Second Life : My Past Is My Future That'S Why I Become A Ninja

Second Life : My Past Is My Future That'S Why I Become A Ninja

Chapter 1

Inilah hidup ku, seorang pekerja honorer di sebuah perusahaan gelap (black company) dengan gaji yang kecil. Namaku Yashiro Masamune, nama yang indah bukan, seperti nama pedang legendaris dan samurai terkenal, usia ku 40 tahun, dengan seorang istri bernama Yashiro Touka berusia 35 tahun dan dua orang anak, seorang anak laki laki berumur 17 tahun bernama Yashiro Takeru dan seorang anak perempuan berumur 16 tahun Yashiro Hinako. Aku bagun pagi pagi, bahkan istri ku masih tidur terlelap di sebelah ku. Aku bersiap siap pergi ke kantor dan menyiapkan sarapan untuk anak anak ku, juga makan siang mereka di sekolah. Istri ku sama sekali tidak membantu ku, karena dia tidak bisa bangun pagi dengan alasan capek. Memang terus terang saja, penghasilan istri ku jauh melebihi ku, dia suka tugas ke luar kota dan kadang tidak pernah pulang. Beberapa kali aku memergoki nya dengan pria lain di cafe, pub bahkan mereka masuk ke hotel yang aku sendiri tidak tahu mereka berbuat apa, bukan tidak tahu, tapi aku tidak mau tahu. Tapi karena aku menginginkan anak anak ku memiliki orang tua yang utuh, tidak seperti diriku. Jadi aku menahan nya dengan sekuat tenaga walau membuat ku sesak.

Setelah sarapan tersedia dan bento pun siap, aku membangunkan anak anak ku untuk bersiap siap ke sekolah. Beruntung nya sekolah mereka dekat dengan rumah ku, jadi mereka bisa berjalan kaki untuk pergi dan pulang. Aku sangat sayang kedua anak ku, mereka adalah harta ku yang sangat berlimpah di sepanjang hidup ku ini. Setelah mereka bangun dan bersiap siap, kita bertiga berkumpul di meja makan, setelah mengucapkan salam, kita pun makan bersama.

“Otosan, aku butuh uang untuk kegiatan club menari ku...boleh ya.” Bujuk Hinako.

Anak perempuan ku memang suka sekali meminta sesuatu yang kadang aku sendiri tidak mengerti, di sini lah letak kesalahan ku, aku tidak pernah bertanya padanya, semuanya aku turuti dan menelan mentah mentah permintaan nya.

“Perlu berapa Hina chan ?” Tanya ku pada anak ku.

“Hmmm berapa ya, mungkin 50.000 yen saja, boleh ya ?” Jawab nya.

Tentu saja aku kaget, buat apa anak yang baru kelas dua sma meminta uang sebanyak itu, akhirnya aku bertanya,

“Untuk apa uang sebanyak itu, apa kegiatan club di sekolah mu membutuhkan uang sebanyak itu ?” Tanya ku.

Tiba tiba pintu kamar ku di buka, istri ku bangun dengan kondisi acak acak kan dan langsung berjalan ke kamar mandi. Mendengar pertanyaan ku, tiba tiba Hinako langsung berlari menyusul istri ku yang berada di kamar mandi. Anak laki laki ku, Takeru menggebrak meja dan langsung berdiri membawa piring dan mangkuk yang masih ada makanan nya kedapur.

“Sudah selesai, aku pergi.....” Setelah menaruh piring dan mangkuk nya di dapur, dia langsung berjalan menuju pintu dan memakai sepatu nya. Tanpa pamit lagi dan membawa bento nya, dia keluar dengan membanting pintu. Aku tidak mengerti kenapa sikap nya seperti itu. Setiap aku ajak bicara selalu menghindar dan tertutup kepada ku, seakan akan dia membenci diriku. Tak lama kemudian istri ku keluar dari kamar mandi. Tanpa basa basi lagi dia langsung menghampiri ku dan menggebrak meja di depan ku, sampai piring ku lompat dari meja.

“Heh otosan, kenapa kamu tidak kasih saja uang nya, dia kan perlu...” Ujar nya sambil menunjuk Hinako di belakang nya.

