Chapter 8

Beberapa minggu setelahnya, sepulang sekolah, setelah aku mendapatkan data data perusahaan gelap (black company) tempat ku berkerja di kehidupan lalu. Ternyata saat ini perusahaan itu belum menjadi perusahaan gelap (black company). Tapi sudah mulai ada beberapa penyimpangan pemakaian dana, khusus nya untuk entertain klien. Aku melihat ada beberapa nama yang mengajukan permintaan supaya perusahaan membayar kembali uang yang mereka keluarkan untuk entertain dalam jumlah besar dan di dalam nama nama itu ada beberapa aku kenal yang di jaman ku sudah menjadi anggota dewan direksi. Seperti kata jisan, jangan setengah setengah kan, kayaknya lucu kalau aku cut mereka di sini, tapi sayang aku masih terlalu muda untuk jadi CEO, akhirnya aku mendiskusikan nya dengan Manabu san yang aku minta mengambil alih perusahaan itu dengan ketentuan yang aku berikan. Manabu san sangat senang dan sangat bersedia melakukan nya. Proses pengambil alihan mulai di lakukan, mengenai gaji karyawan akan disesuaikan dan semua anggota dewan direksi di turunkan jabatan, posisi mereka di gantikan oleh orang orang kompeten yang di tunjuk oleh ku dan Manabu san.

Selain perusahaan itu, aku juga minta Manabu san mengelola beberapa pub, club dan brothel milik keluarga Mitsushino dengan pembagian hasil 50% untuk Manabu san, 30% untuk keluarga dan 20% untuk ku dan Ayame. Yah, walau masih sma kelas 1 dan berumur 15 tahun aku sudah berpenghasilan, jadi lumayan lah. Tidak ada yang tahu mengenai hal ini di sekolah, kecuali Ayame. Aku pergi kesekolah seperti biasanya setiap hari selama beberapa hari ini dan menjalani kehidupan biasa seperti seorang murid yang tekun belajar, walau kadang aku pergi ke belakang gedung sekolah untuk merokok bersama para senpai yankee yang sekarang sudah menjadi teman ku. Karena aku bermurah hati pada mereka, para yankee yang tergabung ke beberapa geng motor bersedia membantu ku menjaga Ayame ketika di sekolah, juga teman teman ku yang lain nya, seperti Jinta, Haruka dan Sayaka.

Sebulan pun berlalu dengan cepatnya dari pengambilan alih perusahaan dan bisnis keluarga Mitsushino, sudah masuk bulan Juli, bulan depan sudah memasuki libur musim panas, walau sudah banyak murid yang memakai seragam musim panas, aku tetap memakai seragam musim dingin sebab aku tidak mau bekas luka di kedua tangan ku kelihatan. Walau panas, aku menggulung lengan saja sampai batas bekas luka dan membuka kerah. Semua sedang bersiap siap menghadapi ujian, sepulang sekolah aku, Jinta, Ayame, Haruka dan Sayaka berkumpul di perpustakaan untuk belajar. Walau aku sebenarnya tidak perlu, tapi kalau tidak berpartisipasi nanti mencurigakan. Tiba tiba pintu perputakaan terbuka kencang dan menimbulkan bunyi keras. Ssst, di perpustakaan tidak boleh berisik tau, pikirku sambil menoleh melihat ke pintu.

Wah, yang kutunggu tunggu akhir nya datang, ikemen yang di tangkap dan memeras Sayaka masuk ke dalam, makhluk yang bernama Kirishima Suzuki, huh seperti merek motor, tapi di suka menunggangi wanita. Dia berjalan dengan cepat menuju Sayaka, siapapun yang menghalanginya di dorong, sampai petugas perpustaan yang meminta nya diam dan menegurnya saja di lempar sampai jatuh.

“Heh perempuan ******, cepat ikut aku, aku punya urusan belum selesai dengan mu.” Tiba tiba dia menarik tangan Sayaka sampai terjatuh dari kursi.

“Tidak, aku sudah tidak punya urusan dengan kamu.” Teriak Sayaka.

