Chapter 15

Malam itu, setelah selesai mengobati Haruka, kita bertiga di minta untuk istirahat saja dulu di kamar. Aku menunduk di hadapan ossan dan obasan untuk berterima kasih. Aku, Ayame dan Hikari langsung naik ke atas, aku masuk kamarku sendiri dan Hikari bersama Ayame di sebelah. Aku berbaring di tempat tidur dan melihat handphone juga pager ku, tidak ada satupun pesan di pager dan tidak ada yang menelpon di handphone. Apa yang terjadi di tokyo ? benak ku terus berpikir seperti itu karena jujur saja aku sedikit khawatir dengan jisan. Selagi merenung sambil melihat langit langit, tiba tiba pintu ku di ketuk dan langsung di buka, Ayame mengintip, dia masuk ke dalam dan menutup pintu nya pelan pelan. Dia langsung ke tempat tidur ku dan berbaring di sebelah ku,

“Masa kun, aku khawatir dengan jisan, dia baik baik saja tidak ya ?” Tanya nya pada ku.

“Aku juga khawatir, tapi aku belum dengar kabar apa apa, semoga jisan baik baik saja.” Jawab ku.

“Sebenarnya aku ingin pulang ke tokyo, tapi jisan menyuruh kita kesini, aku jadi bingung.” Balas nya lagi.

“Besok kita harus ke kota fukuoka lagi dan mencari Enmado Youko san, seperti yang diminta oleh jisan, gimana ? mungkin dia tahu kondisi di tokyo.” Balas ku.

“Aku setuju, besok kita pergi ke sana saja.”

Ayame menempelkan kepalanya di bahu ku, aku mengangkat tangan ku dan merangkul nya. Aku tahu persis dia pasti sangat khawatir dengan keadaan jisan, tapi aku tidak bisa membiarkan nya kembali ke tokyo dan mengantar nyawa, lagipula saat ini aku jelas tidak bisa mengandalkan pikiran ku dan pengetahuan ku dari kehidupan lalu. Saat ini, aku harus hati hati dalam bertindak dan mengambil keputusan, tidak boleh salah langkah sekali pun sebab taruhan nya nyawa. Ayame yang sudah agak tenang, tertidur di pelukan ku, aku tidak tega membangun kan nya untuk pindah ke kamar sebelah, jadi aku diamkan saja. Aku melihat wajah nya, dia masih sama seperti Ayame yang ku kenal dulu, walau sekarang perasaan ku padanya berbeda, yang aku sendiri tidak mengerti.

***

Keesokan paginya, aku terbangun, aku tidak tahu kapan aku tertidur, aku menoleh dan melihat Ayame masih di samping ku sedang tertidur pulas, tapi kenapa badan ku berat, aku melihat ke bawah dan Hikari tidur pulas di atas badanku sambil memeluk ku, entah kapan dia menyelinap ke kamar ku. Apa ini, harem ? yang benar saja, bagaimana aku bisa bergerak coba. Karena aku tidak tega membangunkan keduanya, aku pasrah dan menikmati nya saja, sambil menunggu mereka bangun sendiri hehe. Di kehidupan ku yang dulu, selagi sma tidak terbayang sama sekali bisa seperti ini, mimpi saja tidak pernah, ada dua wanita cantik yang tidur bersama ku di satu tempat tidur. Kadang aku merasa geli sendiri melihat diri ku yang dulu, cupu abis, suram dan sebagainya.

Tiba tiba pintu kamar ku di buka, Ryota masuk ke dalam kamar, dia langsung jongkok di sebelah tempat tidur ku.

“Masa kun, kalian harus pergi dari sini.” Ujarnya berbisik.

Aku kaget Ryota berkata seperti itu, aku langsung bertanya padanya ada apa. Menurut Ryota, ada beberapa orang dari Kyogoku mencari ku dan Ayame, Ryota beniat membawa kita ke kabin milik keluarga nya yang ada di luar kota dan di dalam hutan untuk keamanan kita, sekarang ossan sedang menahan orang orang itu di dojo. Aku langsung membangunkan Ayame dan Hikari. Setelah mereka bangun, aku di ajak Ryota keluar rumah melalui jalan belakang yang di antar oleh obasan dan Haruka yang wajah nya masih di perban. Haruka berkata nanti dia akan menyusul kita kalau sudah sembuh. Obasan membawakan bungkusan kain yang berisi makanan dan memberikan nya pada Ayame. Ryota langsung mengajak kita memotong jalan hutan yang ada di belakang rumah nya untuk menuju mobil di pinggir jalan. Setelah sampai, kita semua langsung naik mobil van yang sudah di siapkan.

