Manabu san mengajak ku ke sebuah desa di kaki gunung fuji, aku tidak tahu desa apa itu karena sepertinya tidak ada di peta walau mengandalkan skill ingatan ossan umur 40 tahun ku. Di desa itu ada sekolah juga dan aku di masukkan kesana, tapi sekolah itu bukan sekolah biasa. Semua anak anak di sana di latih menjadi ninja. Bukan ninja seperti di manga atau anime loh ya, yang bisa memecah diri jadi banyak, mengeluarkan bola sinar dari tangan dengan cara tangan di putar putar lalu muncul dan memiliki mata yang bisa menjadikan ilusi jadi nyata. Ninja ini adalah ninja beneran, yang kerjanya menusuk orang dari belakang. Tapi karena perkembangan jaman, ninja di sini menggunakan senjata api dan pakaian anti peluru, mereka juga menggunakan alat alat canggih seperti jam tangan yang keluar laser, sepatu boots untuk terbang, sarung tangan merayap di dinding dan lain sebagainya. Dan aku akan berlatih di sini sambil tetap belajar kurikulum yang ada.
Ketika masuk ke dalam, ternyata muridnya hanya aku dan seorang anak kecil perempuan yang mungkin lebih kecil dari ku bernama Kagenuma Hikari, yang nanti nya akan berperan sangat besar di kehidupan ku di masa depan, lebih tepat nya dia adalah masa depan ku nanti, tapi masih lama. Di mulailah latihan ku bersama Hikari di sekolah yang berada di desa itu. Selain latihan fisik, latihan jurus jurus, latihan gerak, latihan lompat dan pelajaran biasa, ada juga latihan menembak, memakai alat, melempar shuriken atau pisau, menyamar, menyusup dan lainnya. Dan kalau di kira tidak berat, sangat salah besar, aku dan Hikari hampir mati dua kali di sana, pertama ketika ada penyusup masuk, kita berdua harus menghadapi nya. Penyusup nya bukan main main, ninja juga dan jumlah nya tidak sedikit. Itu di saat aku berumur 10 tahun dan Hikari 8 tahun. Kita berdua menang dengan gemilang, tapi sekarat dan dirawat selama 6 bulan. Hampir mati yang kedua di saat aku dan Hikari di lepas di hutan yang tidak tahu ada di mana selama dua minggu. Tanpa makanan, minuman, tenda dan hanya di bekali sebilah pisau saja. Terjadi ketika aku berumur 13 tahun dan Hikari 11 tahun.
Tahun 1998. Setelah mengalami tempaan dan pelatihan seperti neraka, 7 tahun pun berlalu sejak pertama aku datang ke sana. Usiaku sekarang 15 tahun, tinggi ku sudah mencapai 178cm, jauh lebih tinggi dari anak seumuran ku, di kehidupan ku yang lalu, tinggi ku waktu berumur 15 tahun adalah 158cm. Badan ku menjadi mengembang besar, tegap dan penuh bekas luka walaupun kekar. Tugas pertama menanti, yaitu masuk sma bersama dengan Ayame dan aku di terima menggunakan nama Odasiga Masamune. Manabu san menjemputku, setelah berpamitan dengan shisou yang mengajarkan aku macam macam dan berpelukan dengan Hikari, aku masuk ke mobil untuk kembali ke kehidupan. Ketika mobil akan berjalan, Hikari maju dan berteriak,
“Tunggu aku onii chan, aku akan menyusul, jangan mati ya onii chan.” Hikari berteriak dengan mata berlinang walau wajah nya tanpa ekspresi.
“Pasti, aku tunggu ya Hikari chan, cepat datang ya.” Balas ku sambil melambaikan tangan ke Hikari yang juga membalas melambaikan tangan.
Mobil berjalan menuju ke kota kembali, jantung ku berdegup kencang karena aku akan kembali ke kehidupan sosial. Begitu sampai di rumah, Ayame langsung menyambutku, sedangkan jisan sedang terbaring di tempat tidurnya. Aku masuk ke kamar jisan dan berlutut di sebelah tempat tidurnya. Aku memegang tangannya yang sudah semakin tua.
