Karena masih hari pertama dan belum ada pelajaran, akhirnya para siswa di perbolehkan pulang cepat, aku dan Ayame di jemput oleh mobil. Ternyata bukan hanya aku dan Ayame yang di jemput mobil, di belakang kami juga ada mobil berhenti dan Todo masuk kedalam nya. Aku dan Ayame santai santai saja dan Manabu san mengemudikan mobil nya dengan sedikit kencang.
“Bocchan, mobil di belakang sepertinya mengikuti kita.” Ujar Manabu san.
“Aku tahu Manabu san, dari sejak sekolah, di dalam nya ada anak dari Nabeyoshi.” Balas ku.
“Eh, dia masih mau macam macam sama kita ?” Tanya Ayame mulai khawatir.
“Tidak tahu, tapi hanya satu mobil yang mengikuti kita.” Jawab Manabu san.
“Kita jaga jaga saja Manabu san, jangan berhenti sampai di rumah.” Balas ku.
“Siap bocchan.”
Mobil di belakang terus mengikuti kita sampai di depan rumah. Mobil itu tidak bersembunyi dan malah parkir di belakang mobil kita. Oi oi berani sekali masuk ke sarang musuh sendirian begitu. Menurut dugaan jisan waktu dulu ketika dia datang ke desa menjenguk ku, clan Nabeyoshi lah yang membunuh papa dan mama ku walau belum pasti. Jadi terus terang saja aku sangat berhati hati. Aku keluar dan membiarkan Ayame tetap di mobil bersama Manabu san. Beberapa pengawal berdiri di belakang ku. Tiba tiba pintu mobil di belakang di buka, seorang pria paruh baya yang berpakaian jas bergaris warna coklat dan Todo turun dari mobil menemui ku. Tidak kusangka sangka, pria itu malah menundukkan kepalanya dan tangannya menyuruh Todo ikut menunduk.
“Maafkan anak ku yang bodoh ini bocchan. Dia tidak tahu kalau bocchan adalah pewaris Odasiga. Dia berjanji tidak akan mengganggu ojouchan lagi.”
No no no ossan, bicara apa kamu, aku bukan pewaris, tapi biarlah dia salah sangka jadi sasaran nya adalah diriku dan bukan Ayame.
“Sudahlah tidak apa apa, kedua pihak juga sudah mengerti, yang penting jangan sekali lagi mendekati adik ku.” Balas ku.
“Iya, aku minta maaf, aku tidak akan sekali lagi mengganggu Ayame chan.” Janji Todo di hadapan ku.
“Baiklah Todo senpai, aku anggap selesai, aku akan buat perjanjian nya dengan pengacara keluarga dan tolong di tandatangi di sekolah nanti.” Balas ku.
Halah bicara apa aku ini, kita bukan sedang membahas kontrak kerjasama atau jual beli kan. Mendengar ucapan ku, pria paruh baya itu langsung melihat ku dengan pandangan yang bertanya, “Siapa sebenarnya anak ini.” Tapi aku tahu karakternya, dia adalah orang yang enggan menarik kata katanya.
“Baiklah bocchan, nanti di buat saja suratnya dan anak bodoh ku ini akan menandatangani nya.” Jawab pria itu.
“Baik, terima kasih kerjasamanya. Mohon bantuan nya untuk kedepan nya.” Aku menunduk di depan pria itu.
“Sama sama bocchan.” Pria itu juga menunduk di depan ku.
“Hahahaha....” Tiba tiba terdengar suara tawa dari dalam pagar.
Rupanya jisan dengan kondisi duduk di kursi roda dengan hidung di beri alat bantu dan tangan di infus keluar dari pagar.
“Hei, Hiroto, mulai sekarang kamu kerja sama dengan dia ya sebagai keluarga cabang, gimana cucuku ? hebat kan hahaha.” Tanya jisan.
“Hebat, Take dono, benar benar anak muda yang menjanjikan.” Jawab pria paruh baya yang di panggil Hiroto itu.
“Hahahaha...baiklah, aku mau bicara dengan cucuku, kalian boleh pergi.”
“Baik, kami permisi....kora, cepat bilang permisi.” Hiroto menundukkan kepala Todo serendah rendah nya di hadapan ku dan jisan.
“Pe..permisi.” Ucap Todo setengah terpaksa.