Ryota langsung duduk di depan dan mengemudikan mobil nya dengan aku yang berada di sebelah nya.

“Mau apa mereka mencari kita aniki ?” Tanya ku.

“Belum tahu, tapi ada kemungkinan berhubungan dengan pembunuh kemarin dan perang geng semalam.” Jawab nya sambil menyetir.

“Aduh kenapa jadi begini...” Keluh Ayame.

“Tenang saja, kalian teman Haru chan, tidak mungkin kita tidak membantu, untuk selanjutnya, tetap berteman dengan Haru chan ya, dia susah dapat teman karena temperamen nya.” Balas Ryota sambil menyetir.

“Iya, tenang saja aniki.” Balas ku.

Jujur saja Ayame chan, aku juga tidak mengharapkan semua ini terjadi. Yah, anggap saja kita lagi liburan kan, tidak, memang kita lagi liburan, liburan yang menegangkan hehe, aku hanya bisa berpikiran demikian untuk menenangkan diriku, tapi aku tidak mungkin mengatakan nya pada Ayame yang terlihat khawatir sekali. Aku hanya memegang tangannya di belakang untuk menenangkan nya. Aku juga melihat Hikari yang memegang tangan nya.

Setelah 30 menit perjalanan, akhirnya kita sampai di pinggir hutan, semuanya turun dan berjalan masuk ke dalam hutan, di pimpin oleh Ryota. Setelah melewati jalan setapak di hutan selama 10 menit, kami sampai di sebuah kabin kecil yang berada di pinggir danau kecil. Ryota membuka pintu kabin dan mempersilahkan kita masuk ke dalam, kondisi di dalam kabin sangat rapi, di tengah tengah nya ada perapian untuk memasak makanan dan tempat makan, di ruang sebelah ada kamar tidur dan ada toilet di belakang kabin. Tidak ada satu pun barang elektronik di kabin kecuali radio. Ryota memberikan kuncinya pada ku dan dia langsung kembali keluar.

“Baiklah, nanti aku kesini lagi membawa makanan, kalau seandainya ada penyusup atau ada yang datang, kalian bisa lari melalui pintu belakang dan ada gua di tebing.” Ujar Ryota.

“Baik, aniki, terima kasih.” Balas ku.

Ryota berjalan masuk kembali ke dalam hutan melalui jalan setapak yang menuju ke jalan raya. Setelah mengantar Ryota pergi, aku berkeliling kabin untuk mempelajari situasi di sekitar kabin. Aku masuk ke dalam hutan dan menemukan gua yang ada di belakang kabin. Di depan gua itu banyak sekali jimat dan talisman yang di pasang di sisi sisi nya, sepertinya gua itu cukup keramat dan biasanya memang sesuatu yang keramat itu aman, karena tidak ada yang berani masuk. Aku tidak ingin berlama lama, aku melompat naik ke pohon untuk mempelajari sekitar gua, aku melihat ada sebuah kuil yang sepertinya di telantarkan di kejauhan. Aku kesana untuk melihat dengan cara melompat dari satu pohon ke pohon lain, kuil itu bisa di jadikan persembunyian juga, kemudian setelah memastikan nya, aku kembali ke kabin dengan melompati pohon demi pohon. Sampai ke kabin, aku melihat Ayame yang murung dan Hikari yang berjaga jaga. Aku mendekati mereka,

“Untuk sementara kita di sini dulu, kamu tidak keberatan kan Ayame chan ?” Tanya ku.

“Tidak masalah, hanya saja aku merasa merepotkan Haruka dan keluarga nya.” Jawab Ayame.

“Saat ini memang kita merepotkan mereka, budi baik mereka akan kita balas suatu hari nanti, untuk itu, kita harus selamat.”