“Tapi uang sebanyak itu untuk apa, kita sendiri juga kekurangan uang kan..” Balas ku memberi pengertian pada istri ku yang terlihat sekali baru bangun tidur walau sudah ke kamar mandi.

“Hah...aku tidak pernah merasa kekurangan uang kok, makanya cari kerja yang bener seperti laki laki lain, jadinya semua terpenuhi...menuruti kemauan anak saja tidak bisa.” Sindiran pedas istri ku benar benar masuk ke dalam hati ku dan membuat ku sebal melihat wajah nya yang sombong. Tapi karena aku tidak mau memulai hari ku dengan marah dan ribut, akhirnya aku berdiri dan mentransfer sejumlah uang yang anak ku minta walau tangan ku terasa sangat berat.

“Sudah otosan transfer, Hina chan.” Ujar ku kepada anak ku yang langsung mengecek smartphone nya. Wajah nya seketika ceria melihat jumlah uang yang ada di rekening nya. Dia langsung menunjukkan nya pada istri ku dan membuatnya tersenyum, sayang nya senyum nya bukan untuk ku. Anak ku langsung naik ke atas, masuk ke kamar nya dan keluar memakai jaket sambil membawa tas. Tanpa pamit dan menghabiskan makanan nya, dia langsung keluar, memakai sepatu nya dan menutup pintu nya. Hati ku sakit, karena makan siang yang kusiap kan untuk kedua anak ku menjadi sia sia, bahkan aku melihat di depan mata kepala ku sendiri, istri ku memakan bekal yang kusiapkan untuk anak anak ku dengan alasan supaya tidak mubazir.

“Katanya punya uang sendiri, makan saja nebeng.” Pikir ku dengan geram, tapi aku membuang jauh jauh pikiran itu dan bersyukur masih ada yang memakan sesuatu yang kusiapkan. Aku berdiri dan menaruh semua piring dan mangkuk ku di dapur kemudian mencuci nya. Setelah itu aku pergi tanpa pamit kepada istri ku, karena ketika aku mau pamit dia malah membuang wajah nya sambil makan bento buatan ku. Aku keluar dengan perasaan yang remuk, tapi melihat hari yang cerah dan suasana ramai di depan rumah ku, aku berjalan tegak menuju stasiun tanpa memikirkan apa apa.

Di stasiun, karena sedikit terlambat naik kereta akibat kejadian pagi di rumah, aku terpaksa berdesak desakan di kereta. Di depan ku ada anak sekolah perempuan yang terlihat sangat ketakutan dan risih, karena penasaran aku melihat kebelakang nya, ternyata ada seorang pria paruh baya yang gemuk sedang memasukkan tangan ke dalam rok nya yang terbilang mini itu. Jiwa pahlawan ku muncul, aku mendorong pria paruh baya itu dan menggesernya. Akhirnya aku yang berdiri di belakang siswi itu untuk menjaganya, sebab seperti nya pria paruh baya yang kira kira seumuran dengan ku tidak senang dirinya di geser oleh ku. Pria itu pergi ke gerbong sebelah yang lebih kosong dari gerbong yang kunaiki. Setelah ku pikir aman, aku berniat bergeser kembali ke tempat ku semula.

Tapi laki laki tadi kembali bersama dengan petugas dan mengatakan kalau aku melecehkan siswi di depan ku, sontak siswi itu menoleh dan melihat ku yang terlihat kurus, pendek dan bungkuk di tambah berkacamata. Siswi itu terlihat takut dan jijik melihat ku, dia langsung berlari ke pria yang sebenarnya melecehkan nya tadi, petugas langsung menangkap ku dan menurunkan ku di stasiun berikutnya yang padahal tempat ku turun masih dua stasiun lagi. Pandangan seluruh penumpang yang berada di dalam kereta sangat menyakitkan, seakan akan memandang ku sebagai pria mesum yang tidak tahu diri.

Akhirnya dengan langkah panjang aku berjalan keluar stasiun dan menyetop taksi untuk mengejar waktu menuju kantor ku. Sesampai nya di kantor, aku sudah terlambat selama 30 menit. Bos ku langsung memanggil ku ke kantornya,

“Yashiro san, ini sudah ke berapa kali kamu terlambat, aaah sebenar nya aku tidak mau mengambil keputusan ini, tapi dewan direksi sudah memutuskan. Mohon maaf Yashiro san, mulai hari ini kamu tidak berkerja di sini lagi. Silahkan bereskan meja mu sebab pengganti mu sudah ada. Terima kasih atas kontribusi mu selama ini, ambilah, ini gaji terakhirmu dan pesangon mu.” Ujar bos ku sambil menyerahkan dua lembar cek yang merupakan gaji ku dan pesangon ku.

