Keesokan harinya, sekolah di liburkan karena kejadian kemarin dan belum tahu sampai kapan. Sekolah di segel sementara oleh garis kuning polisi yang masih melakukan penyelidikan. Aku, Ayame dan Haruka pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Jinta dan Sayaka yang menunggui nya di sana. Ketika sampai, aku melihat keluarga Jinta sudah datang, sepertinya mereka langsung naik pesawat pagi pagi, karena aku dan yang lain datang setelah makan siang. Eh, tidak salah nih, Sayaka sedang berpelukan dengan seorang wanita beryukata yang sepertinya ibu dari Jinta. Ketika melihat ke dalam dari jendela, aku melihat Jinta belum sadarkan diri. Haruka dan Ayame sudah menghampiri Sayaka dan saling berpelukan. Seorang pria paruh baya yang sepertinya ayah Jinta mendekati ku,
“Masamune kun ? benar ya ?” Tanya pria itu.
“Benar ossan. Ossan kenal aku ?” Tanya ku pada ossan.
“Iya, Jinta sering menelpon kami dan bercerita dia punya teman hebat di sekolah dan tidak membedakan dirinya seperti di sekolah lama. Terima kasih ya sudah menjadi teman Jinta.” Jawab ossan kepada ku sambil menepuk pundak ku.
“Sama sama ossan, aku juga menganggap Jinta teman ku yang berharga. Kapan datang ossan ?” Tanya ku basa basi.
“Kami baru tiba sekitar 2 jam lalu, semalam kaget sekali mendengar beritanya, aku sangat berterima kasih sama Sayaka chan yang mencari nomer telepon kami dan memberikan nya kepada pihak rumah sakit, sehingga kami bisa tahu setelah di beritahu rumah sakit.”
Hee, oh iya jaman ini belum ada smartphone ya, pantas saja, hebat juga Sayaka chan, pikir ku. Ossan bercerita kepada ku, kalau dia mau memindahkan sekolah Jinta kembali ke osaka, nanti dia akan sampaikan kepada Jinta kalau dia sudah bangun. Ossan juga mengatakan kalau Sayaka chan berniat ikut bersama Jinta pindah sekolah, adik adik nya akan ikut bersama nya. Wow sampai segitunya Sayaka chan, tapi wajar sih, kejadian kemarin benar benar penentuan hidup dan mati, jadi sudah jelas masa depan berubah, aku benar benar bersyukur, kejadian ini benar benar membawa berkah kepada mereka berdua. Aku melihat Ayame chan dan Haruka langsung akrab dengan obasan di tempat duduk, mereka mengobrol dan obasan terus saja merangkul Sayaka chan.
Manabu san masih di sana, setelah selesai bicara dengan ossan, aku menghampiri Manabu san dan menanyakan apa ada hal yang mencurigakan atau tidak. Menurut Manabu san, semalaman aman, baik di luar atau di dalam. Aku lega mendengarnya, nah sekarang, topik intinya, apa yang akan aku lakukan untuk menghancurkan keluarga terbesar di ginza itu. Tidak mungkin aku menunggu jisan meninggal dulu baru bergerak, bisa terlambat nanti. Aku mengajak Manabu san turun ke bawah dan ke cafe yang ada di depan rumah sakit,
“Manabu san, gimana pemasukan bisnis kita ?” Tanya ku sebagai awalan.
Langsung saja Manabu san melaporkan semuanya, ternyata semua ok ok saja dan stabil, senang mendengarnya tapi belum cukup. Akhirnya di kepala ku muncul ide, maklum ossan berumur 40 tahun.
“Manabu san, kita kembangkan bisnis kita ke ginza, di distrik merah, apa yang tidak ada di sana ?” Tanya ku.
“Hmm apa ya, semua ada sih bocchan di sana, pub, club, brothel, hotel.” Jawab Manabu san sambil berpikir.
Aku mendekatkan wajah ku ke telinganya dan berbisik padanya, Manabu san menyimak dan dia tiba tiba kaget.
