Setelah mengetahuinya, aku merasa serba salah, kalau aku menolong maka akan sama seperti Jinta, Haruka akan jatuh hati padaku, tapi kalau tidak di tolong, aku tidak bisa membayangkan nasib nya. Aku hanya berharap salah satu dari dua gadis di depan ku ini bergerak. Sebab tidak mungkin juga aku jelaskan apa yang aku tahu kepada dua gadis di depan ku ini.
“Kenapa wajah nya Haruka chan seperti itu ? Gimana Masa kun ? apa kita tanya saja ?” Tanya Ayame sambil menoleh padaku.
“Kita amati saja dulu.” Aduh Ayame chan bilang dong mau bergerak atau apa gitu, bukan menganalisa, karena tidak ada yang perlu di analisa.
Akhirnya aku ada ide, Haruka chan adalah keponakan Manabu san, aku keluar dan mencari Manabu san, tapi dimana dia, dia bilang dia menunggu di luar, aduh ada ada saja. Akhirnya untuk mencegah motor itu jalan, aku membidik roda belakang nya dengan laser yang ada di jam ku ini dari jauh, karena kalau melempar kunai atau shuriken pasti akan ketahuan dan jaraknya juga terlalu jauh. Muncul lah titik merah di roda nya seperti pointer laser yang saat itu belum ada. Lama lama titik itu mengeluarkan asap di roda dan “Bledus.” Ban belakang motor meletus, membuat Haruka yang sedang di bonceng sedikit melompat kaget, dari jauh aku melihat, bukan nya Haruka menaruh tangannya di belakang, melainkan dia di ikat dan terlihat sekilas karena lompat sedikit barusan. Pengendara motor itu langsung turun dan mengecek roda belakang nya.
Aku melihat pintu restoran cepat saji terbuka, Hikari menghampiri Haruka dengan Ayame mengikutinya di belakang, wah kalau begini aman, tidak mungkin Haruka akan jatuh cinta pada sesama wanita kan, tapi gerombolan berisi lima motor menghampiri motor yang roda nya pecah, membuat Hikari dan Ayame mengurungkan niat untuk menghampirinya, seorang pengendara motor yang baru datang malah melihat Ayame dan Hikari, kemudian menyuruh pengendara yang lain mengepung mereka. Halah, keduanya malah di ikat dan di bawa juga, gimana sih. Setelah memindahkan Haruka ke motor lain, pengendara motor yang motornya mogok membonceng teman nya, gerombolan itu langsung jalan. Aaaah membuat kesal saja. Akhirnya aku masuk ke gang sempit di sebelah restoran cepat saji dan langsung melompat tek tok ke dinding untuk naik ke atap.
Terpaksa aku menggunakan sesuatu yang sebenarnya aku malas menggunakan nya, yaitu pakaian tempur ninja. Aku menekan kepala ikat pinggang ku dan keluarlah cairan hitam yang menyelimuti tubuh ku, di bagian dada, punggung, lengan, tulang kering keluar pelindung kulit berwarna biru dan bergaris, kepalaku di selimuti cairan hitam dan di bagian mulutku muncul masker berwarna biru. Aku langsung lari melompat dari satu gedung ke gedung lain dan menggunakan kabel dari ikat pinggang ku untuk berayun ala spiderman, mengikuti kemana pengendara motor itu membawa mereka. Setelah mengikuti mereka cukup jauh dan lama, akhirnya motor motor itu berhenti di sebuah ruko kosong yang sudah rusak di daerah akihabara, ketiganya di bawa kedalam oleh para pengendara yang tertawa tawa itu.