“Bos, aku mohon, beri aku kesempatan lagi, aku punya anak dua orang, aku mohon bos.” Ujar ku memohon pada bos ku untuk mencoba peruntungan ku sambil berlutut dan menyembah di depan meja, tapi,

“Maaf Yashiro san, kalau secara pribadi aku bersedia menerima mu kembali, tapi ini sudah keputusan dewan direksi, memang sangat di sayangkan, tapi mau tidak mau harus di terima, aku yakin Yashiro san pasti berjaya di tempat lain.” Begitulah jawaban bos ku untuk mematahkan semangat ku. Akhirnya dengan langkah yang gontai dan tubuh yang limbung, aku keluar dari ruangan bos ku dan berjalan ke meja ku yang ternyata sudah rapi, aku hanya tinggal mengangkat dan membawa nya saja. Aku keluar berjalan ke lift dengan melewati pandangan rekan rekan kerja ku yang sinis dan mengejek.

“Aku harus bilang apa ke Touka, dia pasti marah besar dengan kejadian ini, aku juga harus bilang apa ke anak anak.” Pikirku dalam hati sambil turun ke bawah menggunakan lift. Ketika sampai ke bawah, tiba tiba pundak ku di tepuk. Aku menoleh dan melihat seorang wanita cantik yang merupakan junior ku di kantor, nama nya adalah Kawaii Rinne.

“Senpai, maaf, ini semua gara gara aku.” Ujar Rinne chan kepada ku. Mendengar ucapan nya tentu saja aku menjadi bingung, apa yang sebenarnya terjadi.

“Gara gara kamu Rinne chan ? memang kamu berbuat apa ?” Tanya ku kepada nya. Rinne langsung menunduk dan menarik tangan ku untuk keluar dari gedung. Dia mengajak ku ke sebuah cafe di belakang kantor ku yang letak nya agak tersembunyi dan sepi. Tentu saja aku tidak bisa membayangkan, seorang wanita cantik menarik aku yang payah ini ke cafe remang remang. Ketika sudah di dalam dan setelah memesan minuman, barulah dia bercerita, jadi alasan ku di pecat karena seorang dewan direksi yang merupakan ‘om senang (sugar daddy)’ Rinne, cemburu melihat ku dekat dengan Rinne. Padahal aku sendiri baru mengetahui nya dan aku juga tidak punya niat apa apa terhadap Rinne walau dia cantik dan baru berusia 22 tahun. Hubungan ku dengan Rinne hanya sebatas senior dan junior di tempat kerja.

Mendengar Rinne bercerita hati ku sangat tidak kuat dan sakit, hanya karena alasan itu, hidup ku hancur, aku berdiri dan keluar dari cafe setelah membayar minuman ku. Aku benar benar benci pada Rinne yang mengatakan hal itu dengan santai tanpa merasakan apa yang aku rasakan dan memohon maaf dengan enteng nya. Aku melangkahkan kaki menjauh dari kantor ku, berjalan tanpa arah sambil membawa kotak berisi barang barang ku. Langkah ku mengantarkan ku ke sebuah taman yang kosong, aku duduk di sebuah kursi taman yang terletak di ujung dan menghela nafas.

“Apa yang terjadi dengan hidup ku ini, aku salah dimana ?” Tanya ku di dalam batin. Selagi merenung sambil menengadahkan kepala ke atas, ada pasangan yang lewat sepertinya sedang jogging, tapi wangi parfum wanita nya sangat ku kenal, aku menoleh dan melihat istriku sedang berjogging di taman, tapi kenapa dia berjogging di taman yang jauh dari rumah pikirku, aku berdiri dan hati ku bagai di tusuk ribuan jarum melihat seorang laki laki muda di sebelah nya yang berlari sambil memegang bokong nya. Aku duduk kembali, menunggu mereka berputar sekali lagi sambil bersiap siap sebab kemarahan dan sakit hati ku sudah memuncak. Ketika mereka datang aku berdiri dan berjalan di depan keduanya.