Aku hanya tersenyum karena pikiran ku melayang kemana mana. Hah apa maksudmu jisan, bukankah mereka musuh ? keluarga cabang ? kok waktu pemakaman dulu tidak hadir, apa aku yang tidak sadar ya, pikirku yang mendadak bingung. Setelah mereka pergi, aku mendorong kursi roda jisan kembali ke dalam dan di ikuti Ayame. Aku membawa jisan kembali ke kamarnya.
“Bagus Masa, memang kalau mau menghadapi musuh dalam selimut harus seperti itu, kita harus tunjukkan taring kita supaya mereka diam.” Jisan memegang kepala ku sambil tersenyum.
Jujur saja jisan, aku tidak terpikir sampai kesana, yang keluar tadi hanyalah kebiasaan ku waktu aku bertemu customer baru atau klien baru untuk kerjasama sewaktu aku bertahun tahun kerja dulu. Kenapa bisa keluar, sebab aku hanya berpikir bagaimana caranya dia tidak mengganggu Ayame chan lagi.
“Benar benar hebat, aku kagum, kamu masih ingat kata kata ku kalau kemungkinan mereka yang membunuh orang tua mu dan ingin mencelakai Ayame.”
“Aku ingat jisan.” Ujar ku sebab tidak mungkin dong aku mengatakan yang sebenarnya.
Setelah itu Ayame menceritakan apa yang terjadi di sekolah selama hari pertama itu kepada jisan dan bagaimana aku mengatasi nya. Wajah ku sampai merah mendengar cerita Ayame yang di bumbui sampai luber. Jisan hanya tertawa terbahak bahak mendengar cerita Ayame dan melihat ku yang malu. Kemudian Ayame langsung mengatakan kalau dia mau tinggal di apartemen di dekat sekolah saja supaya kemana mana bisa jalan kaki. Jisan tidak menyetujui nya dan Ayame langsung ngambek.
“Ya sudah lah boleh, tapi Masa harus tinggal sama kamu.”
Wat, tidak salah jisan, aku dan Ayame tidak ada hubungan darah loh dan Ayame itu cinta pertama ku di kehidupan ku dulu, walau sekarang aku tidak tahu perasaan ku pada nya apa.
“Waduh jisan, masa satu apartemen.” Ujar ku protes.
“Tidak apa apa kan, kalian kan saudara, atau kamu tidak mau ?” Jisan menatap ku dengan tajam.
Di tatap jisan seperti itu ternyata seram juga, akhirnya aku pasrah dengan mengangguk. Ayame malah senang dan melompat lompat memeluk ku. Hahaha aku hanya bisa tertawa dan tersenyum getir. Seperti apakah nanti jadinya, pikirku dalam hati. Setelah itu, aku dan Ayame di antar Manabu san ke apartemen yang memang milik Odasiga. Semua perabot sudah lengkap di sana, aku dan Ayame hanya tinggal membawa baju saja. Aaah jadilah aku tinggal sama Ayame di apartemen, aku keluar ke depan dan bertemu Manabu san yang sedang merokok di depan, aku minta sebatang rokok kepada Manabu san dan ikut merokok bersamanya.
“Wah bocchan aku tidak tahu kamu merokok juga hehehe, aku jadi ada teman nya.” Ujar Manabu san.
“Aku merokok Manabu san, dari waktu di desa sudah mulai. Manabu san tinggal di mana ?” Tanya ku pada nya.
“Aku di rumah utama, tapi aku di tugasi bos harus sering sering kesini memantau kalian.”
“Pastinya, aku baru mau minta tolong.”
Heh khawatir juga jisan, kalau saja dia tahu melepas cucu perempuan nya bersama ossan berumur 40 tahun apa jadinya ya hahaha.
“Yo ossan apa kabar.” Sapa seorang wanita di belakang ku.
Eh masa sih, suara itu sangat kukenal, lebih tepatnya baru tadi siang akrab. Aku menoleh dan.
“Loh kok kamu di sini Masa kun ?” Tanya Haruka.
“Hah kalian sudah saling kenal ?” Tanya Manabu san.
“Sebentar sebentar, kalian saling kenal Manabu san ?” Tanya ku.
Ternyata Haruka adalah keponakan istri Manabu san, keponakan jauh, yang berasal dari fukuoka dan ke tokyo untuk sekolah, ternyata malah jadi preman. Mendengar ada suara Haruka, dari dalam apartemen ku terdengar suara langkah kaki berlari. Pintu terbuka dan Ayame keluar sambil menoleh.