“Kamu sudah kembali, bagus, aku senang melihat mu di sini.” Walau sakit, suaranya masih saja perkasa seperti sewaktu sehat. Memang luar biasa jisan.
“Aku pulang jisan.” Salam pertama ku pada nya.
Jisan tersenyum dan memegang kepala ku dengan tangan nya yang lemah. Dia melihat diriku yang sekarang dan dia terlihat bangga. Aku sangat senang melihat nya. Tangannya yang lemah mengangkat, dia memanggil Ayame yang sedang berdiri di depan pintu. Ayame pun mendekat dan berlutut di sebelah ku. Jisan mengambil tangan ku dan menyatukan nya dengan tangan Ayame.
“Mulai sekarang, kalian harus saling menjaga, kalian bersaudara. Masamune kun, jagalah Ayame chan dan Ayame chan jagalah Masamune kun. Jangan bertengkar, jangan ribut, berbaik baiklah dengan saudara.”
“Baik jisan.” Jawab ku dan Ayame bersamaan.
Jisan terbatuk dan aku memutuskan keluar supaya jisan bisa beristirahat. Jisan mempersilahkan aku dan Ayame keluar. Ketika sudah di luar, tiba tiba tangan ku di tarik oleh Ayame dan aku menoleh padanya.
“Ingat ya, di sekolah besok jangan jauh jauh dariku, kamu pergi selama 7 tahun, aku kesepian.”
Lah kesepian apanya, di kehidupan yang lalu kamu fine fine aja kok, tapi memang sejak pertama aku pergi, dia terlihat murung sih, aku tidak tahu apa arti perkataan nya tapi wajah nya yang cemberut terlihat imut.
“Iya iya tenang saja, aku akan selalu di samping mu ojouchan.” Ledek ku sambil menyentuh hidung nya yang sedang cemberut.
“Enak saja ojouchan, jangan pernah panggil itu di sekolah, ok bocchan.” Ayame membalas meledek ku.
“Wah kamu juga dong. Masa panggil bocchan......” Balas ku.
Akhirnya kita berdua bercanda seperti saudara. Padahal dia cinta pertamaku hiks, tapi ya sudah lah, janji ku tetap, dia jadi saudara atau kekasih sama saja bagiku. Keesokan harinya, hari pertama sekolah sma, aku dan Ayame bersekolah di Yosekai private high school, sekolah yang sama saja dengan kehidupan ku yang dulu, bahkan seragam nya pun sama, blazer hitam berlambang, kemeja putih di dalam dan dasi merah, celana nya berwarna putih. Wanita pun sama, hanya bedanya di rok dan dasi yang di ganti pita di ikat kupu kupu. Pagi pagi sekali, aku sudah siap berangkat dan menunggu di depan rumah. Aku berkaca di kaca mobil untuk melihat dandanan ku, rambutku memang kubiarkan berantakan dan aku memakai kacamata, tapi bukan sembarang kacamata, kacamata yang memiliki xray untuk melihat tembus walau hasilnya hitam putih, tujuannya jelas bukan mengintip, melainkan untuk mengecek barang orang lain, kali kali saja membawa bom. Selain xray, kacamata itu juga berfungsi untuk melihat di kegelapan (night vision).
10 menit kemudian, Ayame pun keluar, wow dia tampak seperti dirinya di kehidupan yang dulu, hanya saja kenapa sekarang dada nya sedikit lebih besar dari di kehidupan dulu, apa seragam nya kekecilan atau apa. Aku langsung membuang jauh jauh pikiran itu dan sedikit memuji nya,
“Wah cocok, kamu tampak imut pakai seragam itu.”
“Apa sih...” Tas pun melayang menghantam lengan ku.
Tapi aku melihat nya tersipu walau dia menghantam ku menggunakan tas. Kami berangkat di antar mobil yang di kendarai oleh Manabu san. Aku melihat keluar jendela, suasana kota persis seperti di kehidupan ku yang sebelum nya, apakah nanti di sekolah juga sama suasana nya, aku tidak tahu, yang pasti sekarang aku sudah berbeda dari dulu, walau aku masih sedikit kurang percaya diri. Setelah melalui jalan yang lumayan jauh, akhirnya kami sampai di depan gerbang. Aku dan Ayame turun dari mobil, semua mata memandang melihat aku dan Ayame yang baru turun, kalau di kehidupan sebelum nya, Ayame akan merengek untuk pindah ke apartemen di dekat sekolah, karena seingat ku, dia hanya di antar mobil sekali waktu hari pertama dan berikutnya dia jalan kaki. Aku dan Ayame berjalan masuk ke dalam gerbang, mulai lah terdengar kasak kusuk di antara para siswa dan siswi.
“Wuih...ganteng dan cantik...silau....”
“Mereka siapa ya, sepertinya bukan orang biasa deh.”
“Mereka adik kakak ya, wah kakak nya ganteng dan adik nya cantik.”
“Wow prince dan princess.”
Dan masih banyak kasak kusuk lainnya yang tidak sengaja terdengar oleh ku dan Ayame. Bagiku, ossan umur 40 tahun, hal hal seperti ini tidak berpengaruh, tapi bagi sebelah ku, gadis umur 15 tahun, sangatlah berpengaruh besar, wajah nya merah dan dia ngebut masuk ke gedung padahal belum lihat kelas nya dimana. Akhirnya dengan wajah di tekuk dan merah dia keluar lagi dari gedung dan menarik tangan ku tanpa berbicara apa apa. Akhirnya aku juga masuk tanpa melihat papan pengumuman, waktu kelas 1, aku dan Ayame tidak sekelas, kita berdua saling kenal waktu masuk ke club yang sama. Jadi aku langsung menunjukkan kelas Ayame dan kelas ku yang ada di sebelah nya. Ayame yang sudah masuk kelas dan melihat namanya langsung lari keluar lagi.
“Eh...kok kamu tahu kelas ku di sini ?” Tanya nya dengan wajah curiga.
“Aku baca sekilas papan pengumuman tadi, makanya, siapa suruh main lari saja.” Jurus ngeles no jutsu ku keluar, hasil tempaan bertahun tahun di tempat kerja.
“Uh dasar, ya sudah lah, aku masuk dulu ya, makan siang bareng ya.” Balas nya sambil berbalik.
“Ya.” Jawab ku singkat.
Aku langsung berjalan menuju kelas dengan tangan masuk ke dalam kantung celana. Geh, makhluk itu sudah datang rupanya, yang aku sebut makhluk itu adalah seorang siswi perempuan berkulit coklat, rambut pirang, makan permen karet, memang cantik tapi kelakuan minus sebab dia menaikkan kaki di kursi ku, seperti yang biasa dia lakukan di kehidupan ku yang dulu. Aku masih dan langsung menaruh tas ku di samping meja, kemudian aku menoleh padanya.
“Selamat pagi, maaf tapi aku mau duduk.”
Makhluk itu menoleh dan melihat ku sambil menciptakan balon di mulut nya. Tatapan nya dingin dan tajam, hal inilah yang membuatku benci dengan nya walau dia tidak pernah membully ku. Dia menoleh lagi seakan akan aku bukan siapa siapa dan tidak penting. Kalau dulu biasanya aku menunggu sampai dia puas, kalau sekarang,
“Maaf, aku mau duduk.” Sambil mendekatkan wajah ke depan balon nya, menatap wajah nya dan memegang kursinya sambil tersenyum manis.
Dia langsung menatapku kembali dan menoleh melihat kaki nya. Ternyata tatapan ku ampuh, dia langsung menurunkan kaki nya.
“Silahkan, selamat pagi.” Balas nya.
Akhirnya aku mendengar makhluk ini bicara, selama 1 tahun sewaktu masih di kehidupan sebelah, dia sama sekali tidak pernah bicara padaku, hanya menatap dingin, memandang sinis dan tajam serta meremehkan. Tapi wajar sekali, diri ku yang dulu bongkok, pendek, kurus dan berkacamata tebal, walau tidak terlalu suka membaca manga atau nonton anime, julukan otaku melekat erat dengan ku.
“Terima kasih ya.” Ujar ku sambil membersihkan kursiku.
“Sama sama.” Balas nya sambil tersenyum yang ternyata manis juga ya.
Aku duduk dan membersihkan kacamata ku dengan sapu tangan milik ku yang ku ambil dari kantung, karena tempat duduk ku pas di sebelah jendela, sinar matahari masuk menerpa ku membuat diriku agak sedikit gerah, aku membuka blazer ku dan beberapa kancing kemeja ku, menggulung lengan kemeja ku dan mulai berkipas ria. Selagi menikmati angin sepoi sepoi dari buku ku, ada tatapan intens yang membuat bulu kuduk ku berdiri, aku melirik sedikit, ternyata makhluk itu tanpa malu malu merebahkan kepalanya di meja dan menatap dengan tatapan yang bagaimana gitu.
“Hei, kamu megang daerah mana ?” Tanya nya pada ku.
Hah, daerah ? memang nya kamu pikir aku ini apa. Tapi mari kita tanggapi pertanyaan nya dengan pertanyaan lagi.
“Hmm maksudnya bagaimana ya ?” Tanya ku sambil menoleh dan menyenderkan tubuh ku ke kursi.
“Ah tidak, aku melihat tubuh mu penuh luka, kupikir kamu suka berkelahi, nama mu siapa ?” Tanya nya lagi untuk menjawab pertanyaan ku.
“Odasiga Masamune, salam kenal Sawatari san.” Aku menjulurkan tangan ku.
“Eh, kamu kenal aku ? Odasiga ya wow....”
Loh kenapa reaksinya begitu, astaga aku lupa, aku kenal dia kan di kehidupan lama, nah loh, matanya langsung berbinar binar seakan akan mau mengenal ku lebih dekat.
“Tapi kamu benar Sawatari Haruka san kan ?” Tanya ku seakan akan aku salah orang.
“Wah benar, kamu kenal aku darimana ? senang nya di kenal sama bos Odasiga. Mohon kerja sama kedepan nya ya Odasiga kun.” Dia langsung menjabat tangan ku.
“Sama sama Sawatari san.”
Selesai. Tapi kenapa tangan ku tidak di lepasnya, apa mau nya. Dia malah menggeser meja nya dan menempelkannya pada meja ku.
“Anoo Sawatari san ?” Tanya ku bingung.
“Wow badan mu bagus ya, aku suka loh yang seperti ini, sesuai tipe ku.”
Waaaa apa maksudnya ini, aduh tolong, makhluk yang biasanya paling aku hindari sekarang malah menempelkan semuanya ke tubuh ku. Tiba tiba pintu kelas terbuka lagi, para teman sekelas masuk ke dalam kelas membuat makhluk di sebelah ku bergeser kembali. Haaah aku menarik nafas lega, aku selamat pikir ku, tapi jangan jangan aku membangkitkan sesuatu yang tidak perlu.
Datang seorang teman sekelasku yang dulu sama seperti ku dan duduk persis di depan ku, bahan perundungan para yankee dan di panggil otaku, ralat, karena badannya gemuk dan gendut, teman ku itu di panggil Butaku (babi otaku), nama sebenarnya adalah Sekiguchi Jinta. Begitu dia melewati ku, aku tersenyum menyapa nya, tapi dia terlihat takut takut melewati ku dan Haruka di sebelah ku. Ketika dia duduk di depan ku, aku menepuk punggung nya dan menjulurkan tangan ku.
“Nama ku Odasiga Masamune, salam kenal dan mohon kerja sama nya ya.” Sapa ku.
“Aku Sawatari Haruka, mohon kerjasamanya.”
Loh ternyata sebelah ku ikut ikutan, tapi baguslah, semakin cepat semakin bagus, kenapa, karena di masa depan yang jauh nanti, Jinta akan menikah dengan Haruka. Alasannya karena Jinta tanpa sengaja menolong Haruka yang kalah berkelahi dan hampir di perkosa oleh anggota geng waktu kelas 3 nanti, walau dalam perjalanan kelas 1 dan 2 nya, Jinta selalu di rundung Haruka. Sebisa mungkin aku tidak akan mengacaukan nya.
“I..iya, mohon kerja samanya, namaku Sekiguchi Jinta.” Dia ragu ragu ingin menjabat tangan ku.
Langsung saja aku tangkap tangannya dan berjabat tangan dengan nya, di susul oleh Haruka yang ada di sebelah ku. Kemudian dia langsung berbalik dan diam saja.
“Kamu belajar bela diri ?” Tanya Haruka kepada ku tiba tiba.
“Yah hanya untuk jaga diri.” Jawab ku seadanya saja.
Duh, mau apa lagi dia tanya tanya pikir ku. Tidak tahunya dia malah menceritakan kisah kisah pertarungan nya di daerah kanagawa, tempat dia berhasil mengalahkan 10 orang pria sendirian. Aku menanggapinya biasa saja karena memang aku sudah tahu juga ceritanya dari kehidupan masa lalu ku. Aku melirik dan keringat deras membasahi punggung Jinta yang ada di depan ku. Bel pun berbunyi, bagiku bel itu adalah penyelamat ku, Haruka kembali menggeser mejanya dan duduk di tempat nya dengan tenang. Teman sekelas mulai duduk di tempatnya masing masing. Dan seorang sensei masuk ke dalam kelas, wanita asing asal amerika yang waktu di kehidupan lalu dia adalah pembimbing kelas sebelah, bernama Helen Miles. Aku kaget, kenapa dia yang harusnya pembimbing kelas Ayame malah masuk ke kelas ku.
“Berdiri....” Teriak salah seorang murid teladan yang ada di kelas ku.
Semua berdiri dan memberi salam kepada sensei. Helen sensei berdiri di depan kelas dam memberikan sepatah dua patah kata pada kelas, kemudian saat nya perkenalan.
“Ok, sekarang mulai dari yang paling belakang dekat jendela ya, silahkan Odasiga kun.” Ujar sensei dengan bahasa jepang yang bagus dan fasih walau dia orang asing. Dia menatap tajam diriku bagai pisau yang di lemparkan ke musuh.
Tapi hey, kenapa dia bisa tahu nama ku. Hmm misterius, tapi karena baru hari pertama, aku belum tahu apa apa. Aku berdiri dan langsung memperkenalkan diri.
“Perkenalkan namaku Odasiga Masamune, salam kenal dan mohon kerjasamanya.”
Teman teman sekelas langsung ribut dan memberikan pertanyaan demi pertanyaan. Seperti, mau join club apa nanti, apa kesukaan mu, sudah punya pacar atau belum, dan pertanyaan pertanyaan lainnya. Tentu saja selama sekolah baru kali ini aku mengalami nya dan akhirnya aku diam tidak menjawab sambil duduk kembali di tempatku, alasan kedua karena tatapan sensei yang super tajam terus mengarah pada ku. Hanya satu hal yang aku ingat dari sensei itu, ketika keluarga Ayame di bunuh dan Ayame juga ikut terbunuh, Helen sensei keluar dari sekolah dan pulang ke amerika katanya. Apakah dua hal itu berhubungan, aku tidak tahu, di kehidupan sebelum nya aku tidak memperdulikan nya, tapi sekarang lain dan aku malah mulai waspada karena tatapan nya yang sangat tajam dan jelas bukan tatapan orang normal. Tatapan orang yang sama dengan ku, bergerak diam diam dan membunuh tanpa suara. Ya, tatapan matanya adalah tatapan mata seorang pembunuh yang sedang melihat mangsa nya.
Sebisa mungkin, aku bertindak senatural mungkin layak nya anak yang baru masuk sma untuk menghindari kecurigaan. Selesai perkenalan, karena hari pertama, para murid di ajak ke auditorium untuk orientasi siswa angkatan baru. Haruka mengajak ku keluar bersama, tapi aku menolak, bukan karena aku benci dia, tapi karena aku ingin melihat apa yang di lakukan orang yang berdiri di depan papan tulis. Tapi aku terpaksa mengurungkan niat ku, karena Ayame masuk ke kelas ku dan bicara dengan sensei kemudian menghampiri ku untuk keluar bersama. Akhirnya aku pamit dengan sensei yang mempersilahkan aku dan Ayame pergi. Entah aku harus merasa lega atau justru malah takut, karena aku tidak punya banyak waktu lagi, aku harus menyelamatkan keluarga Odasiga dalam waktu satu tahun ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
mochamad ribut
up
2023-07-27
0
mochamad ribut
lanjut
2023-07-27
0
Debora Sianturi
saya sudah mampir nih kak jangan lupa mampir juga yaa
2023-05-13
1