Libur musim panas sudah berjalan dua hari, aku, Ayame, Hikari dan Haruka pergi berbelanja untuk persiapan liburan kita ke fukuoka. Aku tahu, fukuoka adalah kota yang besar dan di sana juga sebenarnya kita bisa belanja, tapi ya Ayame, Haruka dan terutama Hikari ingin bermain main dulu sambil belanja di shibuya. Jadilah kita berangkat menuju pusat perbelanjaan di shibuya, diantar oleh mobil. Oh ya, dulu kantor ku di daerah dekat dekat sini juga, jadi bernostalgia, hanya saja di jaman ku di masa depan hampir seluruh orang jalan memegang smartphone haha. Sudah tidak ada orang yang jalan sambil berbincang bincang atau jalan cepat melihat ke jalanan, semua mata tertuju pada smartphone. Kadang aku kangen juga dengan yang nama nya smartphone tapi karena sekarang sudah terbiasa, tidak masalah. Seperti biasa, sampai di sana, yang pertama di lihat adalah pakaian renang, padahal beli di fukuoka juga bisa hadeh. Dengan sabar aku menunggu mereka memilih dan memperlihatkan nya satu persatu kepadaku. Aku hanya bisa mengacungkan jempol dan berkata cantik dengan senyuman yang lebar.
Aku menunggu di luar ketika mereka sudah selesai memilih dan melihat lihat kira kira ada tidak bisnis yang bisa ku kembangkan. Aku berdiri di dinding pintu toko sambil bersender dan mendengarkan earphone menggunakan ipod yang saat itu lagi trend dan masih baru. Tiba tiba 4 orang wanita, mungkin anak sma juga dari sekolah yang aku tidak tahu, berdiri di depan ku.
“Halo onii san, lagi nunggu siapa ?” Tanya seorang wanita di depan ku sambil tersenyum senyum dengan yang lain.
Aku yang sedang nikmat mendengarkan musik dan memejamkan mata tentu saja tidak mendengar jelas, karena suaranya terdengar jauh dan aku tidak mengira kalau aku yang di ajak bicara. Karena penasaran merasa di acuhkan, salah satu wanita itu berniat membuka satu earphone ku, dengan reflek aku menangkap tangan nya. Begitu membuka mata, aku melihat ada 4 wanita cantik berdiri di depan ku, aku langsung melepaskan tangannya dan membuka earphone nya.
“Errr...ada yang bisa ku bantu ?” Tanya ku kaku. Gaya resepsionis keluar menyapa ke 4 nya.
Ke 4 wanita itu langsung cekikikan di depan ku, sepertinya mereka melihat aku orang yang serius dengan mengajukan pertanyaan itu.
“Ah tidak, onii san lagi menunggu atau sendiri ? mau jalan jalan bareng kami ?” Tanya seorang wanita yang ada di paling depan.
“Eh..aku ? maaf aku lagi....”
Belum selesai aku menjawab, di depan ku mendadak ada pagar ayu berderet berjumlah 3 orang.
“Maaf dia sama kami.” Ujar Haruka.
“Benar, onii chan sama kami.” Tambah Hikaru.
“Oh gitu ya, maaf ya....”
Ke 4 gadis itu langsung pergi, mungkin karena melihat Haruka dan Hikari yang garang kali ya, kalau Ayame tidak bicara apa apa dan terlihat santai soalnya. Tapi ternyata yang menarik tangan ku supaya jalan malah Ayame.
“Bisa tidak jangan menarik perhatian ?” Tegur nya galak.
Loh, kenapa aku malah di marahi, aku hanya berdiri mendengarkan musik, apa salah ku coba. Hikari langsung menggandeng lengan ku juga, hanya Haruka yang berjalan di belakang ku layaknya pengawal sambil mengunyah permen karet kesukaan nya.
“Mau kemana lagi kita ?” Tanya ku untuk mencairkan suasana.
“Kesana yu, onii chan...” Hikari menarik lengan ku.
