Di auditorium, setelah semua murid baru dan lama berbaris, kepala sekolah memberikan orientasi nya. Kepala sekolah benar benar senang berbicara, dia bisa berbicara tidak jelas tentang apapun selama berjam jam, huaah, aku mengantuk mendengarnya. Tapi aku harus siap, sebab sebentar lagi adalah giliran Ayame naik ke atas podium untuk memberikan kata sambutan sebagai siswa dengan nilai terbaik dari hasil ujian masuk. Dan di kehiupan lalu, ada yang akan menjatuhkan ember berisi air kotor dari atas, entah iseng atau memang dendam dan membuat Ayame jadi tidak bisa bergaul, menjadi pendiam, tidak punya teman karena malu. Aku melihat dua orang siswa pria yang sepertinya senior naik ke atas kerangka panggung, aku tersenyum melihat nya. Aku melihat mereka membawa ember berisi air kotor yang bau dan mengangkatnya dari kejauhan berkat kacamataku.
Tangan ku bersiap, mereka tertawa tawa sambil memegang embernya di pinggir. Ketika Ayame maju ke depan, aku langsung melemparkan sebuah pen besi tajam ke ember itu dan membuat nya berlubang di bagian bawah sehingga air kotor mengalir keluar, tekanan nya memperbesar lubang dan yang tersiram adalah para sensei yang duduk di belakang, tentu saja mereka menoleh ke atas dengan wajah garang. Kedua siswa di atas kebingungan dan tanpa di sangka karena terburu buru ingin turun untuk melarikan diri, salah satu nya jatuh di podium tepat di sebelah Ayame yang sedang bingung karena terjadi kehebohan, siswa itu berdiri dan menyerang Ayame karena putus asa. Gawat, aku langsung lari dan melompat ke podium untuk mencegah siswa yang jatuh itu menyerang Ayame. Ketika pukulan nya sudah mau mendarat di wajah Ayame, aku menangkap nya dan langsung memelintir tangannya ke belakang, kemudian menendang belakang lutut nya dan menjatuhkan nya di cairan berbau amis yang rencana di tuang nya. Ayame tertegun tidak bergerak melihat kejadian di depan nya.
Para sensei pria langsung mengambil alih siswa yang ku tangkap itu dan membawanya. Aku ingin bergerak turun ke bawah, tapi Gori sensei (nama julukan untuk sensei yang mengajar pe karena badannya yang besar dan berbulu mirip gorila) menangkap ku dan merangkul ku, untung saja dia tidak terkena air itu kalau tidak bisa repot.
“Beri tepuk tangan....” Teriak Gori sensei sambil merangkul ku denga senyuman yang lebar.
Langsung saja auditorium menjadi riuh dengan suara tepuk tangan dan sorakan, wajah ku kaku karena Gori sensei aku berdiri di samping Ayame yang akan memberikan pidato nya. Haduh, kenapa debut hari pertama sma ku seperti ini, benar benar risih. Ayame terlihat tersipu sipu sambil memberikan pidato, tapi yang paling menjadi perhatian ku adalah tatapan dari barisan barisan para murid yang ada di depan ku itu.
“Nah sekarang mungkin onii chan ku bisa memberikan kata sambutan nya.”
Bicara apa kamu Ayame, ada di sini saja sebuah kesalahan fatal buat ku, malah di suruh bicara lagi, tapi dengan skill presentasi no jutsu ossan umur 40 tahun, akhirnya aku memberanikan diri memberikan sambutan sepatah dua patah kata. Begitu selesai, aku sama sekali tidak menyangka kalau semua murid di depan ku, baik murid baru dan senpai, semua bertepuk tangan. Aku ingin cepat cepat turun. Akhir nya karena sudah tidak kuat aku lari duluan, turun dan masuk ke balik panggung untuk menarik nafas.
“Hei, jangan grogi begitu.” Gori sensei rupanya mengejar ku dan berdiri di belakang ku.
“Aku tidak biasa yang seperti begini sensei. Jangan sekali lagi sensei.” Keluh dan protes ku padanya.
“Hahaha...kamu masih muda, bersyukurlah sekarang kamu akan punya banyak teman kan.” Ujar nya sambil tertawa dan menepuk nepuk punggung ku.
Hoi, umur ku di kehidupan lalu lebih tua darimu, walau raga ku umur 15 tahun, pikiran ku ossan umur 40 tahun. Tahu tidak Gori sensei, tapi kan aku tidak mungkin bilang begitu ya. Malah memalukan bilang umur 40 tahun, berdiri di depan podium grogi hahaha.