“Dasar perempuan ******.” Tangannya mengangkat ingin menampar Sayaka sambil berteriak.

Karena reflek aku menangkap tangan nya. Duh, kenapa juga aku bertindak seperti ini, kadang aku menyesali tindakan ku.

“Yo, kita di sini lagi belajar, mohon jangan ganggu dan keluar baik baik...senpai.” Ujar ku di wajah nya yang ganteng.

Ketika melihat ku, ternyata dia mundur. Eh, dia kenal aku ? masa sih, begitu pikirku. Dia menarik tangannya dan langsung berbalik pergi dengan wajah geram. Loh sudah ? kok begitu doang ? hmm mencurigakan, pikir ku dalam hati. Selagi aku berpikir,

“Terima kasih Masa kun..” Sayaka langsung memeluk ku dari depan dan membenamkan kepalanya di dada ku.

Huaah semua bagian yang ada di bagian depan menempel padaku, rasanya sangat lembut, tahan tahan, ossan sudah lama tidak melakukan hal hal seperti itu, eh salah, buang jauh jauh pikiran mesum tidak berarti ini. Aku langsung mendorong Sayaka supaya lepas dari ku.”Jleb..jleb.” Ada dua pandangan seperti pisau di belakang ku yang menancap tanpa ku sadari. Aku menoleh dan melihat Ayame dan Haruka berapi api di penglihatan ku dan Jinta yang tertawa melihat ku, sepertinya dia juga melihat api yang membakar Ayame dan Haruka. Aku meminta Sayaka kembali duduk, tapi kali ini agak kedalam dan di tutupi Jinta.

“Dia sudah bebas ya.” Ujar ku sambil duduk.

“Sepertinya dia di tebus keluarganya, aku harus bagaimana, dia kembali.” Tubuh Sayaka terlihat gemetar.

“Tenang saja, aku akan melindungi mu Sayaka, sementara kamu tinggal lagi saja di rumah ku.” Ujar Haruka.

“I..iya aku juga akan membantu semampu ku.” Tambah Jinta.

“Pokoknya dia tidak akan bisa berbuat apa apa lagi Sayaka chan. Ada Masa kun dan aku.” Ujar Ayame.

Sayaka mengangguk dan sudah mulai tenang kembali, kita kembali meneruskan belajar selama 1 jam. Di luar, ketika berjalan ke gerbang, masih banyak murid di sekolah yang mengikuti kegiatan club atau belajar bersama. Aku menoleh ke atas dan melihat Helen sensei mengawasi dari atas. Tiba tiba, beberapa mobil berhenti di depan gerbang, orang orang berpakaian seperti orang kantoran dan baju hawaii turun membawa senapan mesin dan memakai topeng yang seragam. Mereka langsung menembaki semua yang ada di depan nya tanpa pandang bulu. Aku langsung merangkul Ayame dan Haruka yang ada di sebelah ku dan melompat ke balik dinding. Jinta yang berada di sebelah Sayaka juga langsung memeluk Sayaka dan melompat si sisi dinding satunya, tapi sayang, beberapa peluru bersarang di bahu dan paha Jinta, membuatnya langsung jatuh dan menindih Sayaka yang di peluk nya.

“Jinta kun....Jinta kun...tolong...tolong.” Teriak Sayaka panik.

Aku ingin bergerak tapi Ayame memegang lengan ku. Aku menoleh dan melihat Ayame gemetar hebat, mulut nya bergumam sendiri, aku mendekatkan telinga ku ke mulut nya supaya terdengar karena suara tembakan masih kencang dan memekakkan telinga.

“Topeng itu...topeng itu...” Gumam nya.

Sirene polisi terdengar dan para penyerang itu langsung masuk ke mobil mereka dan meninggalkan gerbang sekolah. Aku keluar dan melihat beberapa anak buah Manabu san menjadi korban, aku mengecek nya, walau tidak meninggal, luka mereka cukup parah. Aku langsung berdiri dan mengecek keadaan Jinta yang terus di peluk Sayaka. Ketika aku mendekat ke arah Jinta, tiba tiba sensei menarik ku dan berbisik di telingaku.