“Touka...siapa dia ?” Tanya ku menunjuk laki laki di sebelah nya.

Aneh nya istri ku tidak menjawab nya, dia malam membuang wajah nya ke samping, kemudian laki laki yang ada di sebelah nya mendekati ku.

“Touka sayang, kamu kenal orang ini ?” Tanya laki laki itu.

“Wah tidak, aku baru pernah melihat nya...lagipula, dia tidak kelihatan sama sekali di mataku selama ini.” Jawab istri ku ketus.

“A..apa ? kamu....kamu bilang tidak kenal aku ? Aku tidak kelihtan ? padahal tadi pagi saja kamu masih makan bento untuk anak anak mu, kejam sekali kamu.” Ujar ku marah.

“Eh...Touka sayang, kamu punya anak ?” Tanya laki laki itu.

“Ah...kan memang aku sudah bilang aku punya anak, tapi jelas bukan dari laki laki ini, kamu mengerti kan ?” Tanya istri ku yang berkeringat sambil bermesraan dengan laki laki itu.

“Oh kalau begitu dia tidak penting, ayo sayang kita jalan lagi.” Laki laki itu langsung melingkarkan tangannya di pinggang istri ku.

Kepala ku sudah panas, akhirnya aku menarik tangan istri ku dan berjalan sambil menarik nya.

“Hey lepaskan, atau aku teriak...sayang tolong.” Teriak istri ku yang kurang ajar itu.

Laki laki itu langsung mengejar ku dan melayangkan pukulan nya ke wajah ku. Aku terpental seperti kapas dan tersungkur jatuh, wajar saja, aku yang kerempeng ini bukan tandingan laki laki yang berbadan seperti model kekar. Tanpa memperdulikan ku, keduanya kembali berlari dan bermesraan, istri ku sempat menoleh melihat ku tapi dengan tatapan yang kosong seperti dia tidak merasakan apapun. Aku berdiri dan tidak ingin di sana lebih lama lagi, barang ku tinggal di kursi dan aku berlari keluar dari taman entah menuju kemana. Ketika aku berada di jembatan, smartphone ku berbunyi, langsung saja aku mengangkat nya dan melihat sekolah anak ku yang perempuan menelpon ku.

“Halo....” Sapa ku di telepon.

“Halo, benar ini papa nya Hinako chan ?” Balas suara wanita di telepon.

“Iya benar, ada apa ya ?” Tanya ku penasaran, sebab jarang jarang aku mendapat telepon dari sekolah anakku.

“Begini, kami dari sekolah mau tanya, apa Hinako chan ada masalah ? sebab sudah seminggu dia tidak datang ke sekolah.” Jawab wanita di telepon yang terlihat cemas.

“Apa ? dia setiap pagi pamit untuk pergi padaku dan bilang kalau pulang terlambat karena kegiatan club.” Balas ku, karena memang seperti itulah yang sebenarnya.

“Oh begitu, tapi dia tidak datang ke sekolah selama seminggu ini dan club nya juga sudah di bubarkan karena kekurangan anggota, anda bisa datang kesini besok untuk bicara ?” Tanya wanita itu.

“Baiklah, saya akan datang besok pagi, maaf ini dengan siapa ?” Tanya ku dengan perasaan yang hancur dan tidak menentu.

“Aku wali kelasnya Sawada.....mohon kehadiran nya besok ya pak, terima kasih, selamat siang.” Telepon di tutup. Pikiran ku melayang layang, setiap hari Hinako pergi ke sekolah dan minta uang padaku dengan jumlah yang paling besar tadi pagi. Karena aku penasaran apa yang terjadi sebenarnya, aku mencoba menelpon Hinako dan berjalan mencarinya. Setelah beberapa lama, akhirnya Hinako membalas pesan ku, dia bilang dia ada di sekolah dan sedang menunggu sensei pembimbing untuk memulai kegiatan club. Aku tahu sekali kalau dia berbohong, dengan kesal aku menelpon nya, ternyata Hinako mengangkat nya, tapi yang aku dengar bukan lah suaranya.

“Gimana Hi chan, enak posisi ini ?” Tanya seorang pria.

“Enak senpai...ah...enak sekali, sedikit lebih keras senpai...ah..ah.” Jawab Hinako di telepon.