Aku melompat hinggap ke dinding dan dengan sarung tangan ku, aku merayap ke atas dengan cepat. Aku mengintip di jendela lantai 2, ternyata bos para pengendara motor itu ada di sana, beberapa orang merobek baju Haruka sampai terlihat pakaian dalam nya. Baru saja mau bertindak, ternyata Hikari bisa melepaskan diri dan langsung menghajar semua orang disana bersama dengan Haruka yang juga di lepaskan oleh Hikari. Ayame bersembunyi dan di lindungi oleh Hikari. Tapi si bos rupanya tidak terima kalah, dia mengambil sebuah pistol dan mengarahkan nya pada Hikari, tentu saja aku bertindak dengan melemparkan sebuah shuriken dari jendela ke tangan nya. Karena kesakitan pistol nya terlepas dan jatuh dari tangannya, langsung tendangan putar Haruka mendarat di wajahnya dan membuatnya terkapar. Hikari menghampiri bos geng itu dan melihat tangannya, dia langsung menoleh ke jendela.
Tanpa menunda lagi, aku langsung pergi dan kembali menuju restoran cepat saji yang ku tinggalkan barusan walau jauh dan sangat menguras tenaga karena aku harus berlari dan bergelayutan. Setelah 30 menit berlari dan bergelayutan, aku sampai kembali di atap restoran, aku melihat ke bawah dan melihat Manabu san membawa bungkusan makanan, dia melihat sekeliling seperti sedang mencari ku dengan wajah cemas. Diam diam aku melompat turun di gang dan mematikan kembali fungsi pakaian ku dengan menekan kembali ikat pinggang ku. Aku keluar dan menemui Manabu san.
“Bocchan...kemana saja, aku sudah menunggu di sini lebih dari sejam, ojouchan mana, aduh kenapa semuanya main pergi saja sih.” Manabu san berbicara sambil memegang kedua pundak ku dan berteriak persis di depan wajah ku.
“Maaf..maaf Manabu san, tapi tenang saja, mereka aman. Tadi kamu kemana Manabu san, aku cari tidak ada.” Balas ku.
“Maafkan aku bocchan, aku makan ramen di sebrang sana.”
“Ya sudah, sekarang kita pulang, itu makanan kita kan ?” Tanya ku sambil menunjuk kantung yang di bawa Manabu san.
“Benar bocchan, tadi aku masuk kedalam dan pelayannya memberikan padaku ketika menanyakan kalian, ini....” Manabu san memberikan kantung nya pada ku.
Aku masuk ke dalam sebentar untuk mengucapkan terima kasih dan maaf, kemudian aku minta Manabu san untuk kembali ke apartemen. Aku sedikit was was selama perjalanan, tidak henti hentinya aku melihat keluar jendela, sebab aku takut mereka tidak langsung pulang tapi malah kembali ke ginza. Apa yang aku alami barusan, sedikit berbeda dengan cerita Jinta di kehidupan sebelum nya. Sebelum Haruka di bawa ke dalam, Jinta yang baru keluar dari toko melihatnya dan mengikutinya, lalu ketika mau di bawa ke dalam, Jinta melemparkan merchandise waifu nya ke para pengendara itu dan di gebuki sampai babak belur, tertolong nya karena kebetulan ada patroli polisi lalu lintas lewat, haha.
Mobil berbelok masuk ke dalam komplek apartemen ku, aku langsung berlari turun dan naik ke atas, astaga, apartemen ku kosong, harusnya aku tidak meninggalkan Ayame dan Hikari tadi. Aku menarik nafas panjang dan berusaha menenangkan diri. Pikir positif saja, mungkin mereka main dulu di suatu tempat. Tenang Masamune, tenang, begitulah cara ku mengatakan supaya tenang kepada diriku sendiri. Karena kalau sampai terjadi apa apa dengan Ayame, akibatnya mengerikan, sebab jisan berpesan padaku untuk menjaganya dan membiarkan dia menjalan kan kehidupan normal. Syukurlah, aku tidak perlu cemas terlalu lama,
“Kami pulang.” Pintu di buka, Ayame dan Hikari masuk ke dalam.