“Sawatari san, kenapa di sini ?” Tanya Ayame langsung tanpa basa basi.
“Ah aku habis dari covini di bawah, beli cemilan.” Jawab Haruka santai sambil mengangkat kantung plastik nya.
“Bukaaaaan, kenapa kamu ada di apartemen ini.” Teriak Ayame.
“Aku di sini....” Dengan santai Haruka menunjuk unit sebelah yang berada persis di sebelah apartemen ku.
“Haaaah...” Teriak Ayame.
“Yuk Manabu san, kita ke sebelah sana.” Aku merangkul Manabu yang sedang merokok bersama ku.
Sebaik nya aku menjauh sedikit dari keduanya dan kebetulan ada Manabu san yang bisa menemani ku. Selain itu aku juga kasihan melihat nya diam saja dengan wajah bingung haha.
***
Keesokan harinya, di sekolah, seorang pria paruh baya datang ke ruang kepala sekolah. Aku dan Todo di panggil ke sana, ternyata jisan sudah menyiapkan surat nya untuk kita tandatangani dan pria paruh baya itu adalah pengacara keluarga ku. Isi suratnya adalah janji pihak kedua kepada pihak pertama dengan kepala sekolah sebagai saksi nya. Setelah membaca pasal pasal perjanjian yang mengatakan kalau Todo selaku pihak sekolah tidak boleh lagi mendekati Ayame dan tidak mengganggu ku. Kalau sampai itu terjadi, keluarga cabang akan beralih kepimpinan kepada ku. Dan kalau sampai aku atau Ayame merasa terganggu dan terluka, maka semua tuduhan langsung mengarah kepada Todo. Wow ternyata jisan sadis juga pikirku. Taring nya benar benar keluar dan menancap kepada musuh yang masih terselubung.
Awalnya Todo ragu menandatangani nya, tapi pengacara mengatakan, kalau Todo tidak menandatangani nya maka di anggap keluarga Nabeyoshi membangkang dan perang bisa terjadi. Akhirnya dengan pasrah dan wajah yang ketakutan dia menandatangani nya. Setelah selesai aku berdiri dan menjulurkan tangan untuk berjabat kepada Todo, jangan lah kita jadi musuh, jadi teman saja, pikirku. Todo menyalami tangan ku tanpa ragu. Dengan ini masalah pun selesai, aku pun keluar ruangan dan di luar ada Helen sensei yang sedang bersender di pintu. Dia melirik ku dengan pandangan tajam,
“Permisi sensei aku kembali dulu ke kelas.” Sapa ku.
“Ya, aku mau bertemu kepala sekolah....” Balas nya dingin.
Aku melihat langkah dan cara berjalan sensei, yap, aku yakin dia bukan orang biasa, pertanyaan nya adalah siapa dia sebenarnya, saat ini aku hanya bisa mengandalkan ingatan ku akan kehidupan ku yang dulu, haah aku menyesal karena dulu aku tidak tahu apa apa mengenai hal hal seperti ini. Apalagi ketika aku berumur 15, boro boro terpikir soal clan dan lainnya, untuk selamat sehari hari saja sulit. Tapi saat ini Helen sensei adalah sorotan utama ku, aku harus cepat menyelidiki siapa dia dan apa tujuan nya. Waktu terus berjalan mendekati kehancuran.
***
Aku berjalan menuju kelas dan melewati kelas Ayame, aku bersyukur melihat Ayame sepertinya banyak teman dan aku baru melihat dia bisa tersenyum seperti itu, dulu dia selalu cemberut, berwajah datar dan tidak pernah tersenyum. Sekarang sudah berbeda pikirku. Aku terus berjalan dan melihat ada seorang perempuan yang sepertinya ragu ragu mau masuk ke kelas. Aku kenal perempuan itu, namanya adalah Nishino Kayako, dulu di kehidupan ku yang sebelum nya dia di kenal sebagai seorang malaikat, tapi bukan malaikat dalam artian baik, melainkan malaikat yang berkeliaran di daerah merah tokyo bersama para ossan. Jelas saja tubuh nya super seksi, cantik, rambut lurus warna coklat dan tidak terlalu tinggi juga. Salah satu dari tiga teman sekelas yang ku kenal dulu dan dia sangat jijik bicara padaku juga Jinta.
“Nishino san ? kenapa tidak masuk ?” Tanya ku iseng.
Lagi lagi aku lupa, kalau saat ini dia belum kenal siapa siapa karena baru masuk kemarin dan dia tidak hadir. Haaah kadang aku ingin menata ulang otak ku. Dia menoleh dan wajah nya yang cantik memandang ku, siapapun pasti akan klepek klepek melihat nya, tapi hey, bagiku ossan umur 40, dia bagai anak ku, karena kebetulan aku pernah punya anak seumuran dirinya.
“Um..siapa ya ?” Tanya nya kepada ku dengan halus.
“Oh maaf aku lupa memperkenalkan diri, namaku Odasiga Masamune.” Balas ku sambil menjulurkan tangan.
“Aku Nishino Sayaka, kamu sudah kenal aku ?” Tanya nya sambil menjabat tangan ku.
Heeeh dia menjabat tangan ku ? malaikat yang kalau tidak sengaja tersentuh sedikit saja oleh ku langsung teriak. Aku tidak percaya ini, tapi stop, jangan terbuai, pikirku. Ngeles no jutsu yang di kemas senyuman, keluar lagi.
“Bukan kenal sih, kemarin Nishino san tidak masuk dan belum perkenalan jadi aku kebetulan lihat di papan tulis, kertas penempatan tempat duduk. Kebetulan aku di belakang sebelah mu.”
“Oh jadi begitu, aku pikir kamu kenal aku.” Ujar nya sambil tersipu dan tersenyum.
Haiz, manis sekali dan imut, sudah ah, keterusan bisa gawat. Sudah berapa banyak ossan yang meniduri nya, pikirku. Aku mengajak nya masuk dan kembali duduk di tempat ku. Haruka langsung menoel ku dan aku menoleh.
“Sudah beres ?” Tanya nya.
“Sudah, aman sekarang.” Jawab ku.
Jinta menoleh mendengar pembicaraan ku dan Haruka, sedangkan Sayaka duduk di sebelah Jinta.
“Apanya yang sudah beres Masa kun ?” Tanya Jinta.
“Ah biasa, urusan keluarga hahaha.” Jawab ku santai.
“Anoo mohon kerja sama nya Masamune kun.” Sayaka menyapa ku dan berbalik melihat ku.
“Eh...iya. Sama sama aku juga mohon kerja samanya.”
“Kamu ini benar benar populer ya Masa hahaha.” Haruka meledek ku.
“Biasa saja.” Jawab ku risih.
Singkat cerita, istirahat makan siang pun tiba, seperti biasa, Ayame datang ke kelas ku dan makan bersama Haruka dan Jinta. Sayaka yang terlihat sendirian menoleh kebelakang seperti berharap minta di ajak bergabung. Ayame menoleh dan mengajak nya bergabung, jadilah 3 bijin (cewek cantik) bersama dalam 1 meja membuat pandangan para siswa laki laki sangat tajam dan menyakitkan melihat ku dan Jinta. Tapi aneh, Ayame dan Sayaka langsung akrab walau Ayame suka sekali berdebat dengan Haruka. Senang nya melihat 3 wanita cantik di depan akrab satu sama lain, pikir ku. Tiba tiba, seperti biasa di kehidupan ku yang dulu, pintu di buka dan seorang pria ikemen masuk kedalam, dia langsung menghampiri Sayaka dan membisiki nya kemudian keluar lagi. Aku sih tidak perduli dengan ikemen itu, tapi aku melihat wajah Sayaka yang mendadak pucat. Dia berdiri,
“Maaf aku ada urusan sebentar ya...kalian makan saja dulu.” Ujar nya dengan wajah memaksakan diri tersenyum.
Hmm ada yang tidak beres, tapi bukan urusan ku jadi aku tidak terlalu memperdulikan nya. Tapi rupanya Ayame dan Haruka memperhatikan nya juga, hanya Jinta yang terus mengoceh tidak melihat nya. Haruka berdiri, aku pikir sih kalau Haruka tidak masalah, tapi yang jadi masalah, dia mengajak Ayame. Aku menggaruk garuk kepala ku dan mau tidak mau menyusul mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
mochamad ribut
up
2023-07-27
0
mochamad ribut
lanjut
2023-07-27
0
Neonnorey
thorr aku masukin ceritamu di rakku... oiyaa jangan lupa mampir di novelku ketika kakaku menyentuhku ya thorr makasihh
2023-06-03
1