Seperti nya tanpa sengaja dia menekan telepon nya dan menjawab panggilan ku, tanpa berbicara lagi, aku menutup telepon nya. Hati ku hancur, sepertinya Hinako sedang berada di suatu tempat dan melakukan hal yang tidak senonoh. Yang paling menyakitkan, dia tidak pergi ke sekolah selama seminggu dan membohongiku. Aku berjalan gontai tanpa arah tujuan, kepala ku terasa berat, hati ku terasa sakit dan jiwaku rasanya sudah lelah menahan semua ini. Tanpa terasa, hari sudah malam, aku sampai di depan rumah ku yang gelap jika di lihat dari luar. Aku membuka pintu rumah dan masuk ke dalam.

“Aku pulang.” Tidak ada satu orang pun yang datang menyambutku, aku teringat ketika Takeru dan Hinako sewaktu berumur 5 dan 4 tahun, mereka pasti berlari melompat minta ku peluk ketika aku baru pulang dari kantor dan Touka keluar mengenakan celemek seperti baru selesai masak dan membawakan tas ku ke dalam. Aku terduduk di depan pintu, air mata ku deras bercucuran tak terbendung lagi, aku meringkuk, mendekap lutut ku dan terus menangis. Aku benar benar menyesali sikap ku yang pengecut dan penakut, kalau saja aku tidak selalu menerima apa yang terjadi, kalau saja aku sedikit berargumen, kalau saja aku berani sedikit mengambil resiko, semua ini tidak akan terjadi.

Ketika sedang merenung dan menangis, smartphone ku kembali berbunyi, kali ini smartphone Takeru yang berbunyi, dia menelpon menggunakan video, aku langsung mengangkatnya.

“Yo, ossan....apa kabar ?” Tanya pria di telepon yang wajah nya tidak aku kenal. Aku kaget karena bukan anak ku yang menelpon.

“Siapa ini ? mana Takeru kun ?” Tanya ku kepada pria di telepon itu.

“Ossan...ossan....lihat....ini anak mu kan ?” Tanya pria itu sambil membalik telepon nya dan memperlihatkan Tekeru yang sudah babak belur dan kedua tangannya sedang di pegangi oleh dua orang berbadan kekar.

“Kenapa Takeru kun...kamu kenapa ?” Teriak ku dengan panik dan suara yang gemetar.

“Tenang ossan, dia berani sekali mencuri uang geng kami yang berjumlah hampir 1 juta yen, gimana nih ossan ? bisa kamu mengganti nya ? kami minta 1 juta yen malam ini juga cash dan Takeru kami lepaskan.” Ujar pria itu.

“Hahaha....otosan tidak akan membayar mu, dia tidak pernah perhatian padaku, dia selalu mementingkan okasan dan adik perempuan ku.....cuih.” Takeru menantang pria itu.

Seorang pria menampar wajah nya dan menyuruh nya diam, aku menutup mulut ku melihat kejadian itu. Pria itu mendekat dan menjambak rambut Takeru kemudian memperlihatkan wajah nya yang sudah babak belur di hadapan ku.

“Takeru kun, otosan akan membayarnya...beri otosan waktu...” Jawab ku pasrah, walau sebenarnya aku bingung, dimana aku harus mendapatkan uang sebanyak itu sedangkan diriku baru saja di pecat.

“Maaf ossan...harus malam ini dan barusan bos menelpon kawan saya di luar, jadi terpaksa nih ossan, jangan dendam ya....”

Pria itu mengeluarkan pistol dan langsung menembak kepala Takeru, kemudian menghabiskan sisa pelurunya ke badannya.

“Tidak....tidak....tidak.........” Teriak ku. Tapi telepon langsung di matikan, setelah dia menembak Takeru, aku langsung lari keluar rumah dan menuju kantor polisi terdekat untuk melaporkan kejadian barusan, tapi langkah ku terhenti karena aku tertabrak oleh mobil yang kebetulan lewat di jalan depan rumah ku.

Terpopuler

Comments

Azizah SULAEMAN

Azizah SULAEMAN

keren cerita,..sukses trs senior/Smile/

2024-01-08

0

bunga pertemanan

2023-05-16

1

mochamad ribut

mochamad ribut

up

2023-05-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!