengan semangat mu, walau kamu masih kecil, aku menghargainya.”
Jisan berdiri dan berjalan menuju seorang pria yang berpenampilan sangar dan terlihat kejam. Dia berbicara di telinga orang itu sambil melirik ku, tiba tiba saja pria sangar itu langsung mengangguk dan tersenyum. Walau tersenyum tetap saja wajah nya mengerikan. Nama pria itu adalah Higashira Manabu, pria yang akan menjadi tangan kanan ku di masa depan, tapi cerita itu masih lama sekali. Setelah pemakaman, Manabu san langsung mengajak ku pergi setelah berpamitan dengan jisan dan Ayame chan. Aku melihat wajah Ayame chan tampak sedikit sedih melihat ku pergi, tapi aku harus pergi, masa depan mu sekarang ada di tangan ku dan aku tidak boleh gagal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Izhar Assakar
narasinya pake sudut pandang authoor,,sehingga kalimtnya "aku" bukan mc,,,
2024-02-01
0
mochamad ribut
up
2023-07-27
0
mochamad ribut
lanjut
2023-07-27
0