***
Kembali ke kelas, karena baru hari pertama dan masih masa perkenalan belum ada pelajaran, Helen sensei juga tidak ada di kelas, dia hanya menulis di papan untuk melakukan perkenalan sampai jam istirahat. Dari kembali ke kelas sampai aku duduk di kursi, aku lelah menjawab banyaknya pertanyaan dari teman teman sekelas yang bahkan dari lintas 2 kehidupan saja aku tidak hapal dan tidak tahu namanya. Hanya tiga orang yang aku kenal di kelas ku, Haruka, Jinta dan seorang perempuan yang sepertinya hari ini tidak masuk.
“Hei hei kamu hebat sekali, bagaimana kamu bisa bergerak seperti tadi, mendadak hilang dan mendarat setelah salto di podium.” Haruka yang baru datang langsung menepuk punggung ku berkali kali.
“Adu duh...pelan pelan, badan ku pegal.” Teriak ku berharap dia berhenti memukul ku.
Wah ternyata tepukan nya malah berubah menjadi memegang kedua bahu ku dan mulai memijat ku. Rasanya gimana gitu, enak juga sih, tapi jangan terlena, suami nya duduk di depan ku hahaha. Selagi aku di pijit oleh Haruka sambil rebahan di meja, aku merasakan ada pandangan tidak enak mengarah pada ku. Aku menoleh dan ternyata Ayame berdiri di samping ku.
“Enak ya onii chan....” Sindirnya sambil memaksakan diri tertawa.
“Eh..Ayame ? kok kamu ke sini ?” Tanya ku.
“Bosan di kelas....” Balas Ayame sambil mendorong badan ku mundur dan duduk.
Haaah ngapain kamu duduk di pangkuan ku seperti ini, kalau orang salah sangka bagaimana.
“Oi oi mau ngapain siswa teladan datang kesini, kamu adiknya dia ?” Tanya Haruka kepada Ayame.
“Nama ku Odasiga Ayame, salam kenal yankee san.” Jawab Ayame.
“Hoo namaku bukan yankee san, Sawatari Haruka...dan benarkah kamu adik nya, seangkatan, kembar ? jelas tidak, wajah kalian mirip tapi tidak sama.”
“Ah jadi gini, waktu itu aku sempat sakit lama dan akhirnya aku tinggal kelas, jadi sekarang aku terpaksa seangkatan sama dia.”
Mudah mudahan dengan jawaban ku Haruka langsung menjauhi ku dan tidak dekat dekat dengan ku lagi karena biasanya para siswa yang masih baru malas dekat dekat dengan anak yang pernah tidak naik kelas. Tapi aku lupa satu hal,
“Wah sama dong, aku juga harusnya sudah kelas 2 sma hahaha, berarti kita seumur ya onii chan.”
Yup, jurus tadi hanya bisa pada siswa biasa atau siswa teladan, tapi tidak berlaku untuk yankee. Aku menghela nafas panjang karena tidak berhasil menyingkirkan Haruka yang terlihat semakin menempel. Woi baru hari pertama woi, gimana setahun coba, pikirku. Aku menoleh dan melihat Ayame yang duduk di pangkuan ku, wow sungguh aura pembunuh yang besar. Dia sangat geram melihat Haruka yang menempel padaku. Tapi yang paling membuat ku risih adalah tatapan para teman sekelas yang pria, sangat tajam sampai membuat ku gatal gatal. Jelas saja, di kehidupan lalu, Haruka dan Ayame terkenal, tapi tidak ada satu pria pun yang berani mendekati mereka, Haruka karena preman dan Ayame karena latar belakang keluarganya, akhirnya mereka selalu sendirian. Tapi syukurlah dengan begini mereka bisa berteman. Aku terpaksa mengeluarkan skill salaryman ku lagi, walaupun mereka sudah memperkenalkan diri tadi.
“Ayame chan, kenalkan dia teman sekelas dan sebelah ku, namanya Sawatari Haruka dan Sawatari san, kenalkan, dia adik ku, namanya Odasiga Ayame. Ayo salaman.”
Haruka lebih dulu menjulurkan tangannya yang berwarna coklat dengan kutek hitam kepada Ayame yang masih melirik dan menoleh padaku. Aku hanya tersenyum dan memberikan kode pakai mata untuk segera menjabat nya. Berteman lah kalian, dua loner yang ga pernah bergaul. Ayame akhirnya bersalaman dengan Haruka.
“Ayame chan, boleh dong aku dekati onii chan mu.” Tanya Haruka sambil menjabat tangan Ayame dan tersenyum.