Tanpa menunda lagi, aku langsung memeluk keduanya yang membuat wajah keduanya menjadi merah. Aku lega sekali melihat mereka berdua datang. Ayame dan Hikari kemudian bercerita tentang kejadian tadi sore yang sebenarnya aku hadir di sana, setelah itu mereka ke toko pakaian dulu untuk membelikan pakaian pengganti untuk Haruka dan baru setelah itu memanggil taksi pulang. Aku legas sekali mendengarnya, maklum jaman itu belum ada smartphone, handphone saja belum, kalaupun ada, harganya mahal dan di gantung di pinggang karena ukuran nya yang sangat besar, bisa untuk menimpuk orang haha. Setelah itu, kita bertiga makan malam dengan ceria dan bercanda canda, Haruka datang mengucapkan terima kasih pada Ayame dan Hikari, kemudian dia berkata akan menjadi pengawal Ayame. Nah bagus, ending seperti ini yang aku inginkan. Haruka ada tujuan, Ayame juga jadi dapat teman dan Hikari yah dia tetap jadi Hikari hahaha.
Kita berbincang bincang sampai malam, aku masuk duluan ke kamar karena sudah super lelah. Aku tidak tahu mereka di luar sampai jam berapa, aku langsung terlelap. Tapi di tengah malam, aku merasakan tubuh ku berat, aku membuka mata dan melihat Hikari sudah di atas ku memakai baju tidurnya. Dia langsung menutup mulut ku supaya aku tidak teriak. Aku menangguk menandakan aku tidak akan teriak dan dia melepaskan tangannya.
“Kenapa kamu kesini ?” Bisik ku.
“Hehe mau mengembalikan ini.....” Hikari menaruh shuriken yang kulemparkan di atas dada ku.
“Eh..bukannya ini punya mu.” Balas ku pura pura.
“Punya mu ada tanda nya kan.....” Jawab nya.
Wah aku lupa, setiap barang ku pasti aku beri inisial ku jadi aku tahu kalau ini barang ku, sudah kebiasaan dari dulu di kehidupan sebelum nya dan Hikari ternyata paham kebiasaan ku ini. Hikari langsung merebahkan diri di atas ku dan memeluk ku.
“Terima kasih ya onii chan....” Ujar nya sambil memandang wajah ku dari dekat.
Dan seperti biasa, belum sempat aku membalas ucapan nya, bibirnya sudah menempel di bibirku dan malam itulah malam pertama kita melakukan hal itu di luar desa. Setelah selesai, Hikari tidur di sebelah ku,
“Hikari, yang lain tahu tidak aku kesana tadi ?” Tanya ku pada nya.
“Tenang saja, tidak ada yang tahu kecuali aku.” Jawab nya sambil kembali memeluk ku.
“Hoi hoi...sudah, nanti Ayame bangun.” Ujar ku.
“Sekali lagi....” Pintanya dengan mata berbinar.
“Aduh...ya sudah cepat.”
Begitulah, malam itu akhirnya menjadi malam yang panas bagiku dan bagi Hikari hehe. Paling tidak, Haruka tidak tahu aku menolong nya. Jadi ya, anggap lah aku memberi upah pada Hikari karena tutup mulut hehe.
***
Dua hari kemudian, sepulang sekolah, Manabu san ke sekolah dan mengabari kalau agen itu berhasil mendapatkan diskon 20% dan dia mengundurkan diri karena malu. Langsung tanpa menunda lagi aku memeberikan tanda jadi atau dp untuk mengikatnya. Aku minta untuk transaksi jual beli nya di lakukan oleh Manabu san. Kenapa ? karena aku percaya padanya. Alasan nya ada 2, pertama di antara semua anak buah jisan yang banyak itu, yang baik kepada ku hanyalah Manabu san, walau mungkin wajah nya terlihat paling kejam di antara yang lain, anak buah jisan yang lain hanya melihat ku sebagai anak kecil yang tidak tahu apa apa dan membuat ku sebal, kedua karena Manabu san juga berhutang budi pada orang tua ku, karena dia juga ada di tempat kejadian dimana kedua orang tua ku meninggal, dia jadi selamat karena para pengepung mengejar jisan dan Ayame yang di sembunyikan papa ku. Lalu selain itu, dia juga berhutang budi sama jisan dan jisan memegang kartunya jadi dia tidak mungkin berkhianat.