Ayame mengangguk, dia mulai terlihat kembali ke dirinya yang biasa. Karena hari masih pagi, Ayame dan Hikari berjalan jalan di pinggir danau. Aku memeriksa peralatan ku sekaligus menyiapkan nya kalau di butuh kan. Yang paling utama, pakaian ku masih prima dan siap di gunakan. Peralatan peralatan ninja ku memang lebih canggih dari jaman ini, bahkan lebih canggih dari jaman di kehidupan ku yang dulu, aku jadi lebih sedikit percaya diri dengan adanya alat alat ini. Setelah selesai memeriksa, aku keluar untuk menemani Ayame dan Hikari di pinggir danau. Hikari juga melakukan survey di sekitar danau yang ternyata juga ada jalan yang terhubung dengan kuil tua yang kulihat.  Yak, aman, kalau ada apa apa, aku bisa mengajak keduanya ke kuil.

Hari sudah siang, kita bertiga masuk kembali ke dalam kabin dan makan bekal yang di berikan obasan kepada kita bertiga. Selagi menikmati bekal, “Krosak.” Ada suara di semak semak di samping kabin, aku dan Hikari langsung waspada.

“Onii chan.....” Bisik Hikari.

Aku mengangguk dan memberi kode kepada Hikari untuk mengecek dari jendela kabin sebelah kiri, sedangkan aku mengecek di sebelah kanan. Ketika mengintip keluar, aku melihat ada beberapa orang anak kecil yang sepertinya sedang mencari sesuatu. Aku memperhatikan nya saja dari dalam jendela, umur anak anak itu mungkin sekitar 7 sampai 9 tahunan. Tiba tiba pintu kabin di buka dan Ryota sudah berdiri di depan pintu membawa kantung berisi minuman dan bahan bahan makanan. 4 orang anak kecil itu mengikuti Ryota masuk ke dalam kabin.

“Siapa anak anak ini aniki ?” Tanya ku pada Ryota.

“Mereka anak anak desa di dekat sini, aku mengajarkan mereka bela diri disini, mereka kesini karena mengira aku ada di sini.” Jawab nya.

“Oh begitu, kupikir siapa, mereka mengendap ngendap di luar kabin.” Balas ku.

Akhirnya anak anak itu berkenalan dengan ku, Ayame dan Hikari. Mereka berlatih di luar dan  bermain main di kabin sampai sore. Melihat mereka aku jadi teringat diri ku dan Hikari waktu masih seumuran mereka di desa. Walau desa tempat ku waktu itu seperti neraka, tapi ada juga yang menyenangkan di sana. Ketika hari sudah menjelang malam, Ryota mengajak anak anak itu pulang dan dia juga kembali lagi ke rumah. Di kabin tidak ada listrik, jadi kita menyalakan perapian di tengah untuk penerangan. Aku terus mengecek handphone dan pager ku, tidak ada berita apa pun yang di kirimkan dan tidak ada yang menelpon juga. Kalau suasana sudah membaik, aku berniat ke fukuoka untuk mencari orang yang merupakan pengubung jisan di sana.

Malam pun tiba, ketika kita bertiga bersiap untuk tidur, aku mendengar suara di luar,

“Hikari....” Bisik ku.

“Aku tahu onii chan.”

Aku langsung mematikan api dan menarik Ayame mendekat pada ku. Aku dan Hikari langsung mengenakan pakaian ninja kita berdua dan bersiaga. Aku mengintip sedikit ke luar, ternyata kabin sudah di kepung oleh orang orang bersenjata. Setelah di hitung, mungkin ada sekitar 20 orang di luar. Aku mengajak Ayame mengendap ngendap ke pintu belakang, Hikari mengikuti ku sambil menjaga bagian belakang. Aku mengintip keluar dan melihat banyak sekali sinar senter, mendekat ke depan kabin. Aku menggendong Ayame melompat ke pohon dan Hikari berada di sebelah ku ketika hinggap di dahan pohon.

“Tunggu di sini.” Bisik ku pada Ayame.

“Iya, hati hati Masa kun, Hikari chan juga.” Bisik Ayame.