“Eh jangan kesana saja.” Ayame menarik tangan ku.
“Kesana onee chan....” Hikari makin kencang menarik lengan ku.
“Tidak, lihat toko di sana Hikari chan.” Ayame juga makin kencang menarik tangan ku.
Akhirnya aku di tengah tengah di tarik tarik ke kanan dan kiri. Apa sih ini, kenapa tidak jalan dengan normal saja, pikirku. Aku menoleh dan melihat Haruka di belakang dengan tatapan mata yang berkata “Tolong aku.” Tapi balasan mata Haruka adalah “Masa bodo, masalah mu.” Dan membuang wajah nya sambil membuat balon dengan permen karetnya. Tiba tiba tarik menarik selesai dan keduanya berdiri di depan ku.
“Pilih mana, cafe apa game center.” Teriak keduanya dengan wajah cemberut.
Nah ini repot, yang satu ojouchan semata wayang, yang satunya anak baru datang dari kampung, aku harus ikuti yang mana. Akhirnya aku punya pilihan sendiri setelah melihat sesuatu di atas.
“Bioskop saja....” Ujar ku.
“Ok...” keduanya langsung sepakat.
Masalah clear. Langsung naik ke atas dan masuk ke bioskop, beli tiket dan tidak usah perduli film apa, begitu pikir ku. Tapi lagi lagi berhenti, putri kerajaan ingin nonton film romantis kapal tenggelam besutan luar, anak dusun ingin nonton film monster besar bertarung buatan lokal. Untung preman di belakang menunjuk film tentang kiamat meteor menghantam bumi besutan luar, jadilah film itu yang di pilih. Walaupun manyun tapi keduanya mau nonton. Setelah beli tiket, popcorn seorang satu biar ga berantem dan minuman, kita masuk ke dalam. Setelah selesai nonton, ketiga nya pada tegang, aku sih santai santai saja karena memang sudah pernah nonton di kehidupan sebelum nya, eh tau tau si anak dusun beli tiket lagi untuk nonton film monster, jadilah kita temani lagi. Setelah selesai, tuan putri diam dan menunjuk film yang dia mau nonton, kalau tidak tidak adil katanya. Jadilah acara belanja berubah menjadi marathon film dan keluar dari pusat perbelanjaan sudah malam.
Aku sampai kasihan, melihat anak buah Manabu san yang sampai ketiduran di mobil menunggu kita datang, aku mengetuk kaca jendelanya dan dia bagun, kemudia membuka kaca dan pintu untuk kita. Setelah semua naik, perut kita berempat berbunyi, akhirnya mampir dulu di restoran sushi yang pakai conveyor belt yang saat itu masih baru untuk makan. Setelah mengambil piring piring sushi,
“Masa kun...aaaam.” Ayame menyodorkan sushi nya ke mulut ku.
“Onii chan..aaaam.” Hikari juga menyodokan sushi ke mulut ku.
Aduh, apa lagi ini, kenapa sih kedua gadis ini begini, pikirku. Aku hanya melihat Haruka tertawa sambil makan sushi milik nya sendiri dan menggodaku dengan bertanya, “Aku boleh ikutan ?” Tentu saja jawabku tegas. “Tidak.” Tolong jangan menambah runyam. Aku mengambil piring dan meletakkan kedua shushi yang di sodorkan pada ku. Tiba tiba Hikari menarik lengan baju ku, dia menunjuk keluar jendela. Ternyata ada dua orang yang kukenal dan kuincar lewat dengan santai sambil membawa gadis dan seorang anak kecil berumur kira kira10 tahun. Aku kaget, ternyata yang lewat adalah Kirishima Isami dan Kirishima Suzuki. Kirishima Isami merangkul seorang wanita yang membawa anak kecil kira kira berumur 10 tahun dan Kirishima Suzuki merangkul 2 wanita sekaligus.
“Mereka mau kemana itu ?” Tanya ku.
“Mau aku ikuti ?” Tanya Hikari.
“Tidak usah, bahaya.” Jawab ku.