“Whoaah, kalau itu belum ada bocchan, hebat kepikiran saja, kalau pun ada biasanya untuk kesehatan atau pengobatan.” Balas Manabu san.
“Ya sudah, kita cari lokasi bagus di ginza, langsung beli dan buka, untuk pekerjanya kita pakai jasa escort (sebenarnya scout, tapi di pelesetkan) dulu sampai kita bisa membuat perusahaan escort kita sendiri, cari pekerja yang tidak harus bisa melakukan nya, yang penting seksi dan bersedia bekerja di binis seperti ini.” Balas ku sambil mengedipkan mata.
“Siap bocchan, langsung jalan. Aku utus anak buah cari tempat nya dulu. Selanjut nya kita bicarakan kalau sudah dapat tempat.”
“Sip Manabu san, kalau tidak bisa perang frontal, kita menyusup saja diam diam dan pakai Mitsushino. Proteksi nya Odasiga.” Balas ku lagi.
“Pasti dong bocchan.”
“Hahaha sekarang pekerja kantoran bisa melepas lelah di toko kita nanti ketika mereka habis lembur dan membayar jasa, pemasukan kita pasti berlimpah. Bersulang Manabu san.” Ujar ku sambil mengangkat gelas.
“Kampai.” Manabu san menempelkan gelas nya ke gelasku.
Dari pembicaraan ini, dimulai lah kerajaan Odasiga di ginza dan yang nanti nya akan menguasai seluruh tokyo, tapi masih lama hehe.
Sebelum melaksanakan rencana ku, tentu saja aku berkonsultasi dengan jisan yang makin hari semakin lemah, mumpung sekolah sedang libur akibat kejadian kemarin dan tidak tahu sampai kapan boleh masuk lagi, aku dan Ayame menghabiskan waktu di rumah jisan. Jisan menyambut baik usul ku untuk membuka toko di daerah ginza dengan bisnis yang memang sebenarnya sudah ada saat itu tapi belum menjamur. Bisnis seperti itu baru ada di beberapa tempat tertentu dan mahal, aku ingin para pegawai yang bernasib sama dengan ku di kehidupan lalu ku, bisa menikmati nya. Selain itu aku juga mengusulkan membuka bisnis escort yang mencari talenta talenta untuk berkerja di bisnis hiburan malam, walau sudah ada juga saat itu dan belum banyak. Untuk keamanan nya aku juga ingin membuka perusahaan security sebagai penjaga dan bodyguard bisnis bisnis yang ingin berkembang tanpa gangguan.
Mendengar ide ide ku, jisan tertawa kencang dan berterima kasih karena aku benar benar berniat untuk mempertahankan keluarga. Tentu saja jisan, selain untuk membalas budi dan mencari pembunuh orang tua ku walau waktu mereka meninggal aku malah bersyukur di adopsi jisan, aku juga berjanji akan membahagiakan Ayame chan, walau di masa depan nanti berubah, tapi paling tidak dia hidup dan bahagia, pikir ku di dalam hati. Selama beberapa hari aku berada di tempat jisan untuk menemani nya. Setelah itu, Sayaka chan menelpon rumah jisan untuk memberitahu kalau Jinta sudah sadar dan mereka bersiap kembali ke osaka, tapi Jinta ingin bertemu dengan ku dan Ayame. Akhirnya, aku dan Ayame kerumah sakit lagi, Jinta sudah di pindah ke kamar rawat inap, di sana sudah ada Haruka yang membawa ketiga adik Sayaka, kedua orang tua Jinta dan Sayaka yang terus memegangi tangan Jinta yang sudah sadar.
“Masa kun....”
“Yo Jinta kun, gimana ? sudah enakan badan nya ?” Tanya ku kepada Jinta sambil duduk di sebelah tempat tidurnya.
“Sudah, hanya saja kalau bergerak masih sakit. Tapi tidak masalah.” Jinta berusaha duduk tapi di cegah oleh Sayaka.
“Jangan bangun dulu, kalau luka nya terbuka lagi bagaimana.” Ujar Sayaka sambil mendorong tubuh Jinta.