“Kirishima....hati hati...”

Aku mengangguk sambil melihat wajah nya dan meneruskan berlari ke tempat Jinta. Aku memeriksa Jinta, dia hanya pingsan karena kehilangan darah, aku mengikat luka tembakan nya dengan menyobek lengan kemeja ku. Sayaka terus di samping Jinta sambil memegang tangan nya. Aku keluar lagi ke depan pagar dan mengarahkan ambulans yang baru tiba untuk mengangkut Jinta dan para murid lain yang tertembak di dalam. Para petugas medis langsung mengangkat dan menaruh Jinta di tandu kemudian membawa nya dan menaikkan nya ke ambulan, Sayaka ikut naik bersama nya. Aku menghampiri Ayame yang sedang berpelukan dengan Haruka.

“Ayame chan, kamu tidak apa apa ?” Tanya ku pada Ayame.

Ayame tidak berkata apa apa, dia hanya mengangguk dan memeluk ku dengan tubuh nya yang masih gemetar. Aku melirik ke Haruka yang menggelengkan kepalanya, maksudnya jangan melepas Ayame.

“Kamu tidak apa apa Haruka san ?” Tanya ku.

“Aku tidak apa apa, santai.” Jawab Haruka.

Yap aku tahu memang kalau Haruka itu tangguh, ingin rasanya aku merekrut dia nanti untuk jadi salah satu bawahan ku. Pikiran ku berputar, Ayame mengatakan soal topeng dan sensei bilang kalau mereka adalah Kirishima. Aku bisa menarik kesimpulan saat ini, kalau dulu yang menyerang Ayame mungkin adalah Kirishima, karena memakai topeng yang sama, tapi aku tidak bisa menanyakan nya pada Ayame yang masih dalam kondisi ketakutan seperti ini. Gori sensei menghampiri ku, dia mengatakan kalau suasana sudah terkendali dan dialah yang menanggil polisi juga ambulans karena dia adalah guru jaga hari ini.

“Sensei, apa sensei kenal dengan siswa bernama Kirishima Suzuki ?” Tanya ku kepada Gori sensei.

“Oh dia sudah di keluarkan sejak kasus itu, kenapa kamu tanya ?” Tanya Gori sensei.

“Tidak apa apa sensei...aku penasaran saja, karena yang di ganggu kan teman ku.” Jawab ku taktis.

“Aku mengerti, ayo bawa mereka masuk dulu sampai situasi aman.”

Gori sensei mengajak aku, Ayame dan Haruka masuk ke dalam gedung lagi untuk berkumpul dengan murid murid lain yang ketakutan. Di kepala ku sudah jelas kalau pelaku semua ini adalah Kirishima Suzuki yang datang ke perpustakaan tadi, kalau sampai terjadi apa apa dengan Jinta, awas dia, tidak akan aku biarkan dia mati dengan mudah, pikir ku. Bukan hanya di kehidupan ini, di kehidupan lalu pun Jinta adalah teman baik ku, baru kali ini aku marah melihat teman ku terluka. Beberapa orang polisi masuk dan mulai mengevakuasi murid murid pulang ke rumah. Aku bertanya pada polisi, ke rumah sakit mana ambulan membawa korban korban yang tertembak. Polisi mengatakan ke rumah sakit umum yang berada berbeda beberapa blok dari sekolah, tapi polisi tidak memperbolehkan kita kesana.

Manabu san yang khawatir menjemput kami, aku minta padanya supaya menjaga rumah sakit yang di katakan oleh polisi dan mengawasi nya, tapi jangan sampai bersinggungan dengan polisi. Manabu san langsung keluar dan menyuruh anak buah yang mengikuti nya. Setelah Manabu san kembali ke hadapan ku,

“Mereka Kirishima, Manabu san, teman ku jadi korban, kita harus habisi mereka.”

“Sulit bocchan, mereka besar di ginza, berat kalau kita kesana.”

“Baik, kalau begitu kita cari cara menghancurkan mereka, kita kuasai ginza.” Ujar ku dengan penuh emosi.