Karena merasa ada yang memperhatikan, anak kecil itu menoleh dan aku mengenali anak kecil itu. Di kehidupan ku sebelum nya, anak kecil itu adalah istriku di masa depan yang berkhianat pada ku, nama nya sebelum berubah menjadi nama ku adalah Kotogaki Touka. Aku langsung berdiri dan berpamitan untuk ke kamar mandi, tapi sepertinya hanya Hikari yang sadar akan niat ku dan mendiamkan nya. Dia mengalihkan perhatian Ayame dan Haruka. Aku keluar restoran dan mengikuti mereka, aku ingin tahu mereka kemana. Tak jauh dari restoran tempat ku makan barusan, ada sebuah club yang sepertinya untuk kalangan pribadi. Aku melihat mereka berhenti dan mengenakan topeng dan masuk ke dalam. Penjaganya juga mengenakan topeng, berdiri seperti patung di depan pintu masuk. Aku harus mencari cara masuk. Aku kesamping, mengenakan pakaian dinas ku dan langsung menembakkan kait ke atas, aku memanjat dinding samping club dan masuk lewat atap.
Suasana di dalam sangat gelap, berbekal kacamata yang bisa berfungsi sebagai night vision, gelap bukan masalah, aku mengintip ke bawah dan sangat tercengang. Ternyata di bawah bukan hanya sekedar club dan bar tempat orang berbicara dan minum minum, di bawah ada pesta yang benar benar tidak senonoh, yaitu bersetubuh masal walau semuanya memakai topeng. Aku melihat Touka duduk diam sementara ibunya mulai naik ke pangkuan Isami, di sebelah nya. Benar benar menjijikkan dan amoral, aku tidak ingin berlama lama di sana, aku melompat keluar dan berjalan kembali ke restoran melompati atap demi atap. Aku berpikir untung bukan Hikari yang mengikuti mereka, coba kalau sampai Hikari melihat kondisi di dalam itu, aku benar benar tidak bisa membayangkan apa yang akan Hikari lakukan.
“Duarr.” Tedengar ledakan kecang di belakang, aku menoleh dan melihat gedung club itu meledak dan terbakar. Eh, aku ga ngapa ngapain loh, kenapa bisa meledak, pikir ku. Aku terdiam dan melihat api dengan asap membumbung ke atas. Aku melihat kebawa, Hikari, Ayame dan Haruka keluar dari restoran, sepertinya mereka mendengar suara ledakan dan keluar untuk melihat nya. Hikari ada di bawah, berarti pelaku nya orang lain. Karena yang meledak adalah musuh dan bukan urusan ku, lagipula ada Touka di dalam, mending dia mati sekarang daripada rusuh di masa depan, aku turun di samping restoran dan keluar bergabung dengan Ayame, Hikari dan Haruka.
Mobil kita sudah siap di depan restoran, aku mengajak ketiganya langsung pulang saja. Aku diam saja, tidak mengatakan apa apa, walau Hikari terus memandangi ku. Aku merasa Hikari mungkin berpikir aku pelaku nya. Setelah berjalan cukup lamam karena berpapasan dengan ambulans, pemandam kebakaran dan polisi, akhirnya kita sampai di apartemen. Benar dugaan ku, Hikari menyelinap ke kamar ku lagi malam nya dan menayakan apa aku yang meledakkan nya atau bukan. Aku jelaskan semua kepada Hikari dan apa yang aku lihat di dalam, walau tidak semua sih, tidak mungkin aku bercerita soal Touka kepada Hikari. Akhirnya Hikari keluar lagi karena sudah mendapatkan jawaban dan kembali ke kamar Ayame chan.