“Terima kasih Nishino san.” Ujar Jinta menurut.
“Jinta kun, panggil aku Sayaka, jangan Nishino, aku tidak suka nama keluarga ku.” Jawab Sayaka berbisik di telinga Jinta, walau aku mendengarnya dengan jelas hehe, sudah terlatih, ninja gitu loh.
“I..iya Sayaka san.” Balas Jinta perlahan.
“Tidak perlu pakai san...” Bentak Sayaka sambil cemberut.
“I..Iya..Sayaka.”
Aaah gerah aku melihat mereka berdua yang sudah mulai mesra di depan ku lagi. Jinta mengatakan kalau dia setuju akan usulan papa nya untuk kembali ke osaka, dia menangis dan berterima kasih padaku, karena menurutnya aku adalah teman nya yang pertama di tokyo dan menegurnya duluan. Aku memegang tangan nya dan tersenyum, aku juga berterima kasih kepadanya karena mau menjadi teman ku. Kemudian Jinta juga bilang kalau Sayaka akan ikut dengan nya dan sampai keduanya bisa mandiri, mereka akan tinggal bersama dengan orang tua Jinta yang juga sudah setuju, bahkan mengajak Sayaka tinggal bersama mereka.
Akhir yang bahagia, aku senang melihatnya, sayang akhir yang bahagia ini bukan untuk ku dan untuk mereka, sedangkan perjuangan ku baru saja di mulai. Jinta berpesan kalau kita harus selamanya jadi teman, dia akan menyurati ku dan Ayame mulai sekarang. Walau tidak bertemu tetap berkomunikasi katanya, aku sangat menyetujui nya, karena di kehidupan yang lalu pun, sampai aku mati, Jinta tetap jadi sahabat ku dan membuat marah istrinya, Haruka kalau sedang bersama ku haha, Jinta tetap di tokyo dan tidak pernah sama sekali pulang ke osaka, syukurlah sekarang semua berbeda, karena aku sendiri akan mengadakan perubahan yang drastis yang tentunya membahayakan sekitarku dan sebaiknya Jinta juga istrinya siapapun nanti, tidak terlibat. Hari itu adalah hari terakhir aku melihat Jinta.
Setelah kembali dari rumah sakit, aku dan Ayame langsung ke apartemen ku untuk beristirahat. Tapi sebelum masuk ke dalam, aku mencegah Ayame bergerak,
“Ayame chan, kamu ke rumah Haruka chan dulu, rumah kita di masuki orang.” Ujar ku.
“Ok Masa kun, hati hati.....”
Ayame mengetuk pintu Haruka yang langsung membuka nya. Setelah Ayame masuk ke dalam aku langsung mengendap ngendap membuka unit ku sendiri. Dengan diam diam dan tanpa suara aku masuk ke dalam, aku mendengar suara televisi menyala, aku mengintip dan melihat ada cangkir di atas meja, tapi tidak ada orang. Tiba tiba aku merasakan ada orang di belakang ku, ternyata benar, di belakang ku ada orang yang sedang menghunuskan pedang katana ke arah ku, aku menangkap tangan nya dan membanting nya kemudian mengambil katana nya dan menyilangkan katana itu di lehernya. Ruangan yang gelap membuat ku tidak melihat wajah nya, tapi aku tahu dia wanita. Aku mengambil kunai di ikat pinggang ku dan melemparkan nya ke saklar untuk menyalakan lampu. Begitu lampu menyala aku kaget melihat siapa yang ada di bawah ku. Aku melepaskan katana yang menyilang di lehernya dan berdiri.
“Sensei ? ngapain di rumah......”
Belum selesai aku bicara, sensei sudah melompat memeluk ku dan tanpa basa basi mencium ku. Karena reflek aku memegang lengan nya. Hei, lengan nya ternyata kecil dan tubuhnya juga tidak terasa seperti kelihatan nya. Aku langsung menyadari identitas sensei sebenarnya. Aku melepaskan ciuman nya dan merobek wajah nya, dugaan ku tepat, tidak mungkin dia bisa membohongi ku setelah 7 tahun hidup mati bersama.