Dua orang melewati pohon di mana aku, Ayame dan Hikari di atas nya. Aku menoleh pada Hikari dan mengangguk. Aku dan Hikari langsung melompat ke bawah dan menusuk dua pria itu dari belakang menggunakan katana ninja yang memang sudah ada di punggung ku dan punggung Hikari, tanpa menimbulkan suara sedikit pun. Aku dan Hikari berpencar, aku mengatasi semua yang ada di kanan dan Hikari mengatasi yang ada di kiri.  Aku melihat tiga orang pria berjalan ke belakang kabin, karena yang berada di tengah jalan agak ke belakang, aku menyelinap ke belakang nya dan menutup mulutnya sambil menembuskan katana di dada orang itu, setelah itu aku menarik orang itu kedalam semak semak. Setelah itu, aku berada di antara kedua orang tadi dan langsung menggorok lehernya dengan katana dan kunai, setelah itu aku menahan kedua orang itu jatuh dan kembali menarik nya ke dalam semak. Kita berdua memutar ke depan dan sudah banyak orang berada di dalam kabin.

Aku melemparkan bom asap ke dalam dan Hikari menutup pintu kabin nya. Orang orang di dalam berteriak karena tidak bisa melihat apa apa, aku dan Hikari masuk lewat jendela dan membunuhi orang orang itu satu persatu dengan diam diam. Ketika asap sudah mulai memudar, seorang berkepala bota yang ada di dalam kabin dan sepertinya pemimpin semua nya melihat semua orang di kabin sudah mati, dia pun kaget dan ingin berlari ke luar. Aku berdiri di belakang nya dan menyilangkan katana ku di lehernya.

“Siapa yang menyuruh mu ke sini ?” Tanya ku kepada orang itu.

“Kotogaki atas perintah Kirishima.” Balas pria yang tidak ragu ragu membocorkan identitas bos nya demi keselamatan dirinya.

“Apa hubungan Kyogoku dengan Kotogaki ?” Tanya ku.

“Kotogaki adalah keluarga cabang Kyogoku. Mereka ingin balas dendam atas kematian, menantu dari Kirishima yang baru di nikahkan ke anak perempuan Kotogaki yang juga terbunuh  dan cucu perempuan nya di ledakan yang di sebabkan oleh Odasiga di tokyo.” Jawab orang itu ketakutan.

Hooo jadi Touka juga anak yakuza toh, pantas saja. Dan ayah Touka adalah Kirishima Isami ? Tidak, Touka masih pakai nama Kotogaki sebelum menikah dengan ku, berarti dia anak bawaan ibunya sebelum menikah dengan Isami. Tapi kenapa keberadaan ku disini di ketahui, apa ada yang membocorkan nya,

“Lalu kenapa bisa tahu kita ada di sini ?” Tanya ku.

Aku melihat kilatan dan percikan darah mengenai wajah ku, orang itu mendadak diam dan tidak bicara lagi, ternyata di kepalanya ada sebuah shuriken yang menancap dan membunuh nya. Gawat, Ayame dalam bahaya, pikirku dan ternyata Hikari juga berpikiran sama. Aku dan Hikari langsung keluar dan melompat ke pohon, ternyata ada beberapa ninja sedang membawa Ayame yang sepertinya baru di buat pingsan. Mereka melarikan diri dengan melompati pohon sambil membawa Ayame. Aku dan Hikari mengejarnya, ninja ninja itu melemparkan shuriken kepada ku dan Hikari, tentu saja tidak ada yang mengenai kita berdua karena kita berdua menangkis nya. Aku dan Hikari membalas melemparkan shuriken dan beberapa ninja tumbang, jatuh ke bawah, tinggal seorang ninja yang membawa Ayame. Ninja itu sudah sedikit jauh dari ku dan Hikari.

“Onii chan...” Teriak Hikari.

“Ya...”

Hikari melompat ke tangan ku dan aku langsung melemparkan nya menuju ninja itu, Hikari melesat mencabut pedang nya dan dengan pedang nya dia menusuk leher ninja itu dari belakang, Ayame terlepas dan jatuh ke bawah, aku langsung melesat ke bawah dan menangkap Ayame. Ketika sampai di bawah, terdengar ledakan dari arah kabin dan ketika aku menoleh kabin sudah terbakar. Yang ada padaku hanyalah sejumlah uang dan kartu kredit, sisanya semua ada di dalam kabin, termasuk handphone dan pager.

Terpopuler

Comments

mochamad ribut

mochamad ribut

up

2023-07-28

0

mochamad ribut

mochamad ribut

lanjut

2023-07-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!