Keesokan harinya, Manabu san datang ke apartemen siang siang, dia mengatakan kalau aku, Ayame dan Hikari harus cepat pergi, alasan nya karena di kejadian semalam, mobil kami terlihat dan pihak Kirishima menyalahkan kita atas ledakan yang terjadi semalam. Tentu saja aku protes keras, aku tidak terima di tuduh karena memang aku dan yang lain tidak melakukan apa apa, lagipula selama kita makan, mobil itu tetap berada di depan restoran, jadi tidak mungkin. Tapi, telepon ku berbunyi, aku langsung mengangkatnya. Ternyata jisan menelpon ku dengan suara lemah, dia mengatakan aku dan Ayame harus segera pergi ke fukuoka, sampai di sana, aku dan Ayame harus sembunyi sementara waktu, karena kita berdua di incar sebab Kirishima berniat membalas, jisan juga minta kita mencari Enmado Youko, penghubung jisan dan anak buah jisan juga di fukuoka.
Bagaimana ini, padahal Haruka berencana kembali ke fukuoka besok dan bukan hari ini, tapi Manabu memberikan tiket untuk naik kereta cepat (shinkansen) untuk keberangkatan 2 jam lagi dengan lama perjalanan 6 jam. Aku bertanya kenapa tidak pakai pesawat saja, Manabu san mengatakan, bandara lebih berbahaya dari stasiun kereta, selain itu dia juga memberikan sebuah handphone yang besar nya bisa menimpuk orang sampai pingsan dan sebuah pager. Dia mengatakan mengenai bisnis dan lain nya serahkan saja padanya, dia akan menghubungi ku menggunakan handphone atau pager. Setelah itu dia minta aku, Ayame dan Hikari bersiap siap, sementara dia kesebelah untuk menemui Haruka.
Akhirnya, kita berempat pergi ke stasiun hari itu juga dan langsung naik kereta sesuai dengan waktu yang di tentukan. Dandan ku, memakai jaket dengan kerudung dan masker untuk menutupi wajah, begitu juga dengan Ayame dan Hikari, kita benar benar tampak mencurigakan di dalam kereta, untung saja tempat duduk nya terpisah jadi tidak terlalu menarik perhatian penumpang lain. Hanya Haruka yang cuek memakai pakaian biasa. Pintu kereta akhirnya di tutup dan ingin berangkat, tapi beberapa orang berpakaian jas menahan pintu dan masuk ke dalam kereta, mereka memeriksa penumpang satu demi satu. Gawat, kemungkinan yang di cari mereka adalah kita bertiga, aku harus cari cara supaya mereka cepat keluar, bagaimana tapi.
Mereka semakin mendekat, aku harus cepat. Aku menoleh keluar jendela, aku melihat ada beberapa penjaga sedang mendekat. Langsung saja aku berbisik kepada Hikari di sebelah.
“Hikari, arahkan jam tangan mu ke matahari dan sorot penjaga di bawah, cepat.”
Hikari langsung mengangkat jam tangan nya ke matahari, berpura pura memutar jam nya dan pantulan nya mengenai wajah penjaga di bawah yang langsung melihat ke dalam kereta. Para penjaga masuk ke dalam karena melihat beberapa orang berdiri di dalam dan menahan kereta. Orang orang di dalam langsung berjalan melewati ku, Ayame, Hikari dan Haruka untuk ke luar melalui pintu di belakang. Aku menoleh melihat keluar dan melihat orang orang itu sedang di tanya oleh para penjaga dan sepertinya sedang berdebat. Pintu kereta di tutup, kereta mulai berjalan, aku dan Hikari bernafas lega, tapi hanya sebentar. Aku merasakan ada hawa tidak enak di belakang ku, hawa seorang pemangsa yang mengincar mangsa nya dan memberitahu, “Aku ada di sini.” Kepada mangsa nya.
“Onii chan....” Bisik Hikari yang juga menyadari nya.
“Ya, aku tahu.....” Balas ku kepada Hikari.
Aku tahu dia tidak akan bertindak selama kita berada di dalam kereta selama perjalanan yang berlangsung 6 jam ini. Tapi lain ceritanya kalau turun nanti, aku bersiap untuk menghadapi nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
mochamad ribut
up
2023-07-28
0
mochamad ribut
lanjut
2023-07-28
0