“Hehe ketahuan ya onii chan.” Ujar Hikari yang ternyata menyamar menjadi Helen sensei.
“Hehe iya lah, mana mungkin aku tidak tahu ciri ciri khas mu, Hikari chan.”
Huh ngakunya dari amerika, tubuh seksi kelihatan nya doang, ternyata produk lokal dan salah satu orang yang kusayang. Aku memeluk nya dengan mesra karena kangen juga sama adik ku yang satu ini, walau baru berpisah beberapa bulan saja. Aku menanyakan kenapa dia menyamar menjadi sensei, dia bilang kalau itu adalah tugas dari desa untuk mengawal ku dan Ayame, sekaligus menyelidiki siapa yang ingin menyerang kita dan melindungi kita dari belakang layar. Dan ketika aku tanya kenapa dia memandang ku dengan tajam seperti mau membunuh waktu awal awal masuk kelas, dia bilang dia cemburu melihat ku dekat Ayame dan Haruka, hahaha. Akhirnya kita terus berpelukan sambil berbicara dan kadang Hikari mencium ku, tidak menyadari aku lupa menutup pintu dan ada yang masuk melihat kita berdua,
“A..apa...apa yang kamu lakukan Masa kun ? Siapa dia Masa kun ?” Teriak Ayame sambil menunjuk ke depan dengan tangan gemetar.
Whoaah runyam, aku tidak menyangka Ayame datang bersama Haruka lagi, sukses deh, tapi tenang. Kemas semua dengan senyum manis yang menggoda dan mulailah perkenalan.
“Ayame chan, kenalkan, namanya Kagenuma Hikari, dia selalu bersama bersama ku di desa waktu itu.”
“Kenalkan aku Hikari, aku istri onii chan hehe.” Ujar Hikari sambil menjulurkan tangan nya.
Hah Hikari chan, kapan kamu menjadi istri ku, jangan memperkeruh suasana, eh iya juga ya, waktu di lepas di gunung selama dua minggu berdua kan mau ga mau menghangatkan badan dengan saling berpelukan dan telanjang. Waaaa benar juga, kita melakukan nya dan tentu saja bukan hanya sekali. Mati aku, apa yang harus kuperbuat, waktu itu karena namanya tubuh berumur 13 tahun dan dia juga sudah 11 tahun, kita lagi puber dan bablas, bagaimana aku bertanggung jawab pada Hikari tanpa menyakiti Ayame. Pikiran ku langsung kalut dan blank, secara teknis benar Hikari istriku, tapi secara surat belum. Untung Hikari melihat wajah ku bingung, dia langsung berkata lagi,
“Hehe bercanda Ayame onee chan, tapi aku sama onii chan sudah seperti kakak adik.” Ujar nya walau aku tahu matanya sedih.
“Oh begitu, aku pikir siapa lagi ini.” Ujar Ayame lega.
“Eh..siapa lagi onee chan, memang ada berapa perempuan di samping onii chan ?” Tanya Hikari sambil melirik ku tajam khas sensei.
“Hehehe....” Aku hanya bisa tertawa pasrah.
Akhirnya aku di marahi oleh Ayame dan Hikari dengan kompak walau aku tidak tahu apa salahku, aku di suruh berlutut dan di marahi dengan disaksikan oleh Haruka yang melihat ku sambil tersenyum, tanpa aku tahu artinya apa. Singkat cerita, akhirnya Hikari memutuskan untuk tinggal bersama aku dan Ayame, selain itu dia juga di tugasi untuk menjaga kita berdua. Hikari akan bersekolah sebagai anak smp kelas 2 di sekolah yang sama dengan ku dan Ayame hanya saja beda gedung. Di mulailah kehidupan cinta ku yang kusut bersama Ayame dan Hikari yang keduanya ku sayang tapi tidak mungkin bersama keduanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
mochamad ribut
lanjut
2023-07-27
0