“Maaf, jangan ya, onii chan punya ku.” Jawab Ayame sambil tersenyum.
Lah kenapa malah jadi begini, ga tau ah. Haruka kenapa juga kamu bicara begitu, dulu boro boro mau mendekati, ga sengaja terlirik saja kamu muntah. Dan Ayame sejak kapan kamu memiliki ku, aku ini di tugasi jisan menjaga mu tahu. Aku sama sekali tidak mengerti walau pernah menikah, itulah sebab nya pernikahan ku hancur. Istirahat makan siang pun tiba, aku langsung mengeluarkan bento yang di siapkan oleh orang rumah, Ayame kembali ke kelasnya sebentar untuk mengambil bento nya. Aku membuka bento ku dan menegur Jinta di depan ku, sebab biasanya aku makan bersamanya dulu.
“Ayo makan sama sama.” Ajak ku kepada Jinta.
“I..iya, makasih Odasiga kun.” Jawab nya sambil berbalik.
“Hei panggil aku Masamune saja, kalau kepanjangan panggil Masa.” Sebenarnya dulu dia memanggil ku Masa.
“Ba..baiklah Masa kun.” Jawab nya ketika berbalik menghadapku.
“Panggil aku Haruka saja.” Celetuk Haruka di sebelah ku.
Eh, biasanya dia kalau makan siang selalu hilang, kenapa sekarang malah jadi penunggu kelas seperti ku dan Jinta. Ayame datang dan duduk bersama kita, jadilah kita berempat makan bekal kita bersama. Akhirnya kita berempat berbincang bincang dengan ceria sambil saling meledek. Jinta juga sudah terlihat tidak takut lagi dan bisa berbaur seperti biasa. Hanya saja ketika dia bercerita tentang pacar khayalan nya yang bernama Eru tan, semuanya pada nyengir hahaha. Selagi enak berbincang bincang, “Sreeeg.” Kelas ku di buka dengan kencang, seorang berpakaian urakan dengan mengenakan gelang, kalung dan wajah penuh paku masuk kedalam kelas ku, dia seperti mencari seseorang. Siapa dia ? jelas aku kenal, sangat kenal malah, dia adalah Todo senpai, siswa kelas 2 yang naksir berat dengan Ayame sejak smp dan dia adalah bintang basket sekolah.
Dia melihat Ayame sedang makan dengan ku, Haruka dan Jinta. Tanpa basa basi dia menghampiri Ayame.
“Halo cantik, maaf ya tadi teman teman ku iseng selagi kamu memberikan kata sambutan, tapi tenang, sudah ku beri mereka pelajaran.”
Hoo jadi semua ulah nya toh, pantas saja. Aku tidak tahu Ayame semasa smp, baik di kehidupan sekarang atau masa lalu, tapi satu yang aku tahu pasti, Ayame sering menolak pengakuan dari para senpai dan pria yang mendekatinya. Kurasa yang dia bilang iseng itu punya hati dan dendam juga dengan Ayame sebab dia mau memukul Ayame kan di atas podium tadi.
Ayame tidak menanggapi teguran nya. Entah dia kesal merasa di acuhkan atau memang karena pernah di tolak, dia langsung memutar kursi Ayame dan membuatnya menumpahkan bento nya.
“Ups maaf, makanya jangan mengacuhkan ku, sini aku bersihkan.”
“Tidak perlu.” Balas Ayame ketus.
Melihat Ayame di perlakukan seperti itu, Haruka yang memang dasarnya preman berdiri.
“Yo, aku tidak tahu kamu senpai atau apa, jangan ganggu kami bisa ?” Ucap nya menantang.
“Ayame chan siapa dia ?” Tanya Todo sambil menunjuk Haruka persis di dada nya seakan akan ingin menyentuh nya.
Haruka tidak diam saja, dia langsung memelintir jari Todo yang langsung berlutut kesakitan.
“Jadi ? mau keluar atau tidak.” Tanya Haruka perlahan.
“I..iya, lepaskan.” Teriak Todo.
Dengan segera dan tanpa menunda, Todo berdiri dan berlari keluar. Yare yare, benar benar ada ada saja. Haruka kembali duduk dan dengan sapu tangannya dia membantu membersihkan baju Ayame. Tapi di depan kelas, banyak sekali siswa senior yang berada di depan sambil menunjuk nunjuk Ayame dan semuanya laki laki.
“Sebentar ya, aku mau ke toilet.”
Aku berdiri dan keluar, lalu menutup pintu kelas. Aku berdiri di depan kelas dan bersender di pintu sambil melepas kacamataku.