Aku juga melihat walau berwajah seram dengan codet di kanan kiri wajah nya, Manabu san lebih perhatian dari anak buah yang lain, kepada ku dan kepada Ayame. Karena aku sendiri belum bisa turun tangan gara gara umur dan jisan yang sudah lemah juga sakit sakitan, aku percayakan semuanya padanya sampai aku sudah bisa turun tangan sendiri nanti. Manabu san langsung berlutut di depan ku dan memegang tangan ku, dia malah bersumpah akan setia padaku karena ku beri tugas ini. Hanya saja dia melakukan nya di gerbang dan membuat aku malu, aku terlihat sedang di lamar oleh seorang pria berumur 30 tahunan yang seram. Membuat para murid yang melihat ku tertawa. Tapi walau begitu, aku minta pada saat penandatanganan, aku hadir mendampingi nya.
***
Malam nya, aku berkonsentrasi membantu Ayame, Haruka dan Hikari belajar, karena besok akan ujian. Kita belajar di apartemen ku, aku sendiri tidak perlu belajar, karena aku sudah pernah melalui hal ini, asal baca soalnya aku pasti aku ingat jawaban nya. Di kehidupan yang lalu, aku masuk peringkat walau bukan peringkat 1 atau masuk 10 besar. Ketika sedang belajar bersama, telepon ku berbunyi, aku mengangkatnya dan yang menelpon Jinta untuk memberi semangat di ujian besok, sekalian dia juga mengabarkan kalau dia dan Sayaka terpaksa menikah, tapi tidak di rayakan, alasan nya ya tentu saja karena kecelakaan haha. Yah masih lebih baik daripada Sayaka tampil di video vhs dan di tonton banyak orang. Tentu saja, aku langsung mengabarkan nya kepada Ayame dan Haruka yang kebetulan sedang belajar bersama. Keduanya langsung menghampiri telepon dan berbicara dengan Jinta kemudian berbicara dengan Sayaka. Aku menghampiri Hikari dan duduk di sebelah nya, membantu nya belajar.
Beberapa hari kemudian, ujian pun berakhir, semua lolos tanpa terkecuali, biasanya di kehidupan dulu, Haruka selalu ikut kelas remedial, sekarang dia lolos. Libur musim panas pun tiba, tapi kali ini kita tidak kemana mana, masih banyak yang harus di urus dan tidak mungkin meninggalkan jisan dengan kondisi yang sudah seperti itu. Kita bertiga pulang ke rumah jisan dan diam di sana. Aku dan Manabu mulai merancang bisnis kita berdua, pertama yang harus di lakukan sesudah tanda tangan, kita renovasi, isi dengan perabot baru. Kemudian mencari pegawai untuk mengelola keuangan dan manajemen. Setelah itu, barulah kita cari cari pekerja yang mau berkerja dengan memakai jasa escort yang biasanya di kelola oleh Nabeyoshi yang memang sudah profesional di bidang itu. Aku minta Manabu san menunjuk asisten untuk dirinya supaya dia tidak overload karena harus menangani semuanya. Haruka mengajak kita bertiga ke fukuoka, kampung halaman nya untuk menginap di rumah nya yang ada di sana. Awalnya aku tidak mau, tapi karena jisan mengijinkan dan Manabu san bisa memegang semuanya, di tambah lagi mata memelas Ayame dan Hikari akhirnya aku setuju ikut Haruka pulang ke fukuoka. Saat itu, aku, Ayame dan Hikari belum menyadari kalau kepergian ke fukuoka adalah awal pelarian besar yang akan kita lakukan bertiga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
mochamad ribut
up
2023-07-28
0
mochamad ribut
lanjut
2023-07-28
0
mochamad ribut
up
2023-07-28
0