“Woah, baru kali ini aku lihat bocchan marah, baik bocchan serahkan padaku.” Ujar nya.

Memang, hari itu adalah pertama kali nya aku marah, ingin sekali rasanya aku mencabik cabik orang yang datang ke perpustakaan tadi. Setelah mengantar Ayame dan Haruka kembali ke apartemen untuk menjaga adik adik Sayaka, aku dan Manabu san pergi ke rumah sakit tempat Jinta di rawat. Ketika sampai, Jinta sedang di rawat di ruang gawat darurat, operasi sudah di lakukan untuk mengeluarkan peluru dari paha dan bahu nya, tapi dia belum sadarkan diri. Aku melihat Sayaka duduk di depan kamar nya sambil menangis.

“Sayaka chan, kamu sebaiknya pulang dulu. Biar aku dan Manabu san di sini menunggui nya, keluarga nya sudah di hubungi ?” Tanya ku.

“Sudah, pihak rumah sakit sudah menghubungi keluarga nya di osaka, mereka katanya mau kesini. Biarkan aku di sini menjaganya, kamu pulang saja tidak apa apa Masa kun, tolong jaga adik adik ku sebentar ya. Aku di sini sampai keluarganya datang.”

Hah Sayaka mau menunggui Jinta di sini, yang benar, setahu ku dulu dia paling benci sama Jinta melebihi benci nya pada ku.

“Kenapa kamu sampai segitunya dengan Jinta kun ?” Tanya ku.

Sayaka bercerita, ketika dia tangkap oleh Jinta, seharusnya dia kena tembak, tapi Jinta menutupi nya dengan tubuhnya sehingga punggung nya tertembak menembus ke bahu nya. Kemudian dia melangkah berlari sambil memeluk Sayaka dan pahanya terkena tembakan, karena sasaran penembakan itu sebenarnya adalah Sayaka, begitu menurutnya, padahal kalau yang kulihat sasaran penembakan itu random dan tidak memiliki sasaran tertentu. Begitu di belakang dinding dan jatuh, Jinta menutupi Sayaka dengan tubuh nya yang besar dan tersenyum sambil berkata ketika melihat wajah nya, “Syukurlah kamu tidak apa apa.” Kemudian dia pingsan menimpa Sayaka. Sejak pingsan, Sayaka terus memeluk nya dan dia sangat berhutang budi pada Jinta yang melindungi dan berkorban demi dirinya.

Hmm, kalau di pikir pikir, di kehidupan lalu, Jinta juga babak belur di hajar preman ketika tanpa sengaja menyelamatkan Haruka, berarti sekarang yang dia selamatkan Sayaka. Bagus, aku lebih suka ending seperti ini, Sayaka juga tidak perlu menjadi bintang av sebelum menjadi artis terkenal kalau bersama Jinta. Haruka nanti bisa ku perkerjakan hehe, win win, semua happy.

“Baiklah Sayaka chan, aku percayakan padamu.” Ujar ku sambil memegang pundak Sayaka yang sedih.

“Maaf ya Masa kun, aku merepotkan mu.”

“Ah, kita teman, lagipula kamu kan dekat dengan adik ku, jadi tidak masalah kan.”

“Terima kasih ya, serahkan Jinta kun padaku, biar aku bicara pada keluarganya kalau mereka sampai.” Balas Sayaka sambil tersenyum walau menangis.

“Baiklah, aku pergi dulu.” Aku berbalik dan melambaikan tangan.

Aku menghargai niat Sayaka, aku berpamitan dengan nya dan pergi, tapi sebelum pergi, aku minta tolong Manabu san berada di rumah sakit dan mengawasi keduanya. Manabu san bilang tugasnya adalah menjaga ku, tapi aku bilang padanya, aku bisa menjaga diriku sendiri dan dia sudah tahu itu. Akhirnya dia berjaga di rumah sakit mengawasi Sayaka dan Jinta. Aku melangkah pergi keluar dari rumah sakit dengan wajah geram dan tangan mengepal. Kirishima, aku datang, tunggu saja.

Terpopuler

Comments

mochamad ribut

mochamad ribut

lanjut

2023-07-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!