“Jadi, kalian mau apa ?” Tanya ku kepada gerombolan senior di depan ku.
“Kamu yang tadi di podium kan, ikut kami, kita bicara.”
Waduh, malah langsung di giring, tapi ok lah, cepat atau lambat aku harus membersihkan para jamur ini. Aku di bawa ke gedung di belakang sekolah dan persis di belakang nya, tempat sepi yang biasanya di gunakan untuk merundung ku dulu. Benar benar tidak kreatif mereka hehe. Aku di kurung oleh para senpai berbadan besar yang sepertinya berasal dari club beladiri yang bermacam macam.
“Lalu ? apa tujuan nya aku di bawa ke sini ?” Tanyaku perlahan sambil tersenyum.
“Kamu tahu tidak siapa sebenar nya Todo hah.” Tanya seorang senior berambut cepak dan pirang.
“Wah tidak tahu dan bukan urusan ku.” Jawab ku santai.
“Dia penerus clan Nabeyoshi, paham tidak kamu ? jangan cari gara gara dengan nya kalau tidak mau hancur.”
“Lalu, mana dia ?” Tanya ku menantang.
“Hah dia tidak perlu di sini, biar kami yang menangani mu. Sampaikan kepada ojouchan mu, jangan menolak Todo.”
“Eh, ini soal apa ? dan siapa ojouchan ku ?” Tanya ku.
“Beraninya dia menolak cinta tulus Todo dan berkali kali. Memang siapa kamu ?” Tanya pria itu sambil mulai menjenggut kerah baju ku.
“Ah, rupanya belum kenal aku ya, namaku Odasiga Masamune, salam kenal.” Aky mengambil tangannya yang menjenggut kerah ku dan memlintirnya.
“Ka..kamu....siapanya....” Tanya pria yang kesakitan ku pelintir.
“Aku ? onii chan nya....sini maju semua...” Jawab ku sambil menantang.
Langsung saja para pengerumun ku maju menyerang, pukulan mereka terlihat sangat lambat, aku tidak tahu apa yang aku terlalu cepat. Dengan mudah aku menghidari mereka dan menangkis menggunakan senior yang masih ku pelintir lengan nya hehe. Yah, aku juga mau mencoba hasil latihan ku, sambil memelintir lengan senior itu, aku menendang lompat dua orang langsung dan keduanya terpental, setelah mendarat aku memutar tubuh senior yang masih ku pegang ke depan, “Buaak.” membuatnya terhantam pukulan telak oleh teman nya tepat di wajah nya yang semi jelek. Tanpa jeda sedikitpun, aku membalas kan dendamnya dengan memukul wajah teman nya yang masih sedikit merasa menyesal sampai jatuh terpelintir dan tidak bangun lagi. Tiga orang besar maju bersamaan menyerang berlari ke arah ku, aku kabur kedinding sambil menyeret senpai yang ku pelintir. Kaki ku menjejak dinding dan berjalan beberapa langkah kemudian bersalto sambil mengangkat senpai yang kupelitir dan menghantamkan senpai itu ke tiga orang yang menyerang. Tuntas, semuanya terkapar, tapi wajah senpai yang banyak bicara dan berani berani memegang kerah ku sudah tidak berbentuk, karena jadi sansak.
Karena sudah tidak ada yang bergerak, aku keluar dari gedung itu dan aku lihat Todo ada di depan sedang mengintip. Walau begitu aku tidak perlu bertindak karena di belakang nya berdiri seorang yang lebih mengerikan dari ku. Haruka langsung menangkap lehernya dan menjatuhkan nya ke tanah.
“Ampun...ampun...maafkan aku.” Teriak nya.
Aku hanya jongkok di depan nya dan sedikit menampar pipi nya. Aku memegang dagunya dan menaikkan nya ke atas supaya wajahnya melihat ku.
“Jangan ganggu Ayame lagi paham ? atau kita mau perang antar clan ?” Tanya ku sambil tersenyum.
“Ba..baik....aku tidak berani, aku bisa di bunuh oyaji.”
“Bagus...jangan sampai terulang.”
Aku memberi kode pada Haruka dan dia langsung melepaskan kemudian berdiri. Aku dan Haruka berjalan kembali ke kelas. Saat itu aku tidak menyadari ada yang mengintip aksi ku dari ruang kelas di atas, seorang sensei asing yang selalu menatap ku dengan tajam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
mochamad ribut
up
2023-07-27
0
mochamad ribut
lanjut
2023-07-27
0