Dua minggu berlalu dari insiden Sayaka di sekolah, tidak ada kejadian besar lain yang melibatkan Kirishima, paling hanya ada kejadian biasa saja, misal Jinta yang bertabrakan dengan yankee yang kebetulan lewat di depan stasiun, jadinya dia di giring dan kebetulan bertemu denganku yang lagi merokok bersama Manabu san di pinggir jalan. Tidak tahunya, para yankee itu anak buah kita juga, selamat deh si Jinta hehe. Atau Haruka yang di rekrut perusahaan idol penipu yang tujuan nya mencari bintang baru untuk barang dagangan mereka dan kebetulan bisnis keluarga ku juga. Oh ya, semenjak hari kedua dimana aku berkomunikasi dengan sensei, Kirishima Isamu sudah tidak pernah masuk sekolah lagi dan penyelidikan Manabu san belum membuahkan hasil.
Hari ini, seperti biasa aku bangun pagi pagi sekali. Anggota keluarga ku sekarang banyak, Haruka yang menumpang sarapan, Sayaka dan adik adik nya yang sementara tinggal bersama Haruka dan Ayame. Aku sampai minta tolong sama Manabu san, supaya memberi pekerjaan bagi anak buah yang nganggur untuk menjaga adik adik Sayaka kalau kita lagi sekolah, ada ada saja kan. Aku membuat sarapan bagi mereka semua, kemudian menyiapkan bento untuk ku dan Ayame.
“Heee...enak, memang top Masa, ga cuma ganteng, benar benar suami idaman hehehe.” Ledek Haruka setiap hari sambil duduk dengan mengangkat kaki.
“Hah...apanya, aku biasa saja.” Jawaban ku pun sama setiap hari.
“Terima kasih ya Masa kun, aku benar benar berterima kasih.” Di tambah Sayaka yang tidak cape cape bilang terima kasih setiap hari bikin telinga ku panas.
Tapi karena semua ini adalah demi ojouchan, Ayame sama, jadi apa boleh buat kan. Dia kalau sendirian bersamaku, selalu memaksa membantu apapun yang ku kerjakan misal masak, padahal sedikit saja tangannya bergerak semua yang ada di dapur berantakan. Aku suruh dia duduk tenang melihat, makanya kalau ada Sayaka atau Haruka berguna juga untuk menjauhkan Ayame dari dapur. Setelah semua siap, Aku, Ayame, Haruka dan Sayaka selalu ke sekolah bersama.
Menjadi pusat perhatian ? tentu saja, aku berjalan di antara tiga cewek cantik, di tambah lagi kalau tidak sengaja berangkat kepagian dan bertemu Helen sensei yang sikapnya sekarang lain kepada ku. Pandangan mata siswa laki laki, baik seangkatan maupun senior, sangat tajam penuh kedengkian, iri, greget dan lainnya yang setiap hari menyerang ku. Pagi itu ada yang menghampiri ku, wow seorang senpai ikemen yang berwajah seperti pangeran dengan fans wanita dari setiap angkatan mengikuti nya, membawa bola basket dan aku melihat Todo di belakang nya mengkerut.
“Yo anak kelas 1, sepertinya kamu populer ya ?” Tanya nya.
Aku melihat Todo di belakang nya mengatupkan tangan di depan wajah nya yang ketakutan, aku pikir ada ada saja, malas ah. Aku menoleh kebelakang dan meneruskan berjalan bersama Ayame, Haruka dan Sayaka melewati senpai itu. Sudah berpose menantang dan di acuhkan, tentu saja dia marah. Dia berbalik dan langsung memegang pundak ku.
“Heh tunggu, jangan mengacuhkan ku.” Teriak nya dengan wajah geram.
“Maksud senpai aku ?” Tanya ku sambil menunjuk wajah ku sendiri dengan jari.
“Hah kamu menantang aku ya ? jelas kamu yang ku maksud....” Teriak nya lagi.
“Lalu, kalau memang aku, mau apa senpai ?”
“Ayo bertanding dengan ku, kita adu kepopuleran.”
“Malas.” Aku langsung berbalik dan berjalan kembali masuk ke dalam.
Mau ngapain coba ngadu kepopuleran, lagipula aku sendiri tidak merasa diri ku populer. Mendengar jawaban ku, Ayame, Sayaka dan Haruka tertawa sambil berjalan masuk. Tak lama Jinta datang menyusul kita dan masuklah kita berlima ke dalam kelas. Senpai bego itu tidak putus asa, dia terus berteriak mengatai aku pengecut dan lainnya, tetap saja aku tidak perduli, sampai tiba tiba dia menarik lengan Ayame dan langsung ku tangkap tangan nya.
“Akhirnya menengok juga kamu, sekarang kita ke gedung olah raga, tanding dengan ku, aku atlet nasional.”
“Haaah senpai, sekali lagi kamu sentuh tangan adik ku, tangan mu akan hilang, kamu paham itu tidak.”
Todo di belakang langsung membisiki senpai yang dengan sombong nya memutar bola di depan ku. Bukan nya takut atau mundur, dia malah tertawa,
“Kamu pikir kamu doang yah yang berasal dari keluarga dunia bawah, namaku Mitsushino Reiji, tentunya kamu tahu kan keluarga ku.”
Yap, aku tahu, bahkan di kehidupan ku sebelum nya juga aku tahu, kenapa, karena perusahaan tempat ku berkerja dan memecat ku dengan alasan konyol, di kelola oleh keluarga itu sebagai dewan nya. Langsung aku berbalik, sekali lagi aku akan menancapkan taring ku.
“Lalu senpai mau apa ?” Tanya ku.
“Bertanding dengan ku, kita main basket satu lawan satu.”
“Wah aku tidak bisa main basket, tapi aku tidak keberatan, taruhan nya apa ?” Tanya ku yang sekalian menantang nya.
“Kalau kamu kalah keluar dari sekolah ini dan karena aku atlet nasional sedangkan kamu tidak bisa main, aku foor, kamu bisa mencetak satu angka saja dalam lima menit, kamu menang.”
“Ok, aku turuti, tapi kalau aku menang, aku datang ke keluarga mu membawa pasukan untuk mengambil alih, tenang saja senpai, aku tidak akan menuntut mu keluar sekolah.”
“Hahaha...kamu pikir kamu siapa, baiklah aku sanggupi.”
“Kalian bertiga saksi ya. Todo senpai juga.” Aku menoleh ke Ayame, Haruka dan Sayaka yang sedikit tersenyum.
“Ba..baik Masa bocchan.” Jawab Todo perlahan.
Aku langsung berjalan menuju gedung olah raga, sementara senpai pergi ke loker untuk memakai seragam basket nya di ikuti oleh para fans nya. Singkat cerita, kita berdua berdiri di hadapan ring basket, Ayame, Sayaka dan Haruka menonton ku, Ayame memegang kacamata ku sambil berharap.
“Silahkan mulai duluan, anak baru hehe...” Wuih dia meremehkan ku.
Sorakan dari para fansnya, teman teman nya, juga siswa yang kebetulan lewat membuat ku malas sebenarnya. Aku main cepat saja deh, aku lemparkan bola kepada nya dan dia mengembalikan nya. Langsung saja aku menunduk dan melepaskan tembakan, seperti nya dia kaget dan melompat berusaha memblok nya. Tapi tembakan lewat dan memantul di ring karena tidak masuk, karena dia belum turun, dengan cepat aku melewati nya dan melompat, aku menangkap bola di udara dan langsung memasukkan nya ke ring kemudian bergelayutan di ring, aku turun dan mengambil bola nya.
“Sudah ya senpai...pulang sekolah aku ke rumah.” Ujar ku sambil melemparkan bola padanya yang masih ternganga bengong.
Seluruh yang menonton diam, kecuali Ayame, Sayaka, Haruka dan Jinta yang bersorak sorak hehe.
“Hei curang.” Teriak nya.
Aku menoleh dengan pandangan tajam, teriakan nya tidak salah sih, memang aku pakai cheat ilmu ku, ya mau gimana lagi, aku tidak bisa dribble bola, gaya seperti itu juga gara gara aku nonton televisi kan dan baca manga tentang basket yang lagi terkenal, itu loh yang protagonis nya baru bisa main basket berambut merah. Tapi dengan aku menoleh dan berbalik, aku melihat dirinya ketakutan.
“Taruhan tetap taruhan kan, dimana curang nya, bisa sebutkan ?” Tanya ku menantang.
“Hei sudah kalah ngaku saja.” Teriak Haruka menambahkan.
Eh tidak tahunya dia malah berlutut dan menyembah di hadapan ku, woi fans mu gimana tuh, pada bengong semuanya, bikin malu saja.
“Maafkan aku, tolong jangan ke rumah ku dan bicara pada ibu ku, aku tarik kata kata ku, tolong ampuni aku.” Teriak nya lantang.
Aku menoleh dan minta Ayame juga Haruka memanggil Manabu san yang pasti ada di sekolah ke sini, karena tugasnya memang memantau kita. Aku duduk bersila di depan senpai yang kepalanya sudah menempel ke lantai dengan tubuh berkeringat, aku melihat satu persatu fans nya keluar dari gedung olah raga dan akhirnya hanya meninggalkan aku, senpai yang masih menyembah, Todo senpai, Sayaka dan Jinta. Manabu san datang di ajak oleh Ayame dan Haruka, kemudian aku minta Haruka mengajak Sayaka dan Jinta keluar, karena habis ini urusan nya lain.
“Ayame, Todo senpai, kalian saksi ya, Manabu san, tolong beritahu jisan, minta pengacara mengurus semuanya, dia berjanji kalau dia kalah aku akan ambil alih keluarganya. Namanya Mitsushino Reiji.”
“Oh Mitsushino ya, baik bocchan, aku ke rumah inti dulu.”
“Tolong jangan, ampuni aku...aku bersedia keluar dari sekolah, tapi tolong jangan ke rumah ku.”
“Haaah, begini senpai, aku tidak menantang mu, yang menantang ku adalah kamu, saksinya adalah Ayame adik ku dan Todo senpai perwakilan keluarga Nabeyoshi. Jadi ucapan mu tadi itu bukan main main, kamu paham kan senpai, beratnya kalau berurusan dengan orang seperti kita ? tentunya kamu tahu. Mungkin Todo senpai bisa jelaskan sama senpai ini bagaimana kalau berurusan dengan ku.” Aku menoleh pada Todo.
“Aku sudah jelaskan ke dia bocchan, yah dia tidak mau menuruti ku.” Balas Todo.
“Aku sudah dengar semuanya, bocchan, sekarang juga aku ke tempat bos dan melapor, pulang sekolah sudah siap.” Ujar Manabu.
“Sip makasih Manabu san.”
“Ku mohon, jangan seperti ini...”
“Heh senpai, kamu yang mulai ya, onii chan sudah mengacuhkan mu tadi, kamu yang berujar juga minta onii chan keluar, sekarang terima, yuk onii chan, biar urusan nya sama jisan saja.” Ayame menarik tangan ku supaya berdiri.
Wow, baru kali ini aku lihat Ayame marah. Dan bukan hanya di depan ku, di depan Todo senpai dan Manabu san juga. Ya sudah, aku tidak mau Ayame chan marah, aku berdiri dan berjalan keluar bersama Ayame chan dan Manabu san. Todo senpai hanya terlihat sedang menepuk nepuk pundak senpai yang menangis sambil menyembah itu.
Pulang sekolah, sebuah mobil sedan hitam menjemput ku. Aku minta Ayame, Sayaka, Haruka pulang lebih dulu dan jangan keluar apartemen. Aku bersama Todo senpai dan seorang pengacara yang waktu itu datang ke sekolah mengancam Todo juga, menuju rumah Mitsushino. Di mobil aku membaca surat perjanjian nya dan memang jisan itu orang nya sadis, di satu pasal dia minta kalau sekarang juga mengosongkan rumah inti keluarga Mitsushino dan menyerahkan surat kepemilikan nya atau pengosongan akan di lakukan, ngerti dong maksudnya. Aku menoleh di belakang, ternyata ada sekita lima mobil sedan dan satu mobil van hitam mengikuti ku. Benar benar canggih jisan, kejam nya tidak tanggung tanggung, dia langsung membawakan pasukan ke sana.
Begitu sampai, aku, Todo dan pengacara di persilahkan masuk bersama lima orang pengawal. Di dalam aku melihat seorang wanita paruh baya berlutut dan menyembah di hadapan ku, di sebelah nya ada senpai tadi dengan wajah sudah tidak berbentuk yang juga menyembah di depan ku. Ternyata di situ aku baru tahu, kalau pemimpin keluarga itu baru meninggal dan di alihkan ke istrinya yang ada di depan ku itu. Melihat orang orang di depan ku yang menyembah, hati nurani ku mulai berjalan, aku merasa tidak enak hati menekan orang yang sedang berduka seperti ini. Aku minta pengacara untuk menambahkan sebuah pasal tanpa merubah pasal pasal yang sudah di siapkan jisan, isinya kalau sisa sisa keluarga Mitsushino yang di usir harus bersumpah setia pada keluarga Odasiga dan menjadi pelayan seumur hidup mereka. Paling tidak mereka bisa makan dan tidak hancur hancur banget karena ulah pangeran baru gede. Pengacara meminjam telepon dan sepertinya menelpon jisan, setelah menutup telepon dia langsung membuka laptop yang besar nya bisa buat menggetok mati orang dan menambahkan pasalnya. Berarti jisan setuju dengan pasal yang ku tambahkan.
Senpai yang berwajah bonyok itu langsung menyembah ku berkali kali, aku melihat wajah nya, hei dia kan anggota dewan yang waktu itu memecat ku karena cemburu Rinne chan dekat dengan ku di kehidupan ku yang sebelum nya, karena bonyok wajah nya terlihat seperti dirinya di kala tua, muahahahaha, rasanya senang dan puas sekali, melihat orang ini bersujud menjilati sepatu ku. Setelah ibunya mendandatangani surat perjanjian itu, aku mengatakan padanya kalau dia tidak perlu keluar dari rumah, tapi sebagai gantinya, ada orang orang yang akan tinggal bersama nya di sini untuk mengawasi mereka. Keduanya langsung berterima kasih, kemudian aku minta data perusahaan tempat ku bekerja di kehidupan ku sebelum nya, sebab perusahaan itu sudah ada sejak 1995, aku minta berkasnya di kirimkan ke rumah. Setelah itu aku pulang ke rumah inti untuk bertemu jisan.
Sampai di rumah inti, ketika bertemu jisan yang sedang di kursi roda, wajah nya terlihat asem dan kecut. Dia minta aku jongkok di depan nya dan dia langsung menampar ku.
“Aku senang kamu bisa mengurangi musuh kita, tapi kamu terlalu lembek, tidak boleh ada yang bicara seperti yang di katakan Manabu kepada keluarga kita, paham ? tancap kan taring sedalam dalam nya, sampai ke tulang dan jangan pernah mencabutnya kembali.” Teriak nya memarahi ku.
“Maafkan aku jisan.” Jawab ku pasrah.
Setelah melihat ku menunduk di depan nya, dia tidak marah lagi, malah dia menjulurkan badannya dan memeluk ku, kemudian mengelus kepala ku.
“Kamu masih muda, kesalahan seperti ini tolong di jadikan pelajaran, jangan pernah iba dan memberi ampun musuh, dalam hal apapun, suatu saat mereka bisa berbalik menyerang mu.” Bisik nya di telinga ku.
Waduh jisan, memang kamu mau menjadikan aku seperti apa, aku hanya pekerja kantoran biasa di kehidupan lalu. Aku sama sekali tidak pernah membunuh, kecuali penyusup di desa waktu itu sih. Tapi aku mengerti maksud jisan, otak ossan berumur 40 ku bisa menangkap alasannya, sebagai pemimpin tidak boleh lemah, tega tidak tega harus tega. Jangan masuk ke sarang macan kalau mau membiarkan mereka hidup dan mengancam mu di kemudian hari. Kira kira begitulah yang di maksud jisan.
Akhirnya malam itu aku menginap di rumah jisan untuk berbincang bincang dan menemani nya, karena besok weekend juga. Aku menelpon Ayame dan bilang aku tidak pulang, jadi aku minta dia kerumah Haruka saja atau undang Haruka dan Sayaka ke rumah. Sekalian aku bercerita soal sensei dan keluarga Kirishima kepada jisan yang menanggapinya dengan serius. Aku melihat tubuh jisan semakin lemah, walau semangat nya masih luar biasa. Aku tidak berharap di tunjuk sebagai pewaris, karena memang sebenarnya pewaris yang sah adalah Ayame chan, tapi aku siap mendukung Ayame chan menjalankan tugasnya, untuk itulah aku menyerap ilmu banyak banyak dari jisan. Kalau pun pembunuh orang tua ku dan yang menyerang jisan waktu itu belum ketemu, selama aku masih hidup, suatu hari pasti aku temukan dan Ayame chan akan hidup bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
mochamad ribut
lanjut
2023-07-27
0
mochamad ribut
lanjut
2023-07-27
0
mochamad ribut
lanjut
2